1

2.8K 273 12
                                    

      Pemuda itu berjalan di sepanjang koridor yang begitu dingin. Derap langkah dari sepatu sekolahnya menggema di sepanjang aula. Berpasang-pasang mata menatapnya dengan penuh kekecewaan, ia menunduk memandangi lantai di bawahnya. Ia berharap, andai saja ia tidak pernah kembali, ia tahu ini akan menjadi ide yang buruk. Setidaknya ia bisa menjauh dari tempat yang ia sebut rumah, setidaknya ia tidak harus menghadapi kedua orangtuanya. Ibunya tidak memperlakukannya dengan buruk, wanita itu kerap memandanginya dengan belas kasih, tetapi Lucius bahkan menganggapnya tidak ada. Draco tidak menganggap Lucius sebagai ayahnya lagi, baginya Lucius bukanlah bagian dari keluarganya lagi.

     "Dia pikir dia bisa berjalan-jalan di sini sesukanya dan melupakan apa yang telah terjadi?"

     Draco mendengar bisik-bisik di belakangnya, ia pun mempercepat langkahnya. Draco dapat merasakan air mata yang menyengat matanya, tetapi ia menahan tangis.

     Aku menyedihkan. Benar-benar menyedihkan.

     Draco mulai berlari, berharap tak seorangpun dapat melihat air matanya. Yang ia inginkan sekarang hanyalah kembali ke kamarnya, mengunci dirinya, dan tidak pernah kembali keluar lagi...

     "Aduh!"

     Gadis dengan wajah pucat-kelelahan karena belajar dan buku-buku yang dibacanya, jubahnya yang rapi, rambutnya yang gelap bergelombang selalu tampak ikal. Siapa lagi kalau bukan Hermione Granger?

     Hermione memijat-mijat bahunya yang nyeri, menggerutu kesakitan. Matanya tertuju pada buku-bukunya yang berserakan di sepanjang anak tangga.

     "Lain kali lihat-lihat ka-"

     Ketika Hermione sekilas memandangi Draco, gadis itu menghembus napas pendek. Nafas Draco mendadak berat, ia langsung menghapus air matanya sebelum Hermione dapat melihatnya.

     Kemudian Draco melihatnya.

     Draco bisa melihatnya di mata Hermione, membuat pemuda itu tidak tahan-Hermione kasihan padanya. Draco tidak mau siapapun merasa kasihan kepadanya, terutama Hermione, gadis yang ia hina bertahun-tahun lamanya.

     Draco meninggalkan Hermione, berlari ke asramanya.

*

     Hermione tidak percaya pada apa yang baru saja dilihatnya. Seorang Draco Malfoy, menangis. Meskipun Hermione membenci pemuda berdarah murni itu, baginya tak seorangpun pantas disakiti sebagaimana Draco telah disakiti orang-orang disekitarnya.

     Sambil menghela napas, Hermione mengumpulkan buku-bukunya yang berserakan dan mengusap-usap halaman-halaman yang kusut karena terjatuh tadi. Hermione hampir dapat merasakan bagaimana rasa sakit Draco sepenuhnya-mata pemuda itu penuh dengan rasa sakit.

     Peduli apa aku? Tahu masalah-masalahnya saja tidak.

     Kemudian, Hermione berjalan terburu-buru ke kelas Ramuan, bingung pada dirinya sendiri.

Alone With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang