40. Janji Dimalam itu

1.3K 94 5
                                    

Putri agung Han ji ya, gelar penuh penghormatan itu kini tersemat dalam nama ji ya, setelah ia tanpa sengaja menyelamatkan Putra mahkota Xiao xi ang.

Dan sekarang ia harus menikmati pesta pemberian gelar ini, padahal ia sama sekali tidak menginginkan gelar tidak berguna itu! Ji ya hanya menyelamatkan Xiao xi ang karena empatinya sebagai manusia.

Ji ya menghela napas lelah, begitu banyak orang terus berdatangan kearahnya dengan segala pujian yang tentu saja ada maksud tertentu.

Mereka semua penjilat!

Entah sampai kapan ia harus berdiri disini, memasang wajah penuh senyum. Sedangkan, hatinya sudah merasa dongkol sejak tadi.

Meski merasa kesal, ji ya tetap memasang senyumnya dan membalas setiap pujian dari para bangsawan penjilat itu.

"Nikmatilah, pesta ini diadakan untukmu."  dahi ji ya mengerenyit saat mendengar suara remaja  laki-laki yang umurnya mungkin berbeda 6 tahun dari ji ya.

"Aku tidak pernah meminta pesta ini diadakan." tukasnya dengan wajah kesal.

Remaja laki-laki itu terkekeh pelan, wajahnya sedikit memerah sembari menepuk lembut kepala ji ya.

"Meski kamu tidak meminta, tapi ini adalah sebuah penghargaan karena telah menyelamatkan nyawa calon kaisar ini." ucap remaja itu dengan cengiran di bibirnya.

Remaja itu adalah Xiao xi ang, putra mahkota kekaisaran Xiao.

Jujur, saat ini ji ya merasa sangat risih dengan keberadaan Putra mahkota Xiao ini. Bagaimana tidak? Dia terus mengekori ji ya kemanapun seperti anak ayam mengejar induknya, padahal ji ya tidak pernah merasa dekat dengannya.

Ji ya mencoba sedikit menjauh kali ini, sembari terus menatap Putra mahkota Xiao seolah bersiaga jika Putra mahkota Xiao menyadari rencananya.

Tapi belum sempat ia mengambil langkah seribu alias lari, tiba-tiba saja pergelangan tangan ji ya ditarik oleh seseorang yang bahkan ji ya tidak kenal.

Ji ya tentu saja hendak memberontak dan berteriak, bisa saja orang yang menariknya ini seorang penculik.
Belum juga ji ya mengeluarkan suaranya, orang itu lebih dahulu berbicara dengan suara rendah.

"Tenanglah aku bukan orang jahat." ucap orang itu dan terus menarik ji ya ke suaru tempat yang cukup sepi dan jauh dari jangkauan orang-orang.

Tempat itu adalah pinggiran danau yang tidak begitu jauh dari aula istana dan entah mengapa ji ya merasa cukup familiar dengan tempat itu.

Dengan pencahayaan dari bulan dan kunang-kunang yang berterbangan dengan bebas, membuat pemandangan begitu indah terbentang nyata di depan mata ji ya.

Suasana yang tenang diiringi suara jangkrik, semakin membuat ji ya terkagum-kagum. Belum pernah ia melihat tempat seindah ini dalam hidupnya dan ini pertama kalinya ia merasakannya.

"indah bukan?"

Ji ya menolehkan kepalanya dan mendapati orang yang menariknya tadi,  orang itu tersenyum simpul dengan mata sayu yang terlihat sangat seksi bagi ji ya.

"iya, sangat indah." lirih ji ya tanpa berkedip melihat orang yang ada disebelahnya.

"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya ji ya, masih dengan tatapan kagum.

"Pernah, kita bertemu di tempat ini 5 tahun yang lalu. Namaku Xiao Hong Li, aku yakin kamu sudah melupakanku." ucap orang itu yang ternyata adalah hong li.

Ji ya mendadak membisu, ia berusaha mengingat orang yang bernama hong li ini, dan sebuah ingatan melintas diotaknya.

"Oh, hong li? Anak kecil yang disiksa oleh pelayan kurang ajar itu?!" pekik ji ya heboh setelah sadar siapa hong li.

Hong li hanya tersenyum dan mengangguk mengiyakan pertanyaan ji ya.

Ji ya menutup mulutnya tidak percaya, tidak menyangka akan bertemu lagi dengan hong li setelah 5 tahun lamanya.

"Bagaimana kabarmu? Apakah pelayan kurang ajar itu masih menyakitimu? Kalau iya akan ku beri pelajaran kepada pelayan itu!"

Hong li terkekeh melihat reaksi ji ya yang sangat lucu dimatanya, lihatlah betapa percaya dirinya ia berkata akan memberi pelajaran kepada pelayan-pelayan yang suka menyiksanya dulu.

Inilah yang hong li suka dari ji ya, dia punya rasa perduli yang tinggi bahkan tidak perduli status orang yang hendak ditolongnya.

"Aku baik, mereka tidak lagi berani menyiksaku seperti dulu, karena aku sekarang sudah kuat." ucap hong li di iringi kekehan dari ji ya.

"Sudah seharusnya kita berani melawan, kalau tidak mereka akan semakin semena-mena." Hong li mengangguk menyetujui perkataan ji ya.

"Ah aku hampir lupa!"

Ji ya melihat hong li dengan wajah bingung, emangnya apa yang ia lupakan?

Hong li tampak sibuk mencari sesuatu di balik hanfunya, hingga tak lama kemudian ia menemukannya.

Tangan hong li menggenggam sebuah gelang giok putih, lalu menyerahkannya kepada ji ya.

"Ini untukmu,"

Persekian detik ji ya merasa otaknya mendadak lemot. Mengapa hong li memberinya gelang apakah ia......

"Kamu tidak sedang melamarku bukan?" ucap ji ya dengan wajah bersemu.

Hong li yang tadinya ingin memasangkan gelang itu di tangan ji ya mendadak tertawa terbahak-bahak.

"Jadi kamu ingin aku melamarmu?" ucap hong li sembari berusaha menetralkan wajahnya.

Sedangkan ji ya sudah kepalang malu dengan pertanyaan kelewat percaya dirinya itu, wajahnya merah menahan malu.

"Tak apa, jika kamu menginginkannya tunggu aku melamarmu secara resmi suatu saat nanti." Ucapan hong li justru membuat jantung ji ya berdebar kencang.

Ji ya tidak mengerti mengapa dirinya seperti ini, padahal ia baru bertemu hong li 2 kali, tapi ia merasa sangat dekat dan nyaman dengan hong li, ada apa dengan dirinya sebenarnya?

Ji ya kemudian menatap mata hong li dalam, dan tanpa sadar sebuah janji mengalir dalam lisannya.

"Aku tunggu Lamaranmu hong li, akan aku tunggu bahkan jika aku harus menolak ribuan pria diluar sana."

Hong li terdiam sesaat, berusaha menyadarkan dirinya bahwa yang ji ya katakan itu nyata dan bukan mimpi belaka. Sedangkan ji ya melotot tak percaya dengan apa yang ia katakan, apakah ia baru saja menyatakan cinta? Terlebih ia baru saja menyatakan cinta kepada seorang pria yang bahkan baru ia temui 2 kali.

Batin ji ya berteriak histeris merutuki kebodohannya, bagaimana bisa ia malah menyatakan cinta kepada seorang pria! Bisa-bisa ia akan ditertawakan oleh gege nya.

Ji ya melirik hong li malu-malu dan ingin melihat seperti apa reaksi pria itu setelah ji ya menyatakan cinta tidak langsung itu. Apakah ia akan tertawa? Tetapi pikiran ji ya salah besar.

Hong li tampak tersipu malu dengan wajah memerah hingga ke telinga.

"K-kalau begitu tunggulah lamaranku suatu saat nanti, akanku pinang dirimu sebagai pasangan hidupku." ucap hong li sedikit gagap.

Ji ya menatap mata sayu hong li, tatapan sedikit terpaku pada wajah tampan hong li yang diterpa sinar rembulan.

"Ya, aku akan menunggumu."

Bersambung.

Hallo apa kabar readers paling sabar sejagat wattpad?

Akhirnya sekian lama bertapa dalam gua hantu, izel comeback huhuhuhu.

Kangen gak? 😊😆

Permaisuri LicikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang