9. Fiksi

26 20 2
                                    


Flora

"Mata yang indah"

Ucapku seraya memandang diriku lainnya pada cermin. Ya aku mengagumi bola mata ku biru yang menandakan aku punya keturunan dari bangsa lain.

"Mata seindah ini tidak harus menanggung kehidupan yang berat seperti ini"

Aku melempar pandanganku ke cermin lagi.

Rambutku yang lurus dengan ikal pada ujungnya. Pipiku yang tirus, dan bibirku yang tipis merona. Ya menurutku aku sangat sempurna, kecuali kelopak mataku. Sangat tebal. Hitam dan terlihat cengeng. Tak bisa dibohongi bekas aku menangis tiap hari menghasilkan sesuatu di sana.

Pandanganku ku lempar dari cermin kemudian mengarah ke meja belajar di kamar.

Buku itu.

Aku lalu beralih mengambil buku tersebut dan merebahkan diri di kasur. Aku siap membaca kisah-kisah lain di buku ini.

Cinta, Bukan Hanya Sekadar Fisik.

Ku baca pelan judul bab 4 dalam hati.

........................

Buku

Aku disentuh kembali. Aku dipegang kembali oleh wanita kalut ini. Aku tak tau bagaimana responnya lagi setelah membacaku. Setiap kali membaca cerita pendek yang ada padaku, aku rasa responnya yang berlebihan. Mulai memotret dirinya sendiri, lalu pergi entah kemana dan pulang harus dibopong seorang laki-laki karena pingsan. Kali ini apalagi yang akan dia lakukan setelah membacaku.

Baiklah. Pesanku wahai wanita.

Jangan bodoh.

Cinta, Bukan Hanya Sekadar Fisik akan menghujam mu sekali lagi.

.............................

Cinta,

Bukan Hanya Sekadar Fisik

Bayangan hitam mulai menggelarkan layarnya di kehidupan. Bayangan jingga juga mulai menyeruak mengusik kehidupan. Bayangan biru juga mulai terusik oleh keberadaan bayangan-bayangan lain yang membuatnya harus pergi menjauh dari kehidupan. Di saat itulah aku sedang memandang Naema lebih dalam di suasana senja seperti ini. Kami sedang memadu kasih di Pantai Kuta, Bali.

Di tengah mulai remang-remangnya keadaan, aku mulai memandang Naema lain, aku memandang diri Naema lebih dalam. Aku yang lebih tinggi dari Naema mulai menurunkan kepalaku, sementara aku lihat Naema juga mulai mendongak keatas dan kakinya mulai berjinjit menghadapku. Kemudian aku menaruh tanganku ke pinggangnya. Siluet ini benar-benar membuatku terbawa. Kini hidung ku tinggal beberapa centi lagi menyentuh hidungnya.

Ah. Aku bergumam sendiri dalam hati ketika sinar Flash menyadarkanku bahwa ini hanyalah permintaan Naema untuk berfoto dengan ku dengan model siluet. Kemudian aku liat Naema memandang fotografer yang memotret kita. Lalu fotografer itu mengacungkan jempolnya tanda shoot nya sesuai permintaan. Lalu Naema dengan lucunya berlari ke arah fotografer itu untuk segera melihat hasil fotonya.

"Liat deh yang" Naema menunjukan fotonya ke aku

"Bagus"

"Kamu tinggi banget sih" gerutunya yang hanya bisa aku tanggapi dengan senyuman saja.

Andai saja bibirku benar-benar menemui bibirmu tadi.

Sisi jantungku berkata pelan menyalahkan keadaan.

...........................

Naema kekasihku memang cantik. Kedua matanya seolah memberikan aku arti mengapa aku harus ada disini. Aku terus memandang Naema. Naema benar-benar cantik.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz