19. Bunganya mulai mekar

11 10 0
                                    

Flora

Tempat tidur yang ku tempati terlihat gelap dengan kasur yang begitu empuk menempel di tubuhku yang jika terlihat oleh orang yang baru masuk akan terlihat menjorok ke bawah karena membawa beratku yang mencapai lima puluh empat, cukup berat rupanya berat badanku yang membawa seorang bayi didalam kandunganku.

Gravitasi begitu menekanku pagi hari ini. Lampu berwarna kuning masih menyala. Aku masih enggan rasanya beranjak dari kasur ini. Ya, kasur ini sangat nyaman rasanya setelah cukup lama aku tak merasakan kasur rumahan karena tiga minggu lamanya aku malah tergeletak dikasur rumah sakit.

Aku memperbaiki posisiku, untuk mengambil air minum putih digelas putih serta mematikan lampu tidur kuning di dekatnya. Setelah sekiranya cukup habis air digelas tersebut aku beranjak berdiri dan membuka tirai di jendela kamar. Aku menelentangkan tanganku untuk menyegarkan tubuh juga menggelengkan leherku supaya lemas.

"Sejuk"

Ucapku ketika angin mulai masuk ketika jendela kamar ku buka.

Perlahan pemandangan taman rumah berganti dengan pandangan seorang laki-laki yang sudah tiga minggu ini selalu menemani ku. Dimas.Dimas sedang memasuki mobilnya dengan jas yang rapi terpakai olehnya.

Manis juga. Ucapku tak tertahan dalam hati melihat Dimas yang menjauh dengan mobilnya.

..................................

"Tante"

"Hei Flora! Sudah bangun?"

Aku tersenyum mendengar respon Mama Dimas yang menegurku dengan ceria.

Aku duduk dimeja makan, sepertinya keluarga harmonis ini sudah selesai makan pagi bersamanya terlihat dengan piring yang tergeletak disana dengan hanya menyisakan butiran-butiran nasi disana.

"Maaf Flora, tadi kami makan pagi bersama saat kamu masih tidur, kami takut mengganggu tidurmu"

Aku hanya tersenyum tanda mentidakapakan keadaan.

"Kamu mau makan ? Tante masak nasi goreng" ucap Tante dengan segera menyiapkan piring dan dengan dengan cekatan piring yang telah berisi nasi goreng telah berada di depanku.

"Terima kasih" ucapku pelan menunduk.

Nyaman.

Satu kata yang begitu menjalar diseluruh tubuhku dengan segala perlakuan keluarga Dimas dengan keadaan ku.

"Flora"

"Ya tante ?"

"Dijaga kandungannya"

Aku tersenyum mendengar ucapan tersenyum. Mama Dimas begitu manis mengucapkannya sambil tersenyum kepadaku.

Ya tentu Tante. Besok juga aku akan mencari Bapaknya.

"Tambah lagi lo ya, jangan sungkan-sungkan" seru Mama Dimas lagi dengan senyuman mekar disana.

Aku suka senyum itu Tante.

Hatiku mekar.

...........................

Ku lihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00. Aku menanti seorang laki-laki pulang dari kerjanya. Sepertinya batu telah hancur karena sebuah air yang terus mengucur. Juga es yang sudah mencair karena terus terkena panas. Sama dengan aku dengan Dimas. Aneh sepertinya. Akhir-akhir ini aku menyadari bahwa dirinya telah mengubah pandanganku terhadap dirinya. Walaupun aku masih tidak ingat siapa dirinya. Dan dirinya juga kuanggap hanya teman baik ku saja tidak lebih dan mungkin masih dibawah Andrea untuk masalah perasaan. Namun yang pasti aku sedikit berhutang padanya. Ku harap ingatanku segera ingat siapa dirinya di hidupku. Biar setidaknya aku tau bagaimana cara berterima kasih yang baik kepada laki-laki itu.

Aku masih terduduk di depan rumah, menanti suara mobil juga lampu mobil untuk masuk ke garasi rumah. Benar saja lima menit kemudian suara dan lampu itu terlihat nyata. Laki-laki dengan jas keluar dari mobil dengan wajah yang terlihat letih. Sepertinya dia menyadari kehadiranku yang menunggunya. Di meja depanku sudah ada dua gelas disana. Gelas pertama sudah habis dan gelas dua masih utuh dengan sudah tidak ada kepulan panas di sana.

"Belum tidur?"

Aku menggeleng.

"Ini buatku?" laki-laki ini mengambil gelas di depanku setelah aku mengangguk.

"Langit Yogya terang sekali, aneh biasanya hujan"

"Iya terang"

"Ayo masuk rumah" ucap laki-laki tersebut dengan berdiri setelah terduduk sebentar disampingku.

"Besok bangun pagi, besok kita akan mencari....suamimu" aku mendengar sedikit ragu dari ucapan laki-laki itu.

"Ya"

Aku mengikuti punggung Dimas berjalan memasuki rumah.

Pikiranku sedikit terusik malam ini.

Besok akankah aku berhenti dari merepotkanmu Dimas ? Sepertinya waktu tiga minggu sudah sangat lama buat kamu melakukan hal-hal untuk kebaikanku. Sudah saatnya aku pergi dari hidupnya dan kembali ke Suamiku.

Benar begitu Dimas ?

Benar begitu juga kan Andrea ?

Aku tersenyum manis malam hari ini.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now