23

738 72 9
                                    

Ginny menggumamkan kata-kata umpatan kepada Malfoy sembari memeluk Hermione erat. Bagaimana bisa dia menyakiti Hernione seperti itu, lalu kemudian berani menatapnya! Dia tak pantas untuk hidup, dia tak punya hati, dan menjijikkan...

"Ginny, tenang." kata Hermione dengan suara lembut, sembari melepas jubahnya.

Hermione bersyukur karena tadi Ginny membela dirinya, tetapi bahkan dengan Ginny di sisinya, hal itu tidak bisa memperbaiki kekosongan di dalam hatinya.

Hanya dia yang bisa memperbaiki kekosongan hati gadis itu.

Saat Hermione menatap ke dalam matanya, Hermione merasa sempurna. Bahkan dengan segala hal menyakitkan yang Draco katakan tentangnya, Hermione tetap mencintai pemuda itu. Hermione tidak bisa berhenti memikirkan kalau tadi ia melihat kebingungan di dalam tatapan pemuda itu, seolah Draco memang tidak tahu apa-apa.

Tetapi itu semua hanya pura-pura, Hermione tahu itu sekarang. Gadis itu menyeka air mata terakhirnya dan masuk ke dalam kelas.

-

"Hermione Granger bertingkah sangat aneh, iya kan?"

Draco mendengar bisik-bisik dari keramaian di sekelilingnya. Ia tidak mengerti kenapa Hermione sangat marah padanya. Draco mengingat-ingat kejadian malam itu.

Tulis suratnya, lalu kirim. Besok paginya, Hermione membenciku. Tapi kenapa?

Alis Draco saling bertaut. Ia akhirnya memberanikan diri untuk menulis pada Hermione, menyatakan perasaannya, dan ia baru saja merusak hubungan mereka.

Terlalu dini, kau brengsek.

Draco membentak dirinya dalam hati, dan menghantamkan tinju ke meja makan, menarik perhatian beberapa orang. Untuk sekejap, Draco pikir Hermione mungkin akan membalas cintanya, tetapi sekarang ia justru merusak hubungan mereka.

Draco bangkit, dan berlari keluar dari Aula Besar, tak mampu berada di keramaian lagi. Ia berjalan ke arah hutan, tahu ia akan sendirian di sana.

-

Hermione menatap ke dalam kekosongan. Biasanya Ginny akan menubruknya, menceritakan cerita lucu, tetapi tampaknya tak akan ada yang menghibur Hermione.

Hermione terkejut ketika ia mendengar dentuman. Matanya mencari-cari, dan ia melihat Draco sedang berjalan keluar dari Aula dengan geram.

Gadis itu menghela napas, menahan diri dari keinginan untuk mengejar pemuda itu.

Semuanya menyakitkan, Hermione membenci pemuda itu atas apa yang ia katakan terhadapnya, tetapi di waktu yang sama Hermione juga menginginkannya.

Hermione memejamkan mata.

"Hermione, kau tampak tidak baik-baik saja."

Hermione mendengar suara Harry, dan membuang napas. Harry tampak lebih bersimpati, Hermione mengira kalau Ginny pasti telah menceritakan soal Draco pada kekasihnya itu. Tetapi Hermione tidak merasa keberatan, karena semuanya sudah tidak berarti apa-apa, tidak tanpanya.

-

Cemeti-cemeti dan ranting-ranting mengeluarkan suara kerosak di bawah langkah kaki Draco, dan bunyinya terdengar begitu keras di tengah keheningan yang mencekam.

Draco membolos, tetapi ia tidak peduli. Lagipula tidak akan ada yang menyadari ketidakhadirannya.

Bahkan Hermione.

Draco merasa hatinya sungguh berat, dan ia bersandar di pohon.

Tidak ada gunanya lagi bagi Draco untuk hidup, hidupnya tidak ada gunanya lagi tanpa Hermione.

Ia mengingat kembali ke waktu ketika ia berada di Menara Astronomi, ketika ia mencoba untuk mengakhiri hidupnya dan Hermione menyelamatkannya, melingkarkan lengannya di pinggul Draco.

Kali ini gadis itu tidak akan mampu menghentikannya, karena kali ini ia sendirian.

Draco mengangkat dirinya dari tanah berlumut, dan melanjutkan perjalanannya ke hutan yang lebih lebat.


Alone With YouWhere stories live. Discover now