13. Kekaisaran xiao

8.3K 820 4
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya sebagai tanda bahwa kalian menghormati karya yang author buat.

*Happy Reading*

Hari yang gelap kini telah terang oleh sinar mentari yang sudah meninggi. Han ji ya sang putri agung dari kerajaan han kini telah bersiap dengan segala dandanan khas pengantin yang akan segera menikah.

Hanfu merah menyala melekat erat di tubuh rampingnya, wajah cantiknya di bubuhi make up tipis yang terkesan sangat natural. Para pelayan yang melihat penampilan ji ya tak mampu menahan kekaguman mereka.

Para pelayan itu bersorak gembira melihat hasil karya yang mereka torehkan benar-benar cantik bak dewi yang turun dari khayangan. Tapi kebahagiaan itu hanya dirasakan para pelayan saja sedangkan ji ya? Jangan di tanya tentu saja ia sangat tidak senang, sangat terlihat dari raut wajahnya yang begitu dingin menatap bayangannya sendiri di cermin.

"tuan putri begitu cantik! Hamba yakin yang mulia kaisar pasti akan mabuk kepayang saat melihat tuan putri." ujar pelayan 1.

"jika aku seorang pria, aku pasti akan tergila-gila dengan anda tuan putri." pekik pelayan 2.

"Shtt jaga sopan santunmu di depan tuan putri." ujar pelayan 3 sambil menyikut perut pelayan 2.

Ji ya hanya diam saja melihat tingkah ketiga pelayan yang di tugaskan untuk meriasnya terus mengoceh tentang kecantikannya. Bukannya ji ya tak senang di puji seperti itu tapi mengingat hari ini adalah hari terburuk yang pernah ia alami pastinya ia tak akan menyia-nyiakan sedikitpun senyumannya hanya untuk pura-pura terlihat bahagia.

"Tuan putri tandu pernikahan telah tiba" ujar xixi sambil menunduk hormat.

Ji ya menganggukan kepalanya sembari menyuruh salah satu pelayan memasangkan tudung pernikahan di kepalanya sehingga wajah ji ya tertutup dan tidak terlihat lagi.

"Mari tuan putri." ji ya menyambut tangan xixi yang akan menggiringnya ke tandu pernikahan yang akan membawanya ke kekaisaran, tempat pernikahan akan di laksanakan.

Sembari berjalan ji ya terlihat mengambil kesempatan merapatkan tubuhnya dengan xixi. "Apa yang ku perintahkan sudah selesai?" xixi hanya mengangguk samar agar tidak ada orang yang curiga.

"Bagus, xixi ku memang bisa di andalkan."

*****

Beberapa menit kemudian sampailah mereka berdua di depan gerbang kerajaan, dan di sana sudah banyak orang yang berkumpul untuk mengantarkan kepergian putri kesayangan mereka yang sebentar lagi melepas status lajangnya.

Raja han dan juga guan jian sudah berada di sana menanti kedatangan ji ya sekaligus mengantarkan ji ya ke rumah barunya kelak. Walau jauh di dalam hati mereka sangat tidak rela jika harus berpisah dengan ji ya, apa boleh buat mereka tak bisa berbuat apa-apa terlebih itu adalah perintah dari kekaisaran yang menaungi kerajaan mereka.

Ji ya tersenyum di balik tudung merah yang menutupi wajahnya.
"Apakah aku terlambat?"

"Tidak"

Ji ya terkekeh pelan saat melihat wajah guan jian yang terlihat sangat tidak rela bahkan ia terlihat sangat lesu, mengingat adik kesayangannya akan meninggalkannya.

"ulu ulu gegeku yang jelek ini merajuk ternyata." guan jian mendelik tajam kearah adiknya, guan jian tentu saja tidak terima di katakan jelek karena ia merasa tampan. Raja han tersenyum geli melihat tingkah kedua anaknya yang tak pernah berubah dari dahulu.


"aku tidak jelek!"

"kau memang jelek gege, tak perlu mengelak karena fakta sudah di depan mata."

"aku tidak jelek buktinya banyak putri kerajaan lain dan putri bangsawan yang melamarku, iru artinya aku tidak jelek!" kata guan jian sedikit ngegas.

"halah, palingan mereka melamar gege hanya karena gege akan menjadi raja selanjutnya makanya mereka mengejar gege dan bukan terpesona dengan wajah pas-pasan gege itu." cukup sudah guan jian benar-benar kehilangan kesabarannya dalam menghadapi sikap menyebalkan adik satu-satunya ini.

"Sudah-sudah, cepatlah berangkat dan jangan membuat yang mulia kaisar menunggu lama." kata raja han menengahi mereka yang langsung di hadiahi tatapan tajam dari ji ya.

"apakah ayahanda mengusirku?"

"tidak."

Mendengus pelan ji ya hanya bisa menuruti perkataan ayahnya.

Ji ya dituntun oleh raja han sendiri menuju ke arah tandu pernikahan yang telah di siapkan oleh pihak kekaisaran, tandu merah itu tampak sangat elegan dan mewah dengan ornamen berwarna merah dan emas bertebaran di mana-mana.

Setelah ji ya duduk tandu itu segera di angkat oleh 8 orang pria dewasa bertubuh kekar.

Dari balik tirai tipis berwarna merah itu ji ya melambaikan tangannya untuk terakhir kalinya, wajah guan jian memerah dengan genangan air terlihat di pelupuk matanya. Diam-diam ji ya terkikik melihat wajah sedih guan jian yang seakan-akan seperti mengantarkan adiknya ke alam kubur saja.

Ingin rasanya ji ya berteriak untuk mengatakan bahwa gegenya sangat cengeng, tapi sepertinya ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan hal itu.

Tandu sudah bergerak menjauhi kerajaan han, arak-arakan para rakyat begitu meriah dan penuh sorak-sorai.

Suara gemuruh dari lautan manusia yang menyemangatinya itu dapat mengobati sedikit rasa marah di hati ji ya.

Namun, setelah berapa menit berlalu semua suara sorak-sorai itu telah hilang digantikan keheningan.

Senyuman ji ya perlahan pudar saat tandu yang ia naiki sudah keluar dari kerajaan han dan mulai memasuki kawasan kekaisaran xiao, kekaisaran xiao dan kerajaan han sangat berdekatan jadi tak butuh waktu lama untuk sampai kekaisaran.

Sesampainya di istana kekaisaran, dapat ji ya lihat banyak orang yang menunggu kedatangannya. Para rakyat jelata hingga para raja dari kerajaan lain yang masih dalam naungan kekaisaran xiao pun hadir di sana.

Ji ya sedari tadi fokus menatap seorang pria tampan berhanfu merah pekat dengan sulaman benang emas berbentuk naga yang nampak begitu gagah dan cocok padanya. Ji ya sempat sedikit terpesona dengan ketampanan bak malaikat itu, Ingat hanya sedikit karena seberapa pun ketampanan pria tetap saja ketampanan tidak bisa menjamin apapun.

"cih entah kenapa aku begitu kesal saat melihat wajah sok kegantengannya itu walaupun ia memang ganteng." gumam ji ya pelan dari balik tudung yang menutupi wajahnya.

Ji ya terlalu asyik bergumam tentang kekesalannya kepada pria yang tak lama lagi berstatus suaminya itu, sampai-sampai tak menyadari bahwa dirinya sudah berada dalam gendongan pria yang telah memenuhi otaknya sedari tadi.

"sedang memikirkanku?" suara bariton itu segera memmbuat ji ya sadar dari acara melamunnya itu dan beru menyadari dirinya tak lagi menapaki tanah.

"Apa yang kau lakukan!" ji ya menjerit pelan karena tak ingin orang-orang mendengar jeritannya dan berakhir dengan momen yang memalukan ya ji ya tak akan mau itu sampai terjadi.

Alis kaisar xiao mengerut.
"aku menggendongmu, apa kau tidak lihat?" jawaban kaisar xiao sontak membuat ji ya kesal bukan main. Namun, di tahannya padahal tangannya sudah gatal sedari tadi untuk memukul wajah menyebalkan itu.

'huh sabar-sabar ingat tujuanmu ji ya, kau hanya perlu bersabar karena setelah itu kita akan bebas dari makhluk lucnut ini'

Bersambung.

Dipublikasikan:11 april 2021

Yuhu author come back

Permaisuri LicikWhere stories live. Discover now