7. Kenangan Akan Pertemuan yang Menggelayut

22 21 1
                                    

Dimas

Cappucino.

Aku mengaduk cappucino di depanku sambil melihat langit yang cerah di pelataran taman rumahku. Aku mengaduk dengan pelan. Terlihat jelas asap cappucino yang mengepul menandakan minuman tersebut masih panas. Dengan menghirup aromanya, aku biarkan minuman ini dingin terlebih dahulu.

"Dimas! Dimana sepatuku !"

"Mana ada hubungannya dengan aku"

"Dimas!" Salah satu sepatu lainnya yang berada di Mushola sekolah terlempar dengan manis ke badan ku.

"Aww" aku terpekik.

"Sakit Flora"

"Dimana sepatuku ? Atau mau ku lempar lagi ?"

"Iya ampun, itu di atas pintu"

"Sruppp"

"Ahh"

Cappucino mulai menghangat. Sama seperti perasaanku yang perlahan mulai menghangat. Ada apa ini ? Kenapa aku selalu teringat masa-masa dulu dengan Flora?

"Ahh" aku menyeduh Cappucino lagi. Hangat. Ya hangat.

...........................

Semesta

Langit Yogya mendung. Matahari enggan melihatkan kegagahannya. Ia memilih tertutup oleh sekumpulan awan hitam yang siap menurunkan hujan. Sama seperti perasaan Flora.

Semenjak kejadian yang merenggut segalanya itu, Flora menjadi kalut dimana-mana. Pikirannya penuh tak tau mau dikeluarkan kemana. Ketakutan dan kegelisahan menjadi bumbu yang sedap mempengaruhi pikiran Flora.

Flora berjalan pelan menunduk.

"Heiii!!"

Badan Flora tersentak. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ada kendaraan cepat yang akan menabraknya karena keteledorannya. Untung saja ada tangannya yang menariknya kembali.

"Mbak gak papaka ?"

"Gak papa mas" ucap Flora sambil menyapu-nyapukan bahunya seperti menghilangkan debu.

"Flora?"

Flora masih sibuk dengan badannya yang sepertinya masih kaget dengan kejadian akan ditabraknya dirinya oleh sebuah mobil. Namun ia tersadar, suara itu ia mengenalinya.

"Flora?"

Dua kali suara itu menyapa.

"Dimas ?"

"Ya, ini aku, Dimas" senyum Dimas mengembang.

"Kamu ini kenapa hei, kamu mau tertabrak tadi" ucap Dimas seraya memukul bahu Flora.

"Kurang fokus" jawab Flora.

"Apa kabar Flora ?" Dimas dengan tingginya yang sama dengan Flora sedikit agak membungkuk untuk melihat wajah Flora supaya sedikit lebih jelas.

"Sepertinya?" Flora tersenyum, dibarengi dengan serentetan kata-kata obrolan lainnya dari keduanya. Hari itu pertemuan antara Dimas dan Flora lagi, setelah Dimas memilih menjauh dua tahun yang lalu. Dan saat itu Dimas belum mengetahui, kalo Flora tengah hamil, bahkan Flora juga belum menyadari bahwa dirinya sudah berbadan dua.

"Masihkah jadi wanita pendiam yang cuek sama laki-laki kamu Flora?" Alis Dimas terangkat dibarengi senyum mengembang dari keduanya.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now