9

1.2K 178 17
                                    

"Tidak!"

Hermione menghambur ke depan, memegangi Draco. Nafasnya yang tak beraturan menunjukkan bahwa ia masih hidup. Darah merembes dari balik seragamnya, mengalir ke lantai.

Pansy berteriak, melarikan diri. Beberapa guru langsung menuju ke koridor, terkejut melihat murid mereka terkapar di lantai, bersimbah darah.

Madam Pomfrey dipanggil dari ruangannya, dan Draco dibawa ke Hospital Wing. Hermione tidak percaya pada apa yang dilihatnya. Ia terduduk lemas di lantai, satu-satunya bukti kejadian tadi adalah genangan darah di hadapannya. Hermione terseret menjauh dari tempat kejadian, dan hal terakhir yang dilihatnya adalah kerumunan orang-orang, penasaran dengan apa yang barusan terjadi.

"Biarkan aku melihatnya!" Hermione berteriak, mencoba melewati Madam Pomfrey yang mencegahnya pergi ke ranjang yang dikelilingi tirai.

"Sayang, maafkan aku, kau tidak bisa kesana kecuali kau keluarga atau teman dekatnya." Wanuta itu menatap Hermione ramah, bertanya-tanya jika Hermione adalah salah satunya.

Hermione menggeleng pelan. "Anda tidak mengerti. Dia ada di sini karena saya."

Madam Pomfrey menghela napas, tetapi tidak mengijinkan Hermione lewat. Ia mendorong Hermione keluar dari Hospital Wing, meninggalkannya dan kembali merawat Draco.

Hermione duduk di sana selama berjam-jam, ia bersikeras untuk tetap menunggu sampai diperbolehkan masuk.

Madam Pomfrey meninggalkan Hospital Wing, terkejut melihat Hermione yang masih menunggu di luar. "Sayang, kembalilah ke kamarmu. Mr. Malfoy sedang beristirahat sekarang, tidak ada yang boleh mengganggunya." kata Madam Pomfrey, sekilas menepuk bahu Hermione, membangunkannya.

Hermione berkata ia akan kembali ke asramanya, tetapi ia justru tetap menunggu sampai Madam Pomfrey pergi dan diam-diam meyelinap masuk ke dalam Hospital Wing.

Hermione terkejut ketika melihat Draco. Salah satu pipinya lebam, bagian atas tubuhnya di perban sana sini. Ia menghampiri Draco, menautkan tangannya dengan tangan Draco. Hermione meremas tangan Draco lembut ketika melihatnya meringis kesakitan. "Dasar bodoh, kau tak seharusnya melakukan ini. Lihat dirimu sekarang..." Hermione menangis pelan di dada Draco. Ia terkejut ketika merasakan ada tangan yang merengkuh pipinya. Matanya yang berair bertemu mata Draco. Pemuda itu tersenyum padanya, senyuman yang tulus.

"Aku takkan pernah memaafkan diriku kalau kau sampai terluka."

Jantung Hermione melompat-lompat di balik dadanya. Belum pernah ada yang membuatnya merasa seperti ini. "Aku yang menyebabkanmu terluka." Hermione menunduk malu.

"Aku senang kau ada di sini." bisik Draco, memejamkan matanya untuk beberapa saat.

Hermione menatap Draco, tak percaya pada apa yang barusan didengarnya. Draco telah meninggalkan Hermione waktu itu di menara, tetapi sekarang ia berkata bahwa ia bersyukur Hermione menemaninya...

"Hermione, m-maafkan aku." Draco tergagap, mengalihkan pandang dari Hermione.

Hermione menaruh kedua tangannya di kedua sisi wajah Draco, merengkuhnya, dan menatap mata kelabu itu dalam-dalam. "Mengapa kau pergi waktu itu?"

Draco tampak terluka, tetapi Hermione ingin tahu alasannya. "Karena... aku hanyalah orang jahat, dan aku tidak akan membiarkan kau terlibat dalam segala kekacauan ini." Ia menjelaskan, gugup, buru-buru menyembunyikan tangan kirinya di bawah selimutnya.

Hermione tersadar. Ia meraih tangan Draco, pemuda itu menarik tangannya, tersedu. "Draco, kumohon."

"Kau tidak boleh tahu, kau akan benci padaku!"

Ekspresi Hermione melembut ketika mendengar rasa takut dalam suara Draco. "Tidak akan, aku janji."

Dengan enggan, Draco menunjukkan tangannya, air mata mengalir di wajahnya. Hermione menggulung lengan baju Draco, jantung pemuda itu bertalu-talu di setiap sentuhan yang diberikan Hermione. Hermione akhirnya melihat seluruh tanda itu, bersulur naik ke lengan Draco. Jemari Hermione menjelajahi setiap inci tanda itu di kulit Draco, seperti yang pernah Draco lakukan pada lukanya.

"Jangan sentuh itu, tanda itu adalah simbol dari diriku yang menyedihkan, payah seperti seorang pengecut." Draco mengerang, menutupi tanda itu kembali dengan lengan bajunya.

"Tanda ini menunjukkan betapa kuatnya dirimu," ucap Hermione, mendekap tangan Draco di antara kedua tangannya. Mata Draco menatap Hermione, tidak percaya apakah dia sedang bermimpi atau tidak.

Hermione tidak merasa jijik padanya, ia tidak akan meninggalkan Draco, seperti yang selama ini Draco pikir. Hermione perlahan membungkukkan badannya, bibirnya menyapu bibir Draco. Draco membalasnya dengan penuh rasa ingin, karena momen ini adalah saat dimana ia merasa dirinya tak sendirian lagi. Kehangatan napas mereka bercampur dengan udara dingin di Hospital Wing. Draco mengaitkan jemarinya di rambut Hermione, mendekapnya lebih erat. Ini adalah segala yang diinginkan Draco.

"Hermione!?"

Draco dan Hermione melepas ciuman mereka, memandang sekeliling. Mereka berdua melihat sosok yang sedang berdiri di ambang pintu.

Alone With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang