17

936 116 0
                                    

"Aku tidak tahu harus berbuat apa."

Hermione menghela napas, menatap kekasihnya dengan was-was. Kenyataannya adalah, Draco juga tidak tahu. Tetapi pemuda itu tidak akan membiarkan Hermione mengetahui hal itu, jadi ia berusaha untuk tetap kuat.

"Kita akan cari jalan keluarnya."

Draco meneliti setiap inci di wajah Hermione, dan tidak percaya bahwa sebelumnya ia tidak pernah menyadari betapa cantiknya gadis itu. Air mata membekas di pipi Hermione, sepasang bulu matanya masih basah karena menangis.

Yang Draco inginkan hanyalah untuk memeluk Hermione, tetapi ia tidak bisa melakukan itu.

Draco membutuhkan Hermione, tetapi ia tahu bahwa dirinya tidak cukup baik untuk Hermione.

Hermione menangis karenamu

Draco merasakan kebencian pada dirinya sendiri, berharap ia adalah orang lain. Hermione menyadari ketegangan pada wajah pemuda itu dan merengkuh wajahnya.

"Ada apa?" gumam Hermione, sementara wajah Draco terasa terbakar di bawah sentuhan Hermione. Dirinya bertanya-tanya haruskah ia memberitahu Hermione?

"Aku hanya berharap bahwa aku tidak seperti ini. Lihat betapa seringnya aku menyakitimu. Tak heran kalau McGonagall menginginkan kita untuk pisah." tegasnya, suaranya meninggi.

"Jangan bilang begitu, Draco. Kau tahu itu tidak benar." Hermione menenangkan Draco, meskipun tidak berhasil. Draco tidak percaya itu, ia sadar bahwa dirinya telah menyakiti Hermione.

"Aku memang telah menyakitimu. Selama bertahun-tahun, mengapa kau tidak juga membenciku?" Draco berteriak, dan Hermione berusaha untuk tetap tenang, bahkan walaupun hatinya dibanjiri rasa takut.

"Draco, cukup!"

Hermione mengaitkan kedua lengannya pada leher kekasihnya itu, berjaga-jaga kalau Draco melakukan sesuatu yang berbahaya. Napas Draco naik dan turun tidak seimbang, walaupun akhirnya ia berhasil ditenangkan.

Ketika pemuda itu mulai tenang, Hermione melepaskannya dan menatap dalam-dalam netra pemuda itu.

"Kau harus berhenti menyalahkan dirimu sendiri dalam hal apapun."

Draco tidak menyahut, tetapi kedua matanya tampak dipenuhi oleh kesedihan dan kenangan. Hermione ingin tahu apa yang telah dilaluinya, meskipun begitu ia tahu kalau Draco tidak akan pernah memberitahunya.

Sepasang kekasih itu bangkit dari lantai, kemudian setuju untuk menulis surat kepada satu sama lain secara diam-diam daripada berbicara tatap muka seperti ini.

Mereka kemudian berpisah jalan dan keduanya berjalan menuju asrama masing-masing. Hermione tersenyum sedih, ia begitu menikmati waktu yang mereka habiskan bersama, Draco membuatnya merasakan sesuatu yang tak seorangpun pernah berikan padanya, tetapi pemuda itu terlalu keras pada dirinya sendiri.

Segera setelah Hermione sampai di depan lukisan, ia mengatakan kata kuncinya dan menghambur ke kamarnya. Mengambil perkamen dan pena bulu, Hermione berjalan ke arah meja belajarnya.

Dengan penuh pikiran yang menyelimutinya Hermione menatap ke langit-langit, sebelum ia mulai menulis.

Aku senang akhirnya kita dapat menemukan jalan keluar dari semua ini. Kuharap kita bisa sering-sering ngobrol.

-H.

Hermione tersenyum membayangkan ketika nanti Draco membuka dan membaca surat yang ditulisnya, kemudian Hermione melipat surat itu dengan hati-hati.

Hermione memutuskan untuk memberikan surat besok, dan menyimpan surat itu tepat di bawah bantalnya. Hermione harus memastikan tidak ada seorangpun yang mengetahui hal itu, agar ia dan Draco bisa tetap berkomunikasi dengan privasi.

Alone With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang