1. Kamera dan Penyesalan

66 42 28
                                    

Buku

Aku tak tau apa yang ada di pikiran wanita yang sedang kalut ini. Kini aku sudah tak bersampul, dan aku sudah dikendalikan penuh oleh wanita yang sedang memegangku. Dibukanya diriku.

Kamera ; Sebuah Mata dan Hatiku

Cerita pendek dari bagian tubuhku menjadi awal sesuatu yang ku suguhkan.

Aku melirik wanita yang sedang memegangku itu. Aku lihat dia tertawa licik ketika mulai membaca salah satu bagian dari tubuhku. Akhirnya dia membacaku, Kamera ; Sebuah Mata dan Hatiku.

..................

Kamera ; Sebuah Mata dan Hatiku

"Ariyani..."

Aku memanggil seorang wanita yang sedang asik bercengkrama dengan lautan. Dengan menelentangkan kedua tangannya, wanita itu seperti tak memerdulikanku. Aku pun tersenyum melihatnya.

Namanya Ariyani. Kami sudah berteman sejak masa SMA, dan anehnya kami selalu satu kelas. Aneh lagi, kami pun berada di satu kampus, satu jurusan, dan satu kelas lagi untuk keempat kalinya.

"Ariyani..." Panggilku lagi.

Ariyani menengok ke belakang, dan seketika aku memotretnya.

Cekrik!

"Praka! Kau curang!" Ariyani mendekatiku, aku pun menghindar dengan tertawa gelak di setiap gerakanku. Kau sangat lucu Ariyani.

Kami terus bersama bukan berarti hati kita juga berlindung di hati yang sama. Kami tidak pacaran. Kami sebatas teman. Walau sebenarnya aku menyukainya. Menyukai Ariyani sejak pertama aku bertemu dengannya. Cinta pada pandangan pertama ? Ya.

"Aku jelek banget, pokoknya hapus!"

Kau tau Ariyani, kau begitu menggemaskan ketika berbicara apalagi sedang cemberut seperti ini. Aku kembali tersenyum dalam hati, Ariyani.

"Hapus!"

"Sudah aku hapus nona Rowling" aku menunjukkan kamera ku ke Ariyani, membuktikan bahwa aku telah menghapus foto tersebut.

Oh ya, aku biasa memanggil Ariyani dengan sebutan nona Rowling. Jadi gini alasannya kenapa aku bisa memanggilnya seperti itu. Dulu aku pernah bermain ke rumah Ariyani waktu kerja kelompok, dan aku melihat tumpukan novel Harry Potter yang amat banyak. Aku pun sudah pusing melihat novel yang begitu tebalnya berada di rak buku Ariyani. Pertanyaan seketika muncul di pemikiranku, "Kok bisa Ariyani menyukai buku-buku setebal itu, apa terbaca semua buku-buku itu, apa dia tidak mual membacanya ?" Batinku ketika itu, jujur aku orangnya tak suka membaca, bagiku membaca, apalagi sastra itu hal yang sangat menyebalkan, kata-katanya begitu rumit.

"Praka, foto aku" Ariyani berujar yang membuat jantung ku berdegub tak teratur.

Aku kemudian memotretnya. Kemudian aku lihat hasilnya.

Ariyani kau cantik.

"Ah, Indahnya alam ini Praka!" Ariyani berlari-lari di antara pasir-pasir pantai. Aku bisa melihat dengan jelas, betapa senangnya Ariyani sore hari ini. Wajahnya begitu memancar kesenangan. Melihat hal tersebut aku pun juga turut senang. Hatiku pun juga ikut senang. Ralat, hatiku bukan kali ini saja senang, melainkan setiap saat ketika aku dekat dengan Ariyani.

"Apa kau bisa mengejarku Praka ?" ucapnya sambil berlari kecil meninggalkanku selepas aku memotretnya.

"Kalau bisa ku kejar, traktir es kirm ya!"

"Mana ada!" ucap Ariyani sambil menjulurkan lidahnya. Dan saat itu, sudah pastilah aku tak mau benar-benar mengejar dan menangkap Ariyani, biarlah dia terus berlari, biarlah dia terus tertawa, dan biarlah terus seperti ini. Tuhan, bisakah waktu untuk saat ini dibekukan ? Aku ingin momen-momen seperti ini terus abadi, antara aku dan Ariyani.

Kemudian setelah sekiranya kami lelah berlari, kami terduduk di atas pasir putih dengan suara ombak yang menenangkan hati. Lalu ku lihat lagi foto-foto Ariyani dikamera ku. Aku usap wajah Ariyani dalam kamera ku itu.

Aku menyukai mu Ariyani....

Jantungku tanpa ku komando berbicara sendiri dengan lantang yang membuatku tersenyum simpul saja melihatnya.

Ariyani, ariyani

......................

Kaki-kaki ku lelah setelah seharian bermain di atas pasir. Namun mataku seperti tak pernah lelah melihat foto-foto di kameraku ini. Dan itu foto-fotomu yang aku pandang Ariyani.

Aku menyukaimu sudah sangat lama.

Aku mengelus-ngelus fotomu lagi di kameraku dan tersenyum miris dalam hati. Kemudian dengan menatap foto-fotomu, mataku mulai lelah, dan aku tertidur dengan memeluk kamera ku, memandang foto-fotomu.

.....................

Paginya, aku terbangun dan terkaget ketika kameraku tak ada di pelukanku. Kemudian aku liat pintu yang memang terbuka, aku lupa kunci kamarku semalam.

"Bagaimana ini!"

Keringat dingin mulai keluar, aku panik. Di tengah kepanikan ku tiba-tiba aku menginjak secarik kertas. Aku ambil kertas tersebut dan membacanya.

"Buka pintu utama kost mu"

Aku gemetar membacanya, dan aku segera berlari menuju pintu utama kost ku, tanpa memperdulikan penampilanku yang seadanya dengan kaos oblong dan celana pendek saja.

Sampai di sana, kemudian aku membuka pintu.

"Selamat ulang tahun!" aku terkaget dengan ucapan serempak teman-teman kuliahku, yang disertai dengan suara berisik terompet. Aku sangat-sangat kaget. Aku tak menyangka mendapatkan surprise semacam ini. Tapi kemudian hatiku berbicara, mana Ariyani ?

Cekrik !

Sinar Flash kemudian mengagetkan pandanganku. Pandanganku seperti kabur dalam beberapa detik, kemudian menjadi nyata lagi. Setelah nyata lagi, kemudian aku tersenyum ternyata yang memotret diriku ialah Ariyani yang juga sedang membawa kamera ku di tangannya. Aku tersenyum.

"Selamat ulang tahun ya Praka, maaf mengambil kamera mu diam-diam, habis kamarmu gak dikunci sih" Ariyani memberikan kameranya ke aku. Aku tak bisa berbicara, hanya tersenyum tanda benar-benar bahagia.

Habis itu ku tiup kue tart yang tertancap angka 19. Aku tersenyum sekali lagi memandang kue tart yang sudah tak menyala api dililin-lilinnya. Kemudian aku memandang Ariyani sekali lagi.

Terima kasih Ariyani, walau kau tak menjadi seorang kekasihku tapi kau tak lupa dengan ulang tahunku. Terima kasih Ariyani. Setidaknya aku bersyukur, aku tak pernah melukaimu, tak pernah menyakitimu.

Aku potret Ariyani sekali lagi.

Ariyani kau kameraku. Mata dan hatiku ada disana.

Ariyani biarlah sampai kapanpun kita seperti ini

Ariyani aku pengagum rahasiamu

Ariyani aku akan menjagamu

Ariyani kau mata dan hatiku

Ariyani Ariyani dan Ariyani....

....................................

Flora

"Namaku Flora. Flora Adina Wiranti. Umur 19 Tahun. Terima kasih untuk.........."

Save.

Off.

Aku matikan kamera ku, setelah ku buat video yang mengutarakan isi hatiku. Sekarang, aku benar-benar depresi. Penyesalan, kata terbodoh yang selalu terngiang diotakku. Ku nyalakan lagi kamera ku.

Cekrik!

Ku potret diriku dengan mata sembab nan merah, dengan air yang terus mengalir disana. Sekarang pertanyaannya, kapan semua ini akan berakhir ? Kapan Tuhan ?!

.................

Buku

Bagaimana bagian awal dari tubuhku, sudah bisa mengurangi rasa kalutmu belum ? Sepertinya belum ya. Aku tak tau harus bagaimana. Cerita di bagian awal tubuhku, aku rasa sudah cukup menghibur, tapi kenapa air matamu masih belum mau berhenti wahai wanita yang sedang memegangku, berhentilah menangis, berhentilah!

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now