25. Nafas Terakhir

33 12 0
                                    


Bandara Adi Tsujipto, Yogyakarta

Dimas

Yogya masih pagi dan aku harus meninggalkan keluarga ku dan yang paling berat meninggalkan wanita yang sedang ku gandeng sekarang, Flora. Pagi ini sangat cerah, namun aku rasa masih seperti kemarin malam, panas.

"Dim, are you okay?" Flora bertanya dan aku hanya ,mengangguk sambil menghampiri dan mencium keningnya.

..............................

Flora

"Dim, are you okay?"

Kalimat itu tanpa ku atur keluar sendiri dari mulutku, aku merasa juga ada yang aneh pagi hari ini. Aku tau, Dimas tidak dalam baik-baik saja. Badan Dimas panas. Namun ciuman di keningku cukup membuatku percaya terhadap Dimas bahwa semua baik-baik saja.

Menit selanjutnya orang yang ku sayang itu badannya terliuhat menjauh dari pandanganku dengan membawa tas ransel dipunggungnya.

"Semoga firasatku ini tidak benar"

Aku memegangi perutku.

.................................

Ketinggian 4500 mdpl

Rasanya aneh duduk dikursi empuk ini. Awan-awan seperti mengerikan bagiku. Sedari tadi rasanya badanku hanya terdiam dan hanya mampu aku melihat kaki yang mengaku. Seperti aku teringat dengan mimpi temanku dahulu. Ya, katanya aku memilih dari ketinggian.

De Javu

Semua seperti tergariskan. Setelah pikiranku itu, semenit kemudian turbulensi terganti. Semua terlihat sangat panik. Pramugari memerintahkan menggunakan pelampung. Aku memandang sinis terhadap pelampung, entah mengapa tangannku kaku melihat pelampung. Pelan ku gunakan pelampung. Lalu semenit kemudian kejadian makin parah. Orang-orang beterbangan menbrak atap pesawat. Kondisi makin kacau. Suara meraung dimana-mana. Aku hanya terdiam ditempat dan ku pejamkan mataku. Aku rasa badanku mulai terangkat. Ini seperti mimpi ibuku tiga bulan yang lalu.

Tiga dua satu, ku hitung mundur.

Aku seperti jatuh bebas.

Keluarga ku, khusus buat engkau Flora, mungkin di nafas terakhir ku, maaf aku hanya bisa menjagamu, mungkin hanya sampai sini.

Semenit dua menit kemudian, aku tak merasakan apa-apa.

.....................

Flora

Ada yang seperti membisiku. Aku seperti dipanggil oleh sesuatu yang aneh. Lalu kemudian aku merasakan perutku sangat sakit. Aku hampir tak bisa bicara. Aku hanya berpengangan didinging untuk mencapai kamar mandi. Mungkin karena umur kandunganku yang sudah tua ini, jadi aku mau buang air besar rasanya sangat sakit, mungkin.

"ma-ma......ma-maaa"

Tidak ada yang mendengarku. Aku berusaha mencapai kamar mandi.

"sa-kit....se-ka-li"

Aku trus merancau sambil berjalan memegangi dinding dengan pelan.

Samapi didalam kamar mandi, aku akan berjongkok namun rasanya sangat sakit sehingga aku merebahkan diriku berdiri menempekl dinding samping meringis. Aku tak punya daya untuk berteriak.

"sa-ki-ki-kit" aku meringis, aku merancau.

"da-rah"

"arrrggghhh"

Panggilan itu semakin dekat, ada apa ini, mataku makin memberat untuyk ku buka. Badanku makin tak kuat menahan. Aku meringkuk. Semua rasanya ingin lepas.

Dimas, di nafas terakhir ini.....terimakasih dan jaga dirimu.

Selanjutnya aku merasa ada yang menggerogotiku, dan setelah itu aku tak merasa apa-apa.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now