21. Kesempurnaan

5.3K 546 9
                                    

"Terkadang otak juga perlu digunakan untu menyelesaikan masalah dan tak selamanya otot selalu di gunakan. Benarkan rang-rang?"

"Rang-rang? Siapa rang-rang?"

'shit aku lupa?!'

*****

Ji ya hanya tersenyum kaku saat sepasang mata tajam itu terus menatapnya seolah ia adalah penjahat.

Suasana yang tadinya sunyi sekarang terasa sangat mencekam di kala kaisar xiao menuntut penjelasan kepada ji ya. Mengenai siapa orang yang ia panggil 'rang-rang'

"hmmm, rang-rang itu nama pelayan saya yang mulia. Saya lupa bahwa dia berada di luar. Hehehehe" ji ya hanya bisa tertawa canggung sembari meneliti setiap perubahan raut wajah dari pria yang berstatus suaminya itu.

Jika boleh jujur, ji ya saat ini ingin memaki. Namun juga takut dengan tatapan ganas dari kaisar xiao padahal kaisar xiao sama sekali menatap ji ya seperti itu dan itu semua hanyalah halusinasi ji ya semata.

Kaisar xiao langsung berpaling ke arah lain sembari memberi kode agar para bawahnnya berpencar keseluruh tempat itu. Ji ya hanya menatap malas ke arah kaisar xiao yang enak-enak duduk santai menunggu bawahannya datang memberi informasi.

"yang mulia? Sebenarnya apa yang kita cari di sini." kaisar xiao melirik sebentar ji ya lalu kembali fokus dengan pedang di tangannya.

"mencari sesuatu yang berharga." ujarnya dengan cuek. Ji ya hanya mendengus pelan melihat respon yang begitu dingin dari kaisar xiao. Ada apa dengannya? Bukankah tadi dia hangat kepadanya lalu kenapa dia menjadi dingin seperti ini?

Tetapi ji ya tidak memperdulikan perubahan mood kaisar xiao yang terlalu drastis. Waktu terus berjalan satu jam telah berlalu tapi tak ada satu pun dati bawahan kaisar xiao yang kembali.

Ji ya tentunya sudah sangat bosan, apalagi tiada percakapan sama sekali antara dirinya dengan kaisar xiao. Yang membuat suasana menjadi canggung.

Dengan malas ji ya berdiri lalu berjalan mendekati kaisar xiao yang masih fokus dengan pedang di tangannya.
"yang mulia?" panggil ji ya.

"hmm"

"saya akan kembali, saya takut ayahanda mencari saya. Jadi saya izin untuk kembali lebih dahulu" kaisar xiao langsung menatap mata ji ya yang berair karena merasa mengantuk.

"pergi saja" ucapan ketus itu langsung membuat rasa kantuk ji ya berubah dengan rasa kesal. Sudut alisnya berkedut karena merasa kesal.

'argghhh aku ingin memukul lagi kepalanya! Seenaknya saja dia. Bukankah dia yang mengajakku huh dasar rang-rang sialan!' jerit ji ya dalam batin.

"baik, hamba undur diri yang mulia. Semoga yang mulia berumur panjang. Semoga umurmu pendek!" ujar ji ya dengan lembut. Namun ucapannya diakhir dia hanya bisa mengatakannya dalam hati saja dan tak berani mengatakannya langsung.

"hmm pergilah syuh-syuh" senyum paksa terpatri di bibir ji ya. Sungguh jika saja pria di depannya bukanlah seorang kaisar mungkin sudah di sleding dari tadi.

Ji ya hanya bisa mengelus dada karena tingkah kaisar xiao yang selalu saja menyulut emosinya. Untung ji ya sabar.

Dengan langkah cepat ji ya segera meninggalkan tempat itu karena tak mau berlama-lama melihat wajah menyebalkan kaisar xiao.

Sesampainya di luar ji ya melihat xi jian yang sedang mengambar di tanah mungkin saja ia bosan menunggu majikannya yang begitu lama di dalam sana.

"jian! Ayo kita pulang." panggilan ji ya langsung menyadarkan xi jian  yang sempat termerenung.

Permaisuri LicikWhere stories live. Discover now