16. Hal Tabu

10 9 0
                                    

Dimas

Baru saja aku membuka pintu kamar perawatan, namun si Flora langsung mencerca ku dengan berbagai pertanyaan.

"Apa yang sebenarnya terjadi ? Tolong ceritakan semua"

"Hey, kenapa diam saja ? sebenarnya kau ini siapa lalu dimana Dimas, dan bagaimana bisa aku berada dirumah sakit, tolong ceritakan"

"Bisakah aku duduk dan ambil nafas terlebih dahulu ?" aku sedikit kesal dengan gadis amnesia yang satu ini.

"Aku Dimas"

"Aku sudah tau, yang mau aku tau kenapa bisa aku berada di sini, dimana suamiku, dan apa yang sebenarnya terjadi ?"

Huft.

"Aku harus jawab yang mana dulu ? Bukankah kemarin sudah ku jawab dimana.... suamimu" aku agak tersendak ketika berkata suamimu yang amat sangat berat ku ucapkan.

"Mengapa dia tidak menemaniku? Dan kenapa malah kamu yang menemaniku. Apa jangan-jangan Andrea sudah tidak ada ? Apakah dia sudah meninggal ? Heyyy jawab!

Aneh rasanya.

Wanita ini terus memukul-mukul dadaku dengan kedua tangannya dengan mulutnya terus merancau bertanya dimana Andrea.

"Flora! Tenang!"

Dia menarik bajuku dan aku melepaskan tangannya dari bajuku.

"Dia masih hidup"

"Aku takut dia sudah tidak ada Dimas! Aku takut terlambat"

Apa yang sedang wanita ini pikirkan, kenapa dia seperti merasa ketakutan, kenapa ? apa ada yang mempengaruhinya atau dia habis membaca bacaan apa yang membuat dia seperti ini ?

"Dimas, antarkan aku ke Andrea, aku ingin ketemu!"

"Dia sedang sibuk bekerja Flora"

"Kau bohong! Kamu tidak bisa membohongiku Dimas!"

"Arhh" Flora menepuk-nepuk kasur rumah sakit dan berteriak, yang membuat seketika suster terlihat sedang berlari menuju kamar ini yang terlihat jelas dari jendela kamar.

"Baiklah akan ku antar"

"Ada apa pak ?" Suster dengan cepat sudah berada disampingku dan Flora, aku hanya mengangguk dan meninggalkan Flora dan Suster dari ruangan ini.

.....................................

Dimas

Jari-jariku sudah lemas rasanya berusaha mencari sosok Andrea dalam pencarian via internet. Di tengah sorot bulan yang terasa besar diatas kepalaku aku merasa frustasi dikeadaan seperti ini. Kau tau rasanya mencari seseorang yang salah tapi kita berusaha tetap mencarinya supaya orang yang kita sayang bahagia, bagaimana rasanya ? Sakit, namun bukan sakit karena tertusuk pisau melainkan seperti kulit tersayat silet yang tipis yang menggores pelan secara perlahan.

"Andrea"

Aku menggumam sambil terus melanjutkan pencarianku.

"Bukan, bukan Andrea yang ini"

Jari-jemariku seperti memainkan tuts keyboard di laptopku dengan manis.

"Inikah?"

Aku mengangkat alis ketika merasa benar apa yang ku lihat.

"Iya ini Andrea"

"tapi"

Aku mengedikan bahu.

"Dia buronan pengedar narkoba ?"

Gambar tersebut aku save dan mencoba melacaknya.

Kotagede.

"Jadi Andrea dulu bertempat tinggal di Kotagede sebelum dia melarikan diri" gumamku dalam hati disertai anggukan.

"Oke"

Aku tutup layar laptopku. Bulan masih menggantung bulat diatas ku dengan cantiknya. Perlahan bulan tersebut mulai tertutup awan hitam yang mulai bergerak. Aku tersenyum sambil mengepalkan tanganku.

Andrea, tunggu.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now