35. Dia Yang Di Kegelapan...

2.4K 225 7
                                    

Berita tentang kehamilan ji ya lantas tersebar dengan sangat cepat, bak api di atas kapas. Tidak hanya di kekaisaran xiao saja berita itu tersebar, melainkan seluruh kerajaan dan kekaisaran lain.

Dan yang lebih parahnya, tersebar sebuah rumor bahwa ji ya adalah selir kesayangan kaisar xiao yang tidak akan lama lagi akan menjadi permaisuri.

Mendengar rumor itu membuat ji ya mual, sungguh dia tidak mengharapkan hal ini terjadi. Jangankan berpikir menjadi permaisuri, menjadi selir kaisar xiao saja sudah diluar kendalinya.

Sungguh saat ini ji ya mengidam untuk mencekik orang yang menyebarkan rumor hoax itu, belum lagi dongeng payah yang mengatakan dirinya selir kesayangan kaisar xiao? Bahkan cerita tentang buah apel yang jatuh diatas kepala seseorang, lebih menarik ketimbang rumor tak masuk akal itu.

Sejak kapan ji ya menjadi selir kesayangan kaisar xiao? Kaisar bajingan itu malah menganggap ji ya sebagai mainannya ketimbang istri. Seolah ada kesenangan dalam dirinya setelah menggagalkan setiap rencana yang telah ji ya susun susah payah.

Membayangkan wajah menyebalkan itu membuat ji ya kesal setengah mati, ingin sekali ji ya memukul, menendang dan mencincang pria bajingan yang menghamilinya itu.

Namun, ji ya kembali menatap perut ratanya yang sudah terisi sebuah kehidupan disana. "Nak, apa kau merestui ibundamu ini untuk mencincang ayahmu?" ujar ji ya sambil mengelus perutnya.

"Diam berarti iya." jawab ji ya dengan cepat. Sepertinya ibu hamil satu ini sudah memasuki fase stress.

Xixi yang melihat majikannya yang berbicara sendiri hanya bisa geleng-geleng kepala, tapi ia sudah tidak heran lagi kemungkinan ji ya terlalu syok saat mendengar kabar dirinya hamil, makanya ji ya berprilaku aneh seperti tadi.

"Tuan putri, apabila anak anda bisa menjawab dapat saya pastikan anda pasti akan berlari terbirit-birit." celetuk xixi yang membuat ji ya menoleh kearahnya.

"Tidak hanya aku, kau pun akan berlari kesetanan apabila anakku menjawab." sinis ji ya, yang tidak suka xixi mengganggu aktifitasnya bersama anak tercintanya. Padahal dirinya ingin berdiskusi dengan anaknya, tentang bagaimana menyikapi sikap kaisar xiao yang sangat tidak bertanggung jawab.

Xixi langsung terdiam, sepertinya majikannya ini sangat emosional membuatnya sedikit takut saat berkata-kata.

Terjadi keheningan diantara mereka berdua, ji ya sudah kehilangan minat untuk kembali berdiskusi dengan anaknya, dan xixi yang takut dimarah apabila membuka mulutnya.

"Xixi?" panggil ji ya setelah sekian lama diam.

"Ya, tuan putri ada yang anda inginkan?"

Ji ya menggeleng singkat, lalu melihat kesekelilingnya. "Mengapa kediamanku terasa begitu sepi? Kemana pelayan lainnya?"

"oh pelayan lain, mereka sedang berada di aula istana untuk menyiapkan pesta." jawab xixi sambil mengupas buah apel untuk ji ya.

"Pesta? Pesta apa?" ji ya mencoba mengingat, memangnya ada perayaan apa yang akan terjadi dalam waktu dekat ini, tetapi tiada satupun perayaan yang terlintas dikepalanya.

"bukankah perayaan musim dingin masih cukup lama, bahkan ulang tahun bajingan itu juga sudah lewat. Memangnya apa yang dirayakan?" lanjutnya sambil bertopang dagu.

"Anda lupa tuan putri? Ini adalah pesta atas kehamilan anda." ucap xixi dengan wajah polosnya.

Bagai di sambar petir disiang bolong, ji ya melongo saat mendengar alasan dari pesta yang tengah disiapkan itu.

"Anak Anj- sabar ji ya, gak boleh marah nanti cepat tua hahahaha BANGS*T SI RANG-RANG KAMPRET!" mulut ji ya sudah tidak bisa di rem lagi, karena terlanjur jengkel dengan setiap keputusan kaisar xiao yang membuat pikiran dan mental ji ya cenat-cenut.

Xixi langsung menutup telinganya erat saat mendengar teriakan penuh murka majikannya, andai saja yang berteriak bukan majikannya, pasti sudah di tendang dari tadi. Untung saja kesabaran xixi sudah terlatih sejak dahulu kala, yah walau terkadang tingkah majikannya diluar akal sehat, yang membuatnya jengkel juga.

"Yang sabar tuan putri, nanti anak anda kenapa-kenapa kan gak baik."

Ji ya kemudian mengatur napasnya mencoba menenangkan diri. Bagaimana ji ya tidak murka, ia telah menyiapkan rencana untuk kabur 'jika' saja kaisar xiao tidak membuat perayaan itu , apalagi untuk merayakan kehamilannya.

Ji ya bermaksud membiarkan rumor itu dan bersikap biasa saja hingga ia bisa keluar. Karena jika rumor itu menyebar tapi tidak ada perayaan kehamilannya maka orang-orang hanya akan menganggap rumor itu hanyalah dongeng dibuat-buat, dan ji ya bisa terbebas dari rumor itu dan kabur.

Tapi masalahnya kaisar xiao malah membuat perayaan tanpa seizinnya. Sungguh mengesalkan bukan?

"Tunggu pembalasanku rang-rang kampret!"

*****

"Jendral, seorang suruhan dari istana kekaisaran memberikan undangan perayaan kehamilan salah satu selir kaisar untuk anda." seorang pria membungkuk sembari menyerahkan gulungan kertas yang terbuat dari serat bambu itu kepada pria yang ia sebut 'jendral'

Tangan yang berbalut zirah itu mengambil gulungan itu, mata tajamnya mulai meniti tiap kalimat yang tertulis.

"Selir ke lima." ucapnya lirih sambil terus menatap gulungan itu, tangannya terkepal erat. Wajahnya terlihat sangat datar, sebelum akhirnya sudut bibirnya sedikit terangkat dan membentuk senyum tipis.

"Han ji ya..."

Pria yang memberi gulungan itu lantas menatap sang jendral dengan tatapan bingung, apa yang membuat jendral terkenal dingin dan kejam itu tersenyum? Apakah dia sedang kerasukan?

"Apakah jendral mengenal selir kaisar xiao?" senyum sang jendral langsung lenyap setelah mendengar pertanyaan bawahannya, wajahnya kembali datar bahkan kali ini tampak sedikit kebencian di wajahnya.

"Kamu tidak perlu tahu, itu urusan pribadiku." bawahan itu hanya bisa tersenyum canggung segera meminta maaf dan pergi secepatnya dari sana, sebelum sang jendral murka akibat kelancangannya.

Sang jendral kembali melihat julungan ditangannya itu lalu merematnya hingga tak berbentuk, matanya berkilat penuh amarah.

"Xiao Xi Ang!" geramnya dengan suara yang amat berat, bahkan sekali mendengarnya saja akan mengetahui seberapa banyak kebencian di setiap kata yang ia ucapkan.

"Kamu telah menghancurkanku dan sekarang, kamu menghancurkan wanita yang aku cintai. Kamu benar-benar pantas mati Xiao Xi Ang!" amarahnya meluap, apalagi ketika ia kembali mengingat masa lalu yang selalu meneror dirinya.

"Kamu pembunuh! Kamu membunuh ayah dan ibu. Kamu iblis jahat, Pergi kamu dari sini!"

"Tidak! Bukan aku, aku tidak mungkin melakukan hal keji seperti itu. Dia yang melakukannya! Ku mohon percayalah padaku... Bukan aku pelakunya."

"Ku mohon percayalah padaku..."

"Pembunuh tetaplah pembunuh, bawa dia ke penjara bawah tanah, siksa dia terus menerus selama 1 minggu, tapi jangan sampai menghilangkan nyawanya. Dia harus bertanggung jawab dengan apa yang dia lakukan."

"Aku mohon percayalah bukan aku yang melakukannya, aku dijebak! Dia memfitnahku!!"

"Bawa dia!"

"Tidaakkkk! Ku mohon jangan bawa aku..."

"Selamat tinggal benalu,"

Bersambung.

Yey update lagi

Maaf telat berapa bulan yak? Muehehehe izel sibuk bestie. Mengurus ponakan baru.

Nanti izel usahakan up lagi minggu depan, soalnya lagi nulis chapter 36, yang sabar yo...



Permaisuri LicikWhere stories live. Discover now