23. Akhir cerita yang indah

19 11 0
                                    

Flora

"Aku mencintaimu Flora"

Aku tidak tau mengapa scene itu selalu terlihat dipandanganku sebelum membuka mata ini. Dimas dengan penampilan cukup menarik, berbaju kotak-kotak kalem biru sedang memandangku tajam dan sepertinya tangannya disembunyikan di bawah meja sedang terkepal setelah mengucap kata itu.

Entah kenapa aku tersenyum mendengar kata itu. Bunga benar-benar sudah mekar. Kata-kata selanjutnya dari Dimas sangat ku nantikan. Aku harap yang keluar dari mulutnya ialah, mau kah kamu jadi pacarku? Aku sangat mengharapkan kata itu.

Aneh sekali di scene ini ada seseorang yang terlupakan entah siapa, sepertinya Tuhan telah menghapus seseorang itu, dan Dimas seolah hanya dia yang kuingat dan yang ada pada scene ini.

"Mau kah kamu jadi pacarku?"

Sejenak pandanganku mulai terang.

Aku ternyata baru saja tersadar dari mungkin bisa ku sebut mimpi dan melihat Dimas yang hendak keluar dari ruananku berada. Ku panggil dia pelan, karena memang aku merasa diriku masih berada dikeadaan lemas. Dimas masih belum mendengar suara pelanku sepertinya. Tunggu. Dia berhenti. Kau mendengar suaraku Dimas?

Satu, Dua, Tiga.

Benar Dimas bebrbalik dan segera berlari ke arahku.

"Kamu telah bangun Flora?"

Aku hanya mengangguk saja pelan dan tersenyum kepada lelaki yang sedang memandangku ini.

"Dimas...."

Aku mengucap namanya dan dia terlihat antusias melihat ku.

"Ya?"

"Aku mau jadi pacarmu...."

........................

Dimas

Aku tak tau apa yang diigaukan Flora setelah terbangun. Tapi bom dihatiku benar-benar sudah meledak. Flora, kau pintar sekali memainkan hatiku. Hahaha. Kepalang tawa ku tahan jadinya. Lalu aku harus menjawab apa? Kamu mengapa bilang kamu mau jadi pacarku? Kau telah bermimpi apa dan kamu udah ingat aku siapa? Mungkinkah Tiuhan mengirimmu kembali disaat aku menyatakan rasa ke kamu? Bukankah kamu dulu ada Andrea? Andrea telah dihapuskan kah dari otakmu Flora?

"Ya Flora Ya...." Aku mengangguk, kali ini aku kalah Flora, aku tidak berhasil menjaga wajahku yang memerah senang dihadapanmu.

"Cengeng..."

Aku memeluknya dan benar aku cengeng Flora, aku cengeng.

"Dimas..." Flora melepaskan pelukanku.

"Nikahi aku ya" ucap Flora sambil memegangi perutnya.

"Segera" tambahnya dengan senyum yang sangat aku sukai tersungging disana.

Tanpa berkata-kata aku mengangguk dan melihat Flora dengan seksama yang terlihat sangat bahagia dan gantian dia yang meneteskan air mata.

"Kamu cengeng" ejek ku.

"I love you so crazy!"

Kita menangis.

.............................

Kalau aku jadi penulis, mungkin aku ingin mengakhiri kisahku sampai di sini aja. Akan ku buat bab terakhir dari kisahku ini menjadi akhir cerita yang indah.

Hari ini hariku melepas masa bujangku. Ya Flora licik, dia telah mencuri hatiku. Bukan mencuri lagi, dia merampok, licik bukan? Flora masih dirumah sakit, dan berselang hanya dari kemarin aku mengambil keputusan untuk menikahinya. Aku sangat tampan ketika berkaca seperti ini. Aku pakai peciku dan beranjak pergi dari kaca ini menuju ruangan rawat Flora. Di jalan aku bertemu orang tua. Ku peluk mereka. Mereka hanya tersenyum, tanpa berkata mereka seolah berucap, kamu sudah siap Dimas? Tentu saja siap pa, ma...

Kami tiga serempak berjalan memasuki ruang rawat. Flora terlihat disana. Flora sangat cantik walau tidak berdandan ataupun berbaju pengantin.

"Dimas, tante om..."

Senyumnya selalu bisa mengalahkanku.

"Sudah siap?" penghulu memandangku. Dengan tegas ku jawab siap.

Menit-menit selanjutnya merupakan momen yang tak terlupakan dari diri Dimas. Dimas melepas masa bujangnya.

"Saya terima nikahnya Flora Adina Wiranti...."

"Sah.."

"Sah"

Beberapa mulut terdengar di telingaku pada bersahutan mengucapkan tiga kata itu disertai ucapan alhamdulilah mendinginkan hatiku.

Sekali lagi, jika aku penulis, mungkin ini ending yang akan ku pilih untuk ceritaku. Akhir cerita yang indah

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now