13

1.1K 138 12
                                    

"Harry, berhenti!" Ron menarik jubah Harry kuat-kuat untuk kembali ke kompartemen, mencegah Harry agar ia tidak pergi.

"Tapi aku harus kembali ke Hogwarts! Aku harus bicara pada Hermione soal ini." Harry berusaha melepaskan tubuhnya dari cengkeraman sahabatnya, tetapi akhirnya menyerah juga karena Ron tidak akan membiarkan Harry pergi.

"Dengar, kau bisa mengirimkan surat pada Hermione begitu kita sampai di The Burrow. Tenanglah dulu, ini juga bukan berarti aku mendukung Hermione." kata Ron mencemooh teringat pada malam ketika ia sedang mencari Hermione dan dikejutkan dengan sesuatu yang tidak menyenangkan.

"Tapi... Ron... ini kan Malfoy! Bagaimana bisa...?" Harry membuat gerak isyarat dengan lengannya dan melihat keluar jendela dengan tanpa ekspresi. Harry tidak percaya kalau salah satu sahabatnya berpihak pada musuhnya. Malfoy telah menyengsarakan Hermione selama bertahun-tahun!

"Ya, aku tahu ini gila. Tetapi Hermione sudah kita anggap seperti saudari kita sendiri, kita tidak bisa berhenti berteman hanya karena ini, kan?" Ron menggertak, kembali bersandar di kursinya sambil menghela napas.

Harry hanya mengangguk, dan duduk di kursinya. Ia harus mengirim menulis surat nanti.

*

Draco tertawa ketika ia melihat hidung Hermione mengerut ke atas, jijik. Mereka sedang berada di Aula Besar, menyantap makan malam, dan murid-murid lainnya tak henti-henti melemparkan tatapan aneh pada Hermione dan Draco. Baik Hermione dan Draco sama sekali tidak mempermasalahkan hal itu, sejak murid-murid yang berada di Aula Besar tidak terlalu banyak.

Draco telah memantrai makanan yang disantap Hermione agar rasanya menjadi tidak enak dan Draco sejauh ini sangat menikmati melihat bagaimana reaksi Hermione.

"Malfoy! Dasar kau musang menyebalkan!" umpat Hermione, tetapi bagaimanapun juga ia ikut tersenyum bersama Draco. Mereka berdua duduk di sana bersama, tertawa-tawa seperti orang bodoh, sementara itu murid-murid lain menatap mereka berdua dengan terpesona. "Aku akan mengutukmu nanti." Hermione mengigatkan, tetapi Draco hampir saja terjatuh dari kursinya karena tertawa, ia terlalu menikmati.

Hermione jengkel, mendorong piringnya menjauh. Draco menengok ke arah Hermione, dan mendapati gadis itu sedang cemberut, marah dan tersenyum.

"Aw, kau bisa sangat imut, Granger."

Hermione memalingkan muka, tetapi Draco bisa melihat rona merah menjalar ke kedua pipinya. Sambil menyeringai, Draco melahap seporsi besar makanannya, muntah ketika ia mencicipi makanannya. Draco menekankan telapak tangannya ke mulut selagi ia menelan dengan terpaksa. Sekarang giliran Hermione yang tertawa.

"Sudah kubilang jangan main-main denganku!" seru Hermione di tengah-tengah tawanya, wajahnya merah karena terlalu antusias. Draco memberengut, ia sama sekali tak menduga hal ini. Hermione menyadari tatapan sebal Draco dan ia pun tersenyum.

"Aw, kau bisa sangat imut, Malfoy." Hermione menyerang balik ucapan Draco, membuat pemuda itu semakin kesal. Meskipun begitu, satu tatapan dari Hermione langsung membuat Draco tersenyum lagi bagaikan orang bodoh.

Draco dan Hermione mengobrol selama beberapa saat, tertawa-tawa dan bermain dengan satu sama lain, sementara murid-murid lainnya terheran-heran kenapa sekarang Draco dan Hermione menjadi teman dekat.

Pansy menatap dua sejoli itu dengan penuh kebencian, sementara di sisi lain para pengajar di Hogwarts melihat kerukunan mereka dengan berseri-seri.

"Maaf?"

Seseorang dengab suara mendecit angkat suara. Hermione memperhatikan seorang gadis yang berdiri di samping meja tempat Draco dan Hermione, sambil memainkan gelang yang dipakainya dengan gelisah. Draco memandangi gadis itu dengan penuh kecurigaan, sebaliknya, Hermione tersenyum hangat pada gadis itu.

"Ya?"

Gadis itu menatap ke bawah dan balik menatap ke meja tempat asal ia datang, dimana meja itu dipenuhi sekelompok gadis-gadis yang saling bisik-bisik dan tertawa-tawa, melirik ke meja tempat Draco dan Hermione. Draco mengerutkan dahinya.

"A-apakah kalian.. b-bersama?" Gadis itu tergagap-gagap, dan berkali-kali melirik ke sekelompok teman-temannya yang lain, yang mana mereka sedang berbisik-bisik dengan satu sama lain. Draco bisa merasakan amarahnya muncul di dalam dirinya.

"Itu bukan urusanmu!" bentaknya, mengundang perhatian beberapa murid yang duduk berdekatan dengannya dan Hermione. Gadis tadi tampak ingin menangis dan malu. Ia kabur ke meja dimana sekelompok teman-temannya yang penasaran itu berada.

"Draco!" Hermione meremas tangan pemuda itu untuk menenangkannya. Kedua mata Draco dipenuhi dengan kemarahan. "Draco, tidak apa-apa. Dia hanya ingin..."

"Apakah mereka pikir mengurusi kehidupan orang lain itu oke-oke saja?" Ia memotong ucapan Hermione, emosi.

Hermione menghembuskan napas. "Aku tahu, aku tahu. Tapi kau menakutinya! Kau melukai perasaannya, kupikir."

Hermione kembali melirik ke arah sekelompok murid yang berusaha mencari jawaban dari gadis tadi yang duduk diam seribu bahasa di sana, tak sanggup menatap teman-temannya. Draco tertawa kecil, Hermione selalu bisa membuatnya merasa lebih baik.

"Kurasa aku juga ingin tahu bagaimana jika dua murid dari asrama yang berbeda mulai berpacaran. Itu kan sangat jarang terjadi." aku Draco, melarikan jemari-jemarinya ke rambut. Hermione tertawa.

"Benar, kan! Mereka sepertinya sekarat karena saking penasarannya." Hermione tertawa, kemudian terhenti ketika tatapan menusuk dari Draco menatapnya.

"Mengapa tidak kita biarkan saja mereka tahu yang sebenarnya?" Draco berbisik dengan gembira, dibalas tatapan Hermione yang menanyakan keseriusan ucapannya tadi.

"Menurutku itu bukan ide yang ba-"

Draco membungkam Hermione dengan menempelkan bibirnya ke bibir gadis itu, membungkuk ke arah meja untuk meraih Hermione. Draco tersenyum sementara ia mendengar suara-suara terkesiap dari orang-orang di sekitar mereka.

Translator's Notes : I'm sorry guys, akhir-akhir ini aku selalu telat updatenya. Tp janji deh, setelah ini bakal publish 1 chapter lagi.

Terimakasih banget bagi yang udah membaca & vote cerita ini. Kuingatkan lagi, fanfic ini bukan aku yang buat, tapi volditort, aku cuma translate ke Bahasa aja. Oh ya, sempetin juga mampir ke versi Inggrisnya!

Alone With YouWhere stories live. Discover now