Prolog

103 40 35
                                    

Halo teman2, sebelum membaca prolog, ada baiknya saya memperkenalkan diri. Nama saya Putra Marenda. Saya pernah menulis dan menerbitkan buku berjudul Jejak Langkah yang Kau Tinggal pada 2016. Berhubung sudah menjadi hak pribadi lagi setelah 1,5 tahun terbit, akhirnya saya putuskan untuk mengunggahnya di Wattpad.

Bagi yang penasaran dengan cerita yang saya tulis 4 tahun lalu, selamat membaca :)

Fyi. Sebelum membaca ada baiknya selalu mendukung penulis dengan mengikuti dan berbagi vote.

Terima kasih dan dukungannya. Saya terbuka untuk vote dan ikuti balik karya para penulis.

Semangat berkarya!

....

Buku

Udara segar tak mampu menembus dinding-dinding penghalang pagi hari ini. Aku yang  tergeletak manis di meja dengan sampulku yang masih melekat di bagian tubuhku hanya bisa terdiam di meja milik seorang wanita. Aku tak tau juga kenapa aku berada di tempat seperti ini. Tempat yang begitu mengerikan. Bagaimana tidak, aku bisa melihat dengan jelas, ada wanita di sampingku sedang menangis terus menerus.

"Jangan menangis tolong!"

Ucapku tanpa bisa didengarnya. Perawakan ku sebagai benda mati membuatku tak bisa melakukan apapun.

"Kau mau apakan aku ?" ucapku sekali lagi ketika tiba-tiba wanita ini mengambil aku yang sedang tergeletak rapi di meja kamarnya.

"Hey, kau mau membaca ku ?" sekali lagi aku berkata dan sekali lagi itu sama sekali tak berguna, dia tidak mungkin bisa mendengarku.

Aku tersentak tiba-tiba.

"Aww, apa yang kamu lakukan!" tubuhku di goncang-goncang untuk dipukulkan di perutnya.

Sambil terus menangis, kenapa wanita ini terus mengucapkan kata, "mati kau, mati !" apa yang sebenarnya terjadi ? Kenapa kau melakukan hal seperti ini ?

"Cukup! Jangan kau pukulkan aku ke perutmu lagi!"

Aku dibuat pusing dengan tubuhku yang terus dibenturkan ke perut yang aku rasa agak berisi. Bentar! Agak berisi ? Kau hamil wahai wanita yang sedang memegangku ?

Perlahan aku mulai mengerti, kenapa kau menangis, kenapa kau memukulkanku ke perutmu berulang kali. Aku hanya terdiam kali ini. Aku membisu sejenak membiarkanmu melakukan hal yang untuk sementara membahagiakanmu. Mungkin.

Tangan yang mencengkeramku tiba-tiba berhenti memukulkan badanku ke perutnya, kemudian tangisnya pecah. Aku bisa merasakan air mata nya jatuh membasahi aku yang masih tersampul rapi.

Sambil menangis, tangan wanita ini menyentuh sampulku dan ternyata ia membuka sampul yang menutupi tubuhku ini.

"Jejak Langkah yang Kau Tinggal" aku tau dia mengucap namaku  dalam hati ketika melihat diriku. Tulisan namaku, diusapnya pelan.

"Biarlah aku menyiksa diriku sekarang dengan membaca buku ini, aku tak mau tidur. Biar badanku tak kuat kemudian aku mati"

............

Flora

Tuhan itu ada ?

Haha.

Aku hampir gila di keadaan seperti ini.

Perutku makin membesar.

Mataku sembab karena terus ku buat menangis.

Kehidupanku makin tak keruan.

Sekarang.

Aku mulai memukul-mukul perutku dengan kedua tanganku.

Dan si anak yang menyangkut di perutku ini  juga menyebalkan, kenapa setiap aku memukul-mukulnya, dia malah menjadi semakin kuat.

Tuhan mengapa aku seperti ini

Harus menanggung apa yang seharusnya tidak aku tanggung.

Ini semua menyebalkan

Sekali lagi aku pukul perutku, kali ini dengan buku yang ada di sampingku, aku tak tau buku ini asalnya darimana..

Arrgh!

Aku pukul lagi, aku pukul lagi!

Sampai aku merasa lelah sendiri.

"Jejak Langkah yang Kau Tinggal"

Aku membaca judul buku yang tergeletak di sampingku itu.

00.00 WIB, ku buka buku itu, tampaknya kumpulan cerpen. Aku tersenyum. Biarlah aku menyiksa diriku sekarang dengan membaca buku ini, aku tak mau tidur. Sengaja. Biar badanku tak kuat kemudian aku mati.

"Kamera sebuah mata dan hatiku" judul pertama yang akan membunuhku secaraperlahan. Flora kau akan mati segera.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now