40 - Penampilan Baru Xero

392 70 12
                                    

・・・

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

・・・

"Gak usah semuanya, dapet satu restu aja itu udah lebih dari cukup. Tapi usahain menangin hati rajanya," ujar Dewa. Dia menepuk-nepuk pundak berlapis jas hitam yang Xero kenakan.

Caramel yang baru saja keluar dari mobil menatap rumah Lusa dengan sorot mata skeptis. Dia beralih pada Dewa dan Xero di depannya yang berpakaian rapi.

"Pa, kok aku nggak yakin ya?"

Dewa menoleh. "Loh kenapa mesti gak yakin?"

"Terlalu terburu-buru gak sih? Aku pikir pasti bakal di──"

"Shhut! Shut! Shhut!" Dewa berdesis sembari menaruh jari telunjuknya di depan bibir. Dia melirik Xero sekilas, lalu beralih pada anak perempuannya. "Ini udah beberapa hari semenjak Papa ketemu sama Ayahnya Lusa, jadi mereka──"

"Papa ketemu Om Dean?" potong Xero.

Dewa meneguk salivanya. Mampus. Dia keceplosan. "Ya ... iya."

"Kenapa? Kan udah dibilang biar ini jadi urusanku sama Lusa. Kenapa mesti ketemu?"

"Lah emangnya gak boleh ketemu calon besan?"

Xero membuang muka. Caramel menutup mulutnya, menahan tawa.

"Canda," kekeh Dewa. "Udah tenang aja. Papa gak ngomong macem-macem kok."

"Ya tapi kalo──"

"Mau sampe kapan kita begini terus heh?" cetus Caramel yang sudah lelah hampir lima belas menit berdiri di pekarangan rumah Lusa.

"Nah, bener tuh. Udah yuk masuk." Dewa melirik Xero yang masih tampak ragu. "Udah tenang aja lah. Kayak gak pernah lamaran aja kamu."

"Xero kan emang belum pernah lamaran, Pa," celetuk Caramel, jengah.

Dewa lagi-lagi terkekeh sambil mengibaskan tangan. Wajahnya amat berseri, berbeda dengan Xero yang tampak tegang. Caramel mengetuk pintu rumah Lusa beberapa kali.

"Senyum, Xer. Biar diterima," kata Dewa sembari tersenyum lebar.

Caramel mengetuk pintunya lagi beberapa kali. Ketika pintu kayu itu akhirnya terbuka, Dewa sekeluarga kompak tersenyum.

Dalvin yang membuka pintunya langsung saja menutupnya kembali dengan kencang.

"Yah ...." Senyuman Dewa luntur.

"Tuh kan, aku bilang juga apa. Harusnya Papa jangan senyum," keluh Caramel.

"Ganteng gini kok."

"Kaya joker."

Kedua alis Dewa menukik tajam, baru saja dia ingin mengomel pada anak perempuannya, pintu kayu itu sekejap kembali terbuka. Bukan lagi batang tubuh Dalvin yang muncul, tapi ayahnya.

2. Memoar | Lusa〔✔〕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang