16

931 127 9
                                    

Hatinya terasa sakit setiap kali melihat gadis itu. Hermione terlihat begitu rapuh, begitu sendirian. Ketika Harry berjalan menghampiri Hermione, Draco merasakan kecemburuan dan kebencian. Draco menyaksikan Harry yang duduk di samping Hermione.

Draco tidak menginginkan apapun lebih dari ia menginginkan posisi Harry saat ini. Harry memiliki sebuah hak istimewa untuk bersama Hermione, dan tak seorangpun mempermasalahkan hal itu.

Orang-orang telah melupakan hubungan Draco dan Hermione, hanya sedikit bisik-bisik disini dan disitu, tetapi rumor tentang mereka berdua telah meredup. Seolah-olah Draco akan menyadarinya, pemuda itu terus menerus memikirkan Hermione.

Bahkan Pansy sama sekali tidak mendekati Draco, setidaknya itu bagus. Mungkin Pansy mendapat penskorsan karena niatnya untuk memyakiti murid lain, dan Draco bersyukur.

Draco duduk di barisan mejanya, membungkuk dan bertumpu pada kedua sikunya, supaya ia tidak harus bertemu pandang dengan murid-murid lainnya. Draco sama sekali tidak lapar, ia tidak merasa lapar dalam seminggu ini. Tidak ada yang bisa mengisi celah yang ada di perutnya, kecuali senyuman manis Hermione.

Terengah, Draco bangkit dari tempat duduknya dan buru-buru pergi, tetapi sempat melirik Hermione melalui sudut matanya. Gadis itu sedang membungkuk, rambutnya menutupi sebagian besar wajahnya, tetapi Hermione terlihat tersesat dan sendirian, meskipun Potter berusaha keras untuk mengobrol dengannya. Hal itu menghentikan langkah Draco, dan ia berbalik badan, langkahnya semakin cepat sementara ia semakin dekat pada Hermione.

Ron telah melihatnya, dan mulai membelalang pada Draco. Tetapi hal itu tidak akan menghentikannya. Draco sudah tiba di dekat Hermione, dan ia hampir saja menyentuh pundak gadis itu, ia membutuhkan Hermione. 

Nyonya McGonagall cepat-cepat berdiri dari kursinya, dan semua tatapan tertuju pada wanita tua itu. "Euh... tidak ada pengumuman, saya hanya ingin menyampaikan semoga kalian menikmati acara makannya."

Draco menatap ke arah profesornya itu, hanya untuk mendapatkan tatapan peringatan. Tangan Draco jatuh ke sisi tubuhnya, dan ia melangkah menjauhi meja Gryffindor, tubuhnya bergetar karena kemarahan dan emosi.

Mengapa mereka tidak bisa bersama?

*

Hermione menyadari tatapan kemarahan Ron dan mengikuti tatapannya untuk mencari tahu apa yang telah menarik perhatiannya. Hermione melihat seseorang berambut putih yang sedang berjalan keluar dari Aula Besar, dan Hermione merasakan bahwa napasnya tercekat. Itu pasti bukan dia, kan?

Ron masih mengernyit ke arah pintu keluar, dan Hermione melihat bahwa Harry juga.

Apa dia tahu?

Jantung Hermione berdetak sangat kencang, dan Hermione memutuskan untuk lari dari situasi tersebut. "Aku harus pergi." Hermione berbisik pada kedua temannya sebelum berjalan keluar dari Aula Besar. Sebelum Harry dan Ron sempat mencegah Hermione, gadis itu telah pergi dari pandangan mereka.

Harry menatap Ron, dan seakan membaca pikiran satu sama lain. Mereka berdua juga bangkit dari tempat duduk masing-masing, menyambar buku-buku mereka sambil mengejar Hermione.

*

Draco telah pergi dari dunia yang sibuk, dan ia berhenti ketika mencapai sebuah ruangan yang gelap, tempat dimana ia dan Hermione pertama kali berbagi momen mereka bersama-sama.

Pikiran Draco kacau ketika ia mendengar suara gema langkah-langkah di anak tangga. Draco membungkuk di belakang sebuah tiang, merasakan suatu rasa yang sangat familiar, seperti hal itu telah terjadi sebelumnya. Draco mendengar suara isakan dan jantungnya seakan berhenti ketika ia mengenali suara isakan itu.

Draco melompat keluar dari tempatnya, menghampiri sesosok figur yang tak terlalu jelas di dalam kegelapan.

Itu adalah dia.

Hermione, itu adalah Hermione.

Draco duduk di samping Hermione, melingkarkan kedua lengannya pada tubuh hangat gadis itu. Tubuh Hermione menegang ketika merasakan sentuhan Draco, tetapi kemudian ia langsung merasa aman ketika mengenali siapa sosok itu.

"Hermione, jangan menangis." Draco berbisik, dan Hermione menyelipkan kedua tangannya pada tubuh Draco sebagai respon, menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya itu, masih sedikit terguncang.

Mereka berdua duduk di sebuah ruangan yang gelap, tersembunyi oleh bayangan tiang-tiang, saling memeluk satu sama lain, tak dapat dipisahkan.

Tidak ada yang boleh menghalangi kita berdua.

Draco dengan bersungguh-sungguh menjanjikan itu pada dirinya sendiri, tanpa mengira bahwa sebenarnya ia salah besar.

Alone With YouOù les histoires vivent. Découvrez maintenant