34. Malam itu...

3K 306 38
                                    

"ji ya..." Suara berat itu mengalun merdu di telinga ji ya, membuat ji ya kaget tentunya.

Kini kaisar xiao berdiri di depannya dengan mata penuh kabut nafsu, napasnya sedikit terengah. Membuat ji ya keringat dingin.

Bahkan sekarang tanpa berpikir panjang, kaisar xiao mencium bibir ji ya.

Ji ya tidak kaget dengan apa yang terjadi kali ini, walau masih ada rasa takut dalam dirinya. Ia yakin dapat melakukannya.

Dengan perlahan ji ya membalas ciuman kaisar xiao, lalu membuka hanfu kaisar xiao perlahan. Ciuman itu semakin lama semakin liar, bahkan kini kaisar xiao sudah bertelanjang dada.

Memperlihatkan tubuhnya yang kekar dan penuh otot. Ji ya melepaskan ciuman mereka, dan menatap tubuh kaisar xiao yang tampak menggoda dimatanya.

Namun, ji ya langsung menampar dirinya sendiri agar tersadar akan situasi.

Saat ji ya hendak beranjak pergi, kaisar xiao menahan tangannya. "jangan pergi, tolong aku, tubuhku panass..."

Ji ya tak sanggup menahan godaan ini, tapi ia menolak untuk menerimanya. Ji ya lantas mengelus dagu kaisar xiao lembut.

"Aku tak akan kemana-mana, bersabarlah sebentar aku akan membantumu setelah aku membuka hanfuku disana." Ucap ji ya sembari menunjuk sebuah tirai pemisah yang biasanya digunakan untuk berganti pakaian atau hanfu.

"kenapa tidak disini saja?"

"aku punya kejutan untukmu jadi bersabarlah sebentar." ji ya lantas pergi menuju tirai pembatas itu, kaisar xiao kali ini tidak menahannya sama sekali membuat ji ya lebih leluasa melancarkan aksinya.

Setelah ji ya menghilang dibalik tirai pembatas, mata kaisar xiao yang semula sayu lantas berubah menjadi tatapan dingin.

"Rencanamu tidak akan berhasil sayang." lirih kaisar xiao sambil menelan sebuah pil yang ia genggam. Ya, kaisar xiao sudah mengetahui rencana ji ya yang sebenarnya dan ia sengaja meminum minuman yang terdapat obat perangsang itu.

Kaisar xiao tidak habis pikir, ji ya benar-benar memberinya obat perangsang dan obat halusinasi dengan dosis sebanyak itu, untung saja ia memiliki penawar.

Setelah menelan pil penawar, kaisar xiao kembali bersandiwara seolah dirinya masih dipengaruhi obat yang diberikan ji ya.

Malam yang panjang. Batin kaisar xiao saat melihat le yue datang dari balik tirai pembatas dengan menggunakan hanfu yang sangat mirip dengan ji ya.

"ji ya?" ucap kaisar xiao dengan suara rendah dan sedikit serak.

Mata le yue berbinar, mengira kaisar xiao benar-benar dalam pengaruh obat perangsang. Dengan cepat ia mendekat kearah kaisar xiao dan terus menggodanya, tetapi kaisar xiao hanya memeluknya lalu menusuk leher belakangnya dengan sebuah jarum.

Le yue langsung jatuh tidak sadarkan diri di pelukan kaisar xiao. "Bermimpilah yang indah selirku."

Kaisar xiao lalu mengacak-acak penampilan le yue, agar ji ya mengira semua yang ia harapkan terjadi.

Senyum licik kaisar xiao terbit saat melihat ping nuo yang keluar dari balik pembatas. Korban kedua kini muncul dihadapannya, segera kaisar xiao mengubah raut wajahnya.

"kaisar anda sungguh luar biasa, bahkan dapat membuat perempuan itu pingsan." ucap ping nuo sinis saat melihat le yue yang sudah tepar.

"panas, peluk aku ji ya." ucap kaisar xiao melanjutkan sandiwaranya. Tanpa berpikir panjang ping nuo langsung memeluk kaisar xiao.

"ya saya ji ya, yang mulia."  jawab ping nuo.

Pengaruh apa yang ji ya berikan kepada mereka sehingga mudah dibodohi seperti ini? Batin kaisar xiao sembari melakukan hal yang sama kepada ping nuo.

Kaisar xiao lantas menatap ke arah tirai pembatas, ia yakin ji ya masih bersembunyi disana. Dengan cepat kaisar xiao mengambil sebuah gelas dan mencapurkan air dengan sebuk yang berisi obat perangsang yang sama seperti yang ji ya berikan kepadanya.

"Malam ini, kau milikku sepenuhnya ji ya."

Setelah selesai kaisar xiao lalu berbaring di tempat tidurnya seolah kehilangan kesadaran. Ya ia kembali bersandiwara.

Tak lama kemudian terdengar langkah kaki yang mendekat kearahnya. "Aku tak menyangka, pria ini bisa menggarap 2 perempuan sekaligus hingga pingsan seperti ini." ucap ji ya yang baru saja keluar dari pesembunyiannya.

"Sebaiknya aku memanggil pelayan le yue dan ping nuo untuk membawa mereka berdua pergi agar tidak ketahuan." ji ya lantas pergi dan segera memanggil pelayan yang membawa le yue dan ping nuo pergi dari kediaman kaisar xiao.

Setelah sepi, ji ya menghampiri kaisar xiao. Tangannya mengelus wajah kaisar xiao dengan lembut. "Setelah rencana ini selesai, aku bisa lepas darimu." lirih ji ya dengan senyum puas terpatri dibibirnya.

Ji ya sangat puas saat mengira rencananya telah berhasil, dengan begitu kaisar xiao mau tidak mau melepaskannya secara sukarela.

Membayangkannya saja sudah membuat ji ya sangat senang.

Ji ya segera mengacak-acak penampilannya lalu meminum minuman di atas meja, sudah menjadi kebiasaan ji ya minum sebelum tidur. Ji ya langsung menegak air itu hingga tidak bersisa sedikitpun.

"Sandiwara yang sesungguhnya akan terjadi besok, aku tidak sabar menantinya." ujarnya tersenyum licik kearah kaisar xiao yang masih terlelap disampingnya. Ji ya kemudian membaringkan tubuhnya dan mencoba untuk tidur, walau tubuhnya terasa panas setelah meminum air tadi.

Beberapa jam berlalu, ji ya kini sudah tertidur lelap dengan peluh membasahi tubuhnya.

Mata kaisar xiao lantas terbuka lebar dan menatap ji ya dalam, "Kau memang sangat licik dan juga cantik istriku, tapi sayangnya aku tidak akan kalah beradu rencana dengamu, sayang." lirih kaisar xiao lalu mencium kening ji ya.

Ji ya tetap tertidur lelap karena obat yang kaisar xiao masukan kedalam minumannya. "Malam ini kamu milikku seutuhnya."

*****

Ji ya menatap perutnya yang masih rata dengan tatapan sedih. Bagaimana tidak sedih? Rencana yang ia susun kacau balau,  ditambah ada kehidupan baru dalam perutnya.

Ji ya tak mungkin menggugurkan anaknya sendiri, ji ya mungkin licik dan tidak berperasaan saat memanfaatkan orang lain. Tapi ia tidak akan pernah membunuh anaknya sendiri.

Ada rasa kecewa dalam dirinya, mengapa bisa ia hamil? Kenapa bukan le yue atau ping nuo yang hamil?

Sebuah pikiran langsung melintas di benak ji ya, kaisar xiao pasti sengaja melakukannya. Dimalam itu pasti kaisar xiao sudah menyadari rencananya.

"ji ya kau bodoh! Sekarang kau tidak bisa lari lagi..." air mata ji ya langsung mengalir deras, perasaannya yang berubah-ubah membuatnya begitu cengeng.

Beberapa pelayan yang lewat hanya bisa menatap ji ya kasihan tanpa bisa melakukan apapun, sebab mereka hanyalah pelayan rendahan yang bahkan tidak bisa bersuara tanpa disuruh oleh majikannya.

Ji ya terus menangis hingga ia merasa puas dan lebih tenang, matanya menatap kearah depan dengan sebuah semangat menggebu dalam dirinya.

"Aku tidak akan menyerah, siapa bilang aku akan tetap tinggal disini. Mau hamil atau tidak tidak ada pengaruhnya bagiku." ujar ji ya dengan senyum tipis.

"Aku akan tetap pergi dari sini, hanya saja aku akan menunggu waktu yang tepat. Kau tunggu saja"

Bersambung.

Holla izel kembali.

Apa kabar readers?

Kebetulan UAS izel dah selesai jadi izel up, gimana seneng gak?

Senanglah pasti🤗






Permaisuri LicikDonde viven las historias. Descúbrelo ahora