18

854 116 2
                                    

Satu minggu kemudian sejak Draco dan Hermione saling berkirim surat tanpa henti

Hermione menghela nafas sambil memutar-mutar pena di tangannya. Hermione mencoba menemukan sebuah ide untuk esainya—ia harus menuliskan sebuah mantra terkuat yang ada di dunia.

Sebuah bunyi yang berasal dari kibasan sayap mengalihkan perhatian Hermione, dan hatinya sangat gembira ketika melihat burung hantu milik Draco.

Hermione langsung jalan berjinjit menghampiri jendela dan membuka ikatan surat itu dari kaki burung hantu. Burung hantu milik Draco bertengger di kusen, kemudian menguhu dengan semangat ketika Hermione membelainya.

Burung hantu itu terbang tak lama kemudian, meninggalkan Hermione dengan sebuah surat yang digenggamnya. Hermione langsung mengenali goresan rapi itu, dan wajahnya berseri karena gembira.

Melompat ke atas tempat tidurnya, Hermione membuka suratnya perlahan-lahan, menampilkan goresan-goresan rapi lebih lagi.

Dear Hermione,
Aku tahu kau akan menerima surat dariku, sejak kau masih bangun di tengah malam untuk belajar.
Istirahatlah, ya?

-D. M.

Hermione tertawa, karena Draco suka menulis hal-hal terkecilpun untuknya. Hermione tahu malam sudah sangat larut, tetapi ia harus menyelesaikan esainya, yang harus dikumpulkan esok.

Sebelum duduk di bangkunya, Hermione menyimpan surat dari kekasihnya itu di dalam koper yang diletakkannya di bawah tempat tidur, bersama dengan tumpukan surat lainnya.

Hermione menyimpat semua surat dari kekasihnya, terkadang membaca ulang surat-surat itu.

Ketika Hermione ingin menulis kembali, ia mendengar sebuah ketukan pelan di pintu asrama. Hermione menggerutu sebal, mungkin ada murid yang lupa kata kuncinya, dan sudah putus asa untuk mencoba masuk. Hermione memutuskan untuk membantu mereka, dan berjalan ke arah pintu masuk. 

Hermione membuka pintu, siap untuk menceramahi mereka atas kelalaian mereka, ketika ia disambut oleh seringaian jail.

Mata Hermione membulat karena terkejut.

"Draco, apa yang kau lakukan disini!?" Ia membentak pelan kekasihnya itu, selagi Draco berjalan menari-nari ke ruang rekreasi. Hermione tidak bisa melakukan apapun kecuali menyeret Draco ke ruangannya dan menutup pintu rapat-rapat. "Kau tahu kalau ini melanggar aturan, bukan?" 

Draco tersenyum.

"Aku tahu, tapi aku harus memeriksa apakah kau masih belajar."

Hermione memutar mata, tetapi sebuah senyuman kecil tergores di wajahnya.

Draco melirik ke belakang Hermione dan mendapati sebuah buku yang terbuka dan kertas, dan ia pun menggeleng-gelengkan kepala. "Sudah kubilang padamu, istirahatlah."

Hermione mencela, dan melompat ke atas tempat tidurnya.

Draco berjalan menghampiri Hermione dan duduk di samping kekasihnya itu. "Kau akan membebani kepalamu." Draco tertawa, mengulurkan tangannya untuk menyentuh hidung Hermione.

"Draco, jadi itu tujuanmu datang kemari? Untuk memeriksa jadwal belajarku?" ucap Hermione dengan gembira, tetapi Draco menggelengkan kepalanya.

"Tidak juga, aku datang kesini untuk menemuimu." Ia merebahkan tubuhnya di kasur, telapak tangannya ada di bawah kepalanya.

Hermione merasakan bahwa ia tersipu, kemudian buru-buru pergi sebelum Draco melihatnya. "Baiklah, karena kau sudah di sini, bantu aku menyelesaikan esai ini."

Draco mengerutkan dahi, dan berdiri untuk menatap Hermione, helaian rambutnya menggantung di depan matanya. "Hermione, sudah kubilang untuk tidak..."

"Diamlah, dan katakan padaku beberapa mantra terkuat."

Draco menghela napas, tapi kemudian menyerah. "Baiklah, aku akan membantumu."

Hermione tersenyum lebar, mengabaikan tatapan sebal dari kekasihnya. Draco mulai menuliskan beberapa mantra kuat, dan Hermione mencatat beberapa di antaranya yang belum terpikirkan oleh dirinya. Hermione sedang berkonsentrasi pada mantra-mantra yang dituliskan oleh Draco, ketika tiba-tiba sesuatu membuatnya mematung ngeri.

Mantra itu, mantra yang membuatnya ketakutan.

Obliviate.

Draco dengan ceroboh tak sengaja menyebutkan mantra itu, seolah-olah semuanya baik-baik saja, tetapi sayangnya ia tidak tahu apa yang pernah terjadi. Draco tidak tahu sebesar apa mantra itu mempengaruhi Hermione, bagaimana mantra itu membuat kekasihnya bergidik dan tegang. Tidak ada yang bisa mencegah hal itu, karena semuanya sudah terjadi. Hermione merasakan air mata mulai membendung di kedua matanya, ketika ia mengingat ayah dan ibunya. Sakit memang, tetapi Hermione harus melupakan mereka.

Bukannya ayah dan ibu Hermione seolah-olah tidak mengingat putri mereka, tetapi keduanya sering lupa siapa sebenarnya Hermione, atau mengapa Hermione datang pada mereka. Semua terasa menyakitkan bagi Hermione, sampai pada akhirnya gadis itu memutuskan untuk tidak lagi menjenguk orang tuanya.

Draco akhirnya menyadari bahwa kekasihnya sedang menatap kosong dan bertanya-tanya apakah dia telah salah bicara.

"Hermione?"

Hermione menatap kekasihnya dan membuat pemuda itu patah hati ketika Hermione tampak sedih, matanya berair. Draco menghampiri gadis itu dan memeluknya lebih dekat.

"Hermione, katakan padaku ada apa." bujuk Draco, dan ia dapat merasakan kalau pundak Hermione bergetar, membuat pelukannya semakin erat.

"Draco, aku tidak bisa..." Gadis itu terisak, tetapi Draco bersikeras bahwa ini adalah yang terbaik bagi Hermione.

"Ini soal... ayah dan ibuku." Hermione berbisik, tetapi Draco dapat mendengarnya dengan jelas. Wajah Draco berubah pucat ketika ia memikirkan kedua orang tuanya.

"Oh, Hermione, aku minta maaf."

Hermione menggelengkan kepalanya, menghapus air matanya sebelum memberitahu segalanya kepada Draco. Hermione menceritakan alasan mengapa ia menggunakan mantra itu, hingga yang terjadi saat ini. Hermione tak pernah merasa selega ini setelah menceritakan beban yang telah membanjiri hatinya.

Ketika Hermione selesai menceritakan segalanya, Draco menggenggam erat kekasihnya itu.

"Hermione, aku minta maaf."

Alone With YouWhere stories live. Discover now