13. Amnesia

14 12 1
                                    


Dimas

Aku memandang Flora manis dari agak kejauhan, dengan seragam sekolah ku yang penuh dengan warna bekas cat semprot. Aku bisa melihat wajahnya yang berbinar dengan sibuk menyalami dari teman-teman karena Flora berhasil menjadi peraih nilai terbaik ujian nasional nomor dua. Aku perlahan berjalan menghampirinya dengan membawa cat semprot yang aku bawa namun ku sembunyikan di balik punggungku.

"Selamat ya Flora" aku mengulurkan tanganku.

"Dimas!" Flora menyambut uluran tanganku.

"Terima kasih Dimas" tambahnya.

"Untuk ?"

"Ucapannya lah"

"Bukan untuk ini ?" aku tiba-tiba saja menyemprotkan cat semprot ke seragam Flora secara acak yang membuat Flora kaget dan kemudian aku berlari dengan tentu saja Flora mengejarku.

"Dimas!"

Aku tak sungguh-sungguh berlari, aku ingin Flora berhasil menangkapku.

"Kena kau Dimas" tawa Flora menggampit tanganku dan dia meraih cat semprot yang ada ditanganku. Baju seragamku tentu langsung disemprotnya dengan cat tersebut. Kami tertawa dan bahagia. Lalu aku kembali menggandeng Flora untuk mengajaknya berlari di kerumunan anak-anak. Tangan itu, menggamit tanganku. Sangat lembut.

Tangan itu bergerak perlahan dan membangunkan ku dari tidurku.

"Flora ?"

"Kau sadar ?"

.....................................

Flora

Namaku Andrea.

Udah selesai kerjanya ? Boleh ku jemput?

Ada waktu ? Aku mau ketemu.

Bolehkah aku memegang tanganmu.

Mau kah kau menjadi pacarku Flora ?

Namaku Andrea.

"Arhh"

Kepala ku pening. Dan aneh aku kata-kata itu terngiang diotakku dan yang aku ingat hanya itu. Seputaran Andrea. Dan jika kucoba mengingat-ingat lainnya, hanya akan menambah pening kepalaku.

Wajah Andrea begitu jelas ku bayangkan. Matanya yang tajam dengan rambit gondrong yang selalu ia kuncir belakang begitu jelas pandangan khayalku. Aku coba memposisikan diriku yang enak. Aku lihat tanganku, ada tertancap infus di sana. Bajuku juga berwarna hijau. Aku dirumah sakit ?

Ditengah aku membenarkan posisi untuk duduk, di sampingku ada laki-laki yang mencoba membantu ku. Siapa dia ? Dia bukan Andrea. Matanya berbeda, yang aku lihat ini adalah orang yang berperawakan rambut rapi dengan pipi yang memiliki lesung. Siapa dia ? Aku sama sekali tidak ingat. Laki-laki itu terus menyebut namaku, Flora.

"Kamu siapa ?"

Seketika kepalaku pening lagi ketika aku memaksakan untuk mengingat semuanya.

.............................

Dimas

Amnesia.

Kata-kata dokter begitu terngiang melewati pemikiranku secara tidak sopan yang membuatku terus memikirkannya. Kata itu terus mengusikku ketika aku mendengar ucapan Flora, namun siapa yang diarahkan kepadaku.

Setidaknya aku butuh dua menit setelah itu. Menit pertama untuk merasakan emosiku dan menit kedua untuk meredakan emosi ku. Aku masih terdiam tidak menjawab pertanyaan Flora dan membuat Flora mencerca dengan banyak pertanyaan lanjutan.

Amnesia. Kembali terngiang diotakku.

"Mana Andrea ?"

"Aku hamil ?"

"Aku sama Andrea sudah menikah ?"

"Hey jawab, kenapa aku tidak ingat sama sekali!"

Kau tau, aku rasanya ingin lari sekencang-kencangnya dikondisi seperti ini. Aku ingin merasakan kakiku begitu lemas bahkan tidak bisa berlari.

"Namaku Dimas"

Yang ku dapat hanya Flora menaikan alis dan mengedikan bahu. Dia benar-benar tidak mengenaliku. Tuhan, aku seperti merasakan jatuh dari bangunan berlantai tinggi Tuhan.

"Suamiku mana ?"

Andrea suamimu ? Dia merenggut semuanya darimu ! Apa yang terjadi sekarang ? Kau tak ingat apa yang telah dilakukan Andrea kepadamu Flora ?

"Mana suamiku ?"

Aku terdiam dan terpojokan. Diriku terasa begitu kecil dihadapan Flora. Gadis Amnesia. Penyakit sial !

"Hey mana suamiku ?"

"Suamimu..."

"Iya sedang bekerja di luarkota, namun dia akan mengunjungi, dia sudah ku telepon"

Senyum kebohongan tersungging getir merogohkan kehancuran dalam benakku.

Amnesia.

Kata itu terus berputar manis yang mulaimenghancurkan pengharapanku.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now