8. Sebuah Janin

34 20 3
                                    


Semesta

Yogyakarta selalu mendung di bulan kedua belas tahun ini. Dari pagi hingga saat ini kumpulan awan yang terlihat hitam kelam terus berjalan seiring detak jam yang mendengung pelan menandakan kehidupan masih terus berlanjut untuk saat ini sampai ke depannya.

"Ada apa ini" Flora memegang perutnya yang serasa berputar-putar tak karuan, seperti teraduk-aduk. Teronggokannya pun terasa naik turun, ada yang mengganjal disana. Badan Flora panas tinggi.

"Arrh" ujar Flora setelah mengeluarkan muntah sekali lagi. Entah sudah ke berapa dia muntah di selang waktu lima menit ini.

"Ada apa dengan tubuhku ?"

Flora menimbang-nimbang apa yang terjadi dengannya, apa dia salah makan apa gimana. Sampai akhirnya dia ingat bahwa dia belum menstruasi bulan ini. Seharusnya dua minggu lalu, jika seperti sebelum-sebelumya, ya Flora selalu menghitung dengan cermat tanggal-tanggal menstruasinya.

"Jangan-jangan? Bajingan!" Flora berdecak pelan.

.................................

Yogyakarta makin mengerikan bagi Flora. Cuaca yang terus mendung dan tinggal menunggu waktu untuk hujan terus menghantui perasaannya bersama dengan prasangka buruknya. Hari ini ia pergi ke dokter kandungan untuk memastikan segalanya.

"Apa Ibu merasa mual-mual namun mual-mual itu berkelanjutan?" kata Dokter laki-laki disertai dengan anggukan Flora.

"Bentar ya bu"

Flora mengangguk sekali lagi dengan wajahnya yang terlihat pucat pasi diruangan. Aroma air conditioner terasa menyengat tubuhnya.

"Ibu Flora, selamat ya, Ibu positif hamil" raut muka Dokter tersenyum bahagia mengakatakan kata itu, namun tidak dengan Flora.

"Iya" Flora tersenyum.

Layaknya seorang wanita, dirinya juga sangat pintar membentuk suatu lengkungan indah berupa senyuman yang tersungging di bibirnya dengan sejuta kebohongan disana.

Bajingan!

Flora mengumpat sekali lagi.

..............................

Flora mengelus pelan perutnya yang serasa belum terisi apapun oleh sebuah janin. Flora sangat terpaku. Flora tidak tahu bagaimana kehidupannya nanti. Jelas dia tidak mengharapkan kejadian ini.

"Semua serba sulit"

Umpat Flora berulang kali ketika badannya tiba-tiba saja sedang tidak mau makan. Makanan apapun terasa hambar oleh mulutnya.

"Merepotkan!" Flora memukul perutnya

"Kamu merepotkan!" perutnya ia pukul sekali lagi.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now