3

1.7K 229 4
                                    

     Hermione mencoba untuk memejamkan matanya, tapi tidak berhasil. Ia sama sekali tidak merasa lelah, bahkan setelah hari-hari yang panjang. Dia tidak bisa berhenti melirik rak buku di pojok ruangan tempat dimana ia menyimpan novel favoritnya. Hermione bisa merasakan senyum tersungging di wajahnya, buku-buku itu membawa banyak kenangan luar biasa dari beberapa tahun terakhir, dan Hermione berharap dia bisa mengulanginya kembali.

     Melemparkan dirinya sendiri dari atas ranjang berkaki empat, Hermione menyusuri ruangan dengan kaki telanjangnya. Ia mengambil buku favoritnya—Sejarag Hogwarts, menyentuh sampul buku dan halaman-halamannya yang lembut.

     Oh, betapa ia mencintai buku-buku ini.

     Sambil bergelung ke dalam selimutnya, Hermione meletakkan bukunya di atas pangkuan dan menggapain tongkat sihirnya. "Lumos,"

     Sebuah cahaya putih berpendar dari ujung tongkat sihirnya. Hermione tersenyum, ia mulai membuka halaman pertama. Meskipun Hermione telah membacanya berjuta-juta kali, ia tetap mencintai setiap bagian dari buku itu.

*

     Hermione terbangun dengan punggung yang teramat nyeri. Ia mendapati dirinya terkapar di tengah-tengah tempat tidurnya, dengan buku tergeletak di salah satu kakinya. Hermione mengusap matanya, menyadari bahwa ia telah membaca buku sampai lewat tengah malam.

     Sambil menghela nafas, Hermione memakai jubahnya. Meskipun turun ke lantai bawah adalah hal paling terakhir yang ingin dilakukannya, perut Hermione benar-benar sangat lapar.

*

     Draco melihat Hermione berjalan terburu-buru ke aula, gadis itu membawa beberapa buah buku di lengannya. Draco memperhatikan Hermione, bahkan sebelumnya ia tidak pernah melakukannya. Gadis itu terlihat kebingungan; seolah-olah ia sedang memikirkan sesuatu. Draco mencela dirinya sendiri karena telah memikirkan Hermione. Mengapa ia peduli pada Hermione?

     Kau suka padanya, Malfoy.

     Tidak, itu tidak mungkin.

     Draco menatap piring makannya, bergelut dengan pikirannya sendiri.

     Di sisi lain, Hermione sedang berusaha memalingkan pandangannya dari meja Slytherin. Ia belum pernah merasa setakut ini sebelumnya, seolah-olah orang-orang menatapnya dari setiap sudut. Hermione juga tidak bisa berkonsentrasi pada apapun, membuatnya takut.

     "Dasar bocah kecil menyebalkan!"

     Mata Hermione langsung terangkat ketika ia mendengar suara Pansy Parkinson yang teramat lantang. Ketika ia melihat keributan yang tengah terjadi, Hermione mencoba menahan dirinya sendiri untuk tidak meledakkan kemarahannya.

     Pansy berdiri di tengah-tengah aula, ia sedang mengangkat seekor katak dari kakinya. Di depannya ada seorang bocah laki-laki, mencoba menggapai-gapai katak itu. "Kembalikan, katak itu punyaku!" Bocah laki-laki itu akhirnya berbicara, kengerian terdengar jelas dalam suaranya. Pansy tertawa terbahak-bahak, mengangkat katak tadi tinggi-tinggi, tubuh hewan itu tergantung tinggi dari atas tanah.

     Bocah laki-laki itu mengingatkan Hermione pada Neville di hari-hari pertamanya di Hogwarts, kataknya tampak selalu menghilang. Tetapi, ketika suara sorak sorai dari meja Slytherin mencapai indra pendengaran Hermione, Hermione terseret kembali dari memorinya dan membentak marah.

     "Hei, kenapa tidak kau lawan seseorang yang sepadan denganmu?" Hermione angkat bicara dari mejanya, semua orang di sekelilingnya mendadak terdiam. Hermione menampar pipi Pansy hingga meninggalkan bekas kemerahan. Beberapa teman Pansy melongok padanya, memastikan bahwa Pansy baik-baim saja, ia mengangguk meyakinkan mereka bahwa dirinya baik-baik saja.

     "Well, well, siapa lagi kalau bukan si mudblood?" bentak Pansy, melepaskan si amfibi yang melompat ke tempat yang lebih aman. Hermione pura-pura tidak memperdulikan perkataan Pansy meskipun kata-kata Pansy menusuk hatinya.

     "Luar biasa, kau masih ingat aku. Tapi tolong, urusi saja hidupmu dan berhenti menganggu bocah-bocah tahun pertama."

     Pansy terdiam untuk beberapa saat, sebelum, tapi tidak selama itu. Jari telunjuknya menuding Hermione dan menusukkannya di dada Hermione. "Itulah mengapa ini begitu seru. Karena mereka lemah. Sama. Seperti. Dirimu." Pansy mendesis, menikam Hermione dengan setiap ucapannya.

     Tiba-tiba Pansy mendorong Hermione, membuat Hermione kehilangan keseimbangan dan menumbangkan dirinya sendiri. Hal itu membuat situasi semakin gempar, dan dua teman Hermione menerobos kerumunan untuk menghampirinya.

     Hermione melicinkan lengan jubahnya selagi ia bangkit berdiri, dan sebelum kedua temannya menarik Hermione menjauh, Draco sekilas menangkap sesuatu yang membuatnya tersentak. Di kulit pucat Hermione, Draco bisa melihat bekas luka yang teramat dalam yang tampak merangkai menjadi sebuah kata. Sebuah kata yang membuat Draco teramat menyesal.

     Mudblood.

  

Alone With YouWhere stories live. Discover now