2

2K 236 4
                                    

     Bagaimana bisa ia membiarkan Hermione melihatnya dalam keadaan seperti itu? Sekarang mungkin Hermione sedang menertawakannya, mengejeknya. Draco menyandarkan kepalanya pada kedua lengannya, menggertakkan gigi-giginya.

     Ini tidak seharusnya terjadi, aku membuat semuanya jadi berantakan. Andai saja aku tidak semenyedihkan ini.

     Granger pasti akan memberitahu seluruh murid dan seantero sekolah akan tahu betapa lemahnya ia. Draco tidak akan membiarkan hal itu sampai terjadi. Ia melompat dari kursinya, mendorong pintu kamarnya hingga terbuka, jubahnya bergoyang diterpa angin sebagaimana ia berjalan ke kelasnya.

*

    Hermione mengerang, frustrasi. Ia berkali-kali berusaha menghapus tinta yang mengotori catatannya, tetapi ia malah tambah memperburuknya. Hermione mendesah dan menutup bukunya, sambil berjanji pada dirinya sendiri kalau nanti malam ia akan menyalin catatannya kembali. Gadis itu membenahi jubahnya dan membereskan barang-barangnya, ternyata ia adalah satu-satunya murid di ruangan itu.

   "Granger."

    Rasa merinding merangkak naik ke tulang punggung Hermione, ia bergidik ketika mendengar suara datar di belakangnya. Ternyata Hermione tidak sendiri. Hermione berusaha untuk tetap tenang, tidak menanyakan satu pertanyaan pun, malah mungkin ia akan memperburuk keadaan dengan pertanyaan-pertanyaannya dan Hermione sama sekali tidak tahu apa saja yang bisa dilakukan pemuda di hadapannya itu terhadap dirinya.

    Hermione berusaha untuk tidak gemetaran, tetapi ia gagal. Ia terlalu takut pada Draco, apalagi, seperti yang diketahuinya, pemuda itu telah tumbuh dewasa menjadi seseorang yang memiliki banyak sekali sisi gelap dalam dirinya dan Hermione sama sekali tidak tahu apa yang tengah direncanakan pemuda itu.

     "Menjauhlah, M-Malfoy," Hermione mengacungkan tongkat sihirnya meskipun tangannya gemetaran.

     Draco pun mengeluarkan tongkat sihirnya, berjaga-jaga. Terlambat.

     "FLIPENDO!"

     Dengan suara hantaman yang sangat keras, mantra itu menjatuhkan Draco dan membuatnya terpental ke belakang, menabrak dinding kelas.

     Hermione berlari sekuat tenaganya, berharap Draco tidak cukup kuat untuk mengejarnya.

     Ketika Hermione kembali ke dalam kamarnya, ia menghela nafas yang ditahannya sejak tadi. Apa yang Draco inginkan darinya?

*

     Draco merasa seperti seseorang telah meninjunya tepat di dadanya. Ia bangkit sebelum seseorang dapat melihatnya. Draco berdiri dan merapihkan jubahnya. Penyihir kecil menjijikkan itu.. Draco menghentikan dirinya sendiri sebelum ia dapat mengatakan hal-hal yang lebih buruk lagi.

     Hermione baru saja menyerangnya! Draco bahkan tak membalas gadis itu. Ia melarikan jemari-jemarinya ke rambut pirangnya dan menghela nafas. Hermione takut padanya, hal itu jelas sekali terlihat, gadis itu gemetaran karena perkataan Draco.

    Aku seorang monster, tentu saja ia akan takut padaku. Memangnya siapa yang tidak takut pada seorang monster?

    Draco mendekapkan telapak tangannya pada sebuah tanda yang tercetak di tangannya sambil membenamkan kuku-kukunya di tanda itu. Semua ini salahnya. Mengapa ia sampai membiarkan dirinya sendiri membelanya? Draco berharap tanda itu akan menghilang, tetapi tanda itu akan terus terlukis di kulitnya selamanya, sebagai simbol bahwa ia dulu seorang monster dan sebagai suatu peringatan betapa lemahnya ia dulu.

     "Malfoy."

     Draco melihat Profesor McGonagall yang berdiri di ambang pintu. Pemuda itu pun langsung cepat-cepat meninggalkan ruangan.

     Setelah ia berhasil menghindari Profesor McGonagall, bukannya kembali ke ruang bawah tanah, Draco justru berjalan menelusuri gang-gang sekolahnya, membiarkan kegelapan malam menelannya, menyembunyikannya dan rahasia-rahasia gelapnya.

Alone With YouWhere stories live. Discover now