02. Transmigrasi?

16.1K 1.3K 7
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya sebagai tanda bahwa kalian menghormati karya yang author buat.

*Happy Reading*


"WHAT THE INI ADA DIMANA?!!" teriakan cetar membahana dari mulut mungil ji ya yang kaget karena melihat ruangan besar berciri khas gaya kuno terbentang dihadapannya.

"bukannya tadi aku ada dijalanan kenapa bisa aku ada disini!? Apakah ada yang menculikku? Tidak mungkin... Orang bisa menculikku dalam waktu sesingkat ini?" ji ya terus berspekulasi tentang apa yang telah terjadi pada dirinya saat ia menutup matanya tadi, aneh sangat-sangat aneh mengapa ia bisa disini? Apa yang sebenarnya terjadi?...

'tuk..tuk..tuk.. Brakkk' pintu ruangan itu terbuka menampakan segerombolan orang yang berlomba untuk masuk kedalam ruangan itu, alis ji ya mengerut saat melihat pakaian dan dandanan orang-orang yang memasuki ruangannya.

"Aiyo.. akhirnya putri agung Han sudah sadar!... Sungguh ini berkat Dewa..." ucap seorang wanita tua cantik walau cukup banyak kerutan diwajahnya dengan bahagia.

"Anda benar ibu suri... Ini benar-benar berkat dewa sehingga putri agung Han sadar..." ucap seorang wanita lain disamping diwanita tua yang ia panggil 'ibu suri', wanita itu tersenyum manis namun jika diperhatikan lebih seksama wanita itu malah tersenyum sinis sambil menatap tajam ji ya... 'kenapa anak tidak berguna ini masih bangun! Kenapa tidak mati saja!!' batin wanita itu.

Ji ya tentu menyadari tatapan tajam wanita itu dan segera membalas tatapan wanita itu tak kalah tajam dan dingin... Nampak wanita itu tersentak kaget karena tidak percaya ji ya begitu berani menatapnya seperti itu.

"Kalian siapa?!" akhirnya sekian lama terdiam ji ya mulai bertanya kepada para wanita yang menggunjunginya, nampak ada raut tidak senang dari wanita yang menatap tajam ji ya tadi.

"ada apa ini putri agung? Apakah putri agung tidak mengenal nenek?..." wanita tua itu menatap ji ya dengan sendu, tatapan ji ya melunak saat melihat wanita tua yang mengaku sebagai neneknya itu tampak sedih... Entahlah hatinya juga ikut merasakan kesedihan wanita tua itu walaupun ia sama sekali tidak mengenalinya.

"Maaf tapi aku tidak mengenalimu..." ujar ji ya lembut, hal itu karena perlakuan wanita tua itu mengingatkan ji ya pada neneknya yang sudah meninggal.

'Brukk'

Tiada angin... Tiada hujan tiba-tiba seorang pria setengah baya bertubuh kekar memeluk tubuh mungil ji ya dengan erat seperti tidak mau melepaskannya barang sedetik saja.

"Anakku ji ya kau baik-baik saja kan nak?..." ujar pria itu sambil melonggarkan pelukannya pada ji ya  lalu menatap wajah mungil itu dengan intens, ji ya tidak memberontak sedikitpun saat dipeluk pria paruh baya itu karena ji ya dapat merasakan kenyamanan dan kasih sayang yang begitu tulus darinya.

Ji ya bingung ingin menjawab apa karena ia tidak mengenali siapa yang sedang memeluknya ini, namun lidahnya terasa kelu untuk sekedar bertanya.

Tiba-tiba kepala ji ya penuh dengan kilasan-kilasan ingatan seseorang yang terus masuk tanpa rem keotaknya, belum lagi rasa sakit yang yang begitu menusuk seperti ditusuk oleh ribuan pisau tajam.

"ARGGGHH SAKITTT..... ARRRGHH" jerit ji ya penuh kesakitan sambil mencengkram erat kepalanya mencoba meringankan sakitnya,keadaan ji ya membuat pria paruh baya beserta wanita tua nampak sangat cemas dan khawatir tapi lain halnya dengan wanita yang berada disebelah wanita tua itu nampak senyum penuh kemenangan dibibir merah darahnya itu.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN...CEPAT PANGGIL TABIB!!" teriak pria paruh baya itu dengan keras membuat para dayang itu berlari kocar-kacir menuju tempat sang tabib.

Ji ya yang tadinya mengerang kesakitan tiba-tiba limbung dengan tubuh melemas dalam dekapan pria paruh baya itu, ji ya pingsan akibat rasa sakit yang terus-menerus mendera kepalanya

Kini penglihatannya telah menggelap namun ji ya masih dapat mendengar suara pria tadi yang memeluknya.

*****

Ji ya membuka matanya dengan pelan, kini ia tidak lagi berada di ruangan kuno itu lagi namun sekarang ia berada di sebuah ruangan ah tidak ini lebih tepatnya adalah tempat serba putih tak berujung.

Tubuh ji ya mengambang seperti balon seolah ditempat ini tidak ada gravitasi sedikitpun.
"Tempat apa ini? Mengapa aku berada disini?" tanya ji ya bingung, bagaimana bisa ia berada disini sedangkan tadi ia berada di tempat serba kuno bersama orang-orang yang mengaku sebagai keluarganya.

Tiba-tiba kilasan peristiwa terlihat dihadapan ji ya seperti layar lebar di bioskop, ji ya menonton kilasan itu dengan seksama dan akhirnya mengerti mengapa dirinya bisa ada disini.

Kilasan yang ji ya lihat adalah seorang putri kesayangan raja Han yang bernama Han ji ya, yang mati karena bunuh diri dengan menceburkan dirinya kekolam akibat hasutan selir ayahnya sendiri namun bukan itu masalah utama yang membuat ji ya nekad bunuh diri, inti dari masalah itu adalah dekrit dari mendiang kaisar Xiao terdahulu yang mengharuskan ji ya untuk menikahi kaisar Xiao yang sekarang yang bernama Xiao xi ang.

Ji ya memilih menolak dekrit itu karena ia tidak cinta pada kaisar Xiao, meskipun sebenarnya masalah cinta itu urusan kedua namun yang paling utama karena ji ya akan menjadi selir ke-5 dari kaisar Xiao, memangnya siapa yang mau menjadi istri keberapa dari seorang pria dan tentu saja ji ya tak ingin dimadu dengan wanita lainnya.

Belum lagi selir ayahnya yang terus menghasut agar ji ya bunuh diri... Mungkin pada dasarnya ji ya itu polos atau bodoh sehingga ia mau-mau saja menerima hasutan selir ayahnya itu dan.... Terjadilah peristiwa bunuh diri itu yang membuat ji ya meregang nyawa dan sekarang digantikan oleh ji ya masa depan, mungkin ini suatu keberuntungan ji ya karena memasuki tubuh yang namanya mirip dengannya saat dimasa depan belum lagi paras dan postur tubuh ji ya yang sama persis jadi tak perlu repot untuk menyesuaikan diri dalam tubuh putri Han ji ya ini.

Ji ya juga mendapat kilasan ingatan dari ji ya asli bahwa ibu kandungnya telah meninggal saat ji ya berumur 6 tahun akibat sakit keras itulah yang ayahnya katakan namun yang sebenarnya adalah ibunya meninggal akibat perbuatan selir ayahnya itu yang serakah karena menginginkan posisi permaisuri menjadi miliknya, akhirnya selir itu meracuni makanan ibunya dengan racun yang sangat mematikan yang membuat ibunya sakit-sakitan sebulan penuh hingga menjemput ajalnya, selir itu bahkan menyuap tabib istana agar mengatakan bahwa ibu ji ya itu sakit keras dan bukan karena racun apapun.

Bahkan ji ya pernah menemukan botol racun itu ketika dirinya masih kecil namun dengan sigap selir itu berdalih bahwa botol itu berisi obat sakit perut, dan tentu saja ji ya percaya dan tidak menanyakannya lagi.

Selir itu bernama Hwang shi hye dan ia mempunyai satu anak perempuan yang bernama Han li yan, anak selir itu juga sama liciknya dan mereka sering menghasut ji ya.

Ayah ji ya adalah raja yang memimpin kerajaan Han, ayah ji ya bernama Han shu tian dan juga ji ya memiliki kakak laki-laki yang bernama Han guan jian.

Dan saat ini guan jian, kakak ji ya berada diperbatasan karena tugasnya, guan jian juga sangat menyayangi ji ya namun ia masih belum tahu berita tentang ji ya yang bunuh diri karena menolak pernikahan dengan kaisar Xiao.

Keluarga yang harmonis namun terdapat duri kecil penggangu sepertinya ji ya harus membasmi duri itu kita nantikan saja.

*****

Ji ya membuka matanya pelan menyesuaikan dengan pencahayaan yang ada, kini ia kembali diruangan serba kuno itu lagi tapi kali ini ruangan itu sepi tanpa satu orang pun.

Ji ya menyeringai tajam didalam otak liciknya itu sudah merangkai banyak rencana yang tentu sangat berguna baginya.

"Tenang saja putri aku akan meratakan rintangan dan halanganmu... Akanku bebaskan kau dari pernikahan ini dan juga sebagai bonus karena sudah memberikan tubuhmu padaku... Aku akan menyingkirkan dua hama tak tahu diri itu... Itu lah janjiku!".

Bersambung

Dipublikasikan: 15 febuari 2021

Permaisuri LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang