18. Selamat datang, Flora!

13 10 0
                                    


Flora

"Selamat datang!"

Suara-suara renyah itu membuatku tersenyum.

Melihat wajah wanita keibuan yang sebenarnya terasa tak asing di pemikiranku namun aku sama sekali tak ingat wanita ini siapa, juga sama dengan laki-laki di samping wanita ini.

"Flora, ini Mama dan Papa ku"

Aku menyalami mereka dengan senyum yang mengembang, ternyata wanita ini adalah orang tua Dimas.

Aku masih bisa melihat segarnya wajah kedua orang tua Dimas. Seperti tidak ada masalah yang tersimpan diwajah kedua orang itu.

Masih dengan menenteng tas, aku melihat sekitarku. Mewah. Kesan pertama yang aku rasakan ketika memasuki area rumah ini. Minimalis dengan warna krem begitu apik berkolaborasi dengan hijau yang asri dari taman rumah. Aku suka kombinasi yang terbentuk.

"Flora ?"

"Ya Tante ?"

"Anggap rumah sendiri ya ?"

Aku tersenyum. Aneh. Aku merasa aneh.

Rumahku sebenarnya dimana ? Apa aku punya rumah ?

"Flora, yuk ikut tante, tante mau ngajak jalan-jalan keliling rumah"

Aku mengangguk tersentum seketika tangan Mama Dimas merangkul tanganku disertai anggukan Dimas yang membuatku mengikuti langkah dari mamanya Dimas ini.

..........................................

Dimas

Malam hari. Bulan tidak bulat penuh lagi seperti malam kemarin. Namun malam ini cerah. Yang ku suka, malam ini seperti ada suara burung yang begitu menusuk telingaku. Aku rasa melodi yang dihasilkan sangat indah.

Malam hari ini merupakan malam pertama Flora tinggal di rumahku. Ya, aku memutuskan untuk membawa Flora tinggal di rumah ini, alasannya sederhana tidak ingin Flora melakukan hal-hal aneh lainnya yang membahayakan dirinya. Namun jauh di balik itu sebenarnya ada alasan klasik yang melatarbelakanginya. Peduli. Peduli karena sebuah rasa.

"Di minum teh hangatnya"

Wanita itu hanya terdiam sepertinya ada yang aneh dengannya. Seperti ada yang dia bicarakan.

Suara burung hantu sepertinya terdengar jelas sekali lagi. Ya memang tempat tinggalku di Jalan Kaliurang dengan di set taman yang seindah ini terlihat asri dengan kombinasi daerah pedesaan serta persawahan yang membuat kondisi malam yang sangat indah dengan melodi-melodi yang terbentuk. Kadang suara katak, jangkrik dan suara hewan-hewan sawah lainnya.

"Dimas"

"Ada yang mau kutanyakan"

Aku menyeduh teh ku lagi sebelum berkata silakan.

"Aku masih bingung dengan semua ini"

"Apa aku punya rumah ?" tambahnya dengan ekspresi yang mengedikan bahu.

Aku meletakan teh ku, masih menyimapan untuk berhati-hati tuk berkata. Angin ditaman semakin dingin. Dan ku lihat bulan sudah mulai tertutup awan hitam. Apa mau hujan ?

"Dimas, mengapa kamu membawa ku kesini ?"

"Mengapa tidak bawa aku ke keluarga Andrea saja ?"

"Andrea bagaimana, sudah kamu hubungi ?"

"Kapan kita akan bertemu dengannya?"

Wanita di depanku sangat cerewet dengan ekspresi yang membuatku tidak tega untuk terus bertahan dengan senyuman untuk terus diam dan menghindari pertanyaan-pertanyaan. Iya, ekspresi dengan memegangi perutnya yang sepertinya belum terlalu membesar menurutku padahal sudah menginjak 6 bulan usia kehamilan.

"Dimas, tolong jawab"

Angin berdesir menerawangi telingaku. Aku lihat teh ku yang sepertinya sudah habis dan mau tak mau membuatku menjawab segala pertanyaannya.

"Besok sabtu kita mencarinya"

"Kenapa tidak besok?" tanya Flora.

Aku lihat langit. Aneh tiba-tiba bulan tidak terlihat lagi. Mendung. Angin bertiup lumayan kencang. Aku kemudian menarik lengan Flora untuk mengajaknya masuk rumah.

"Bentar lagi hujan, ayo masuk"

Flora menengadah ke langit. Dengan pelan dia mengikuti langkahku.

"Besok aku masih kerja, jadi kita bisa mencarinya hari Sabtu"

Dia hanya masih mengikutiku.

Benar saja. Baru semenit berada di rumah. Atap rumah bersuara. Suara hujan sanagt indah mengalun dengan derasnya.

"Hujan Dimas ?"

Aku mengangguk.

Aku lihat Flora berjalan pelan menuju jendela, dibukanya sedikit tirai di sana dan Flora mengintipnya.

"Hujan..."

Kata itu pelan mengalun dengan indahnya bersama suara berisik dari dari hujan menghujami atap rumah.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now