4. Ada Apa Sebenarnya ?

30 25 2
                                    


Buku

Hampir seharian aku tergeletak di bawah lantai kamar wanita ini. Dan wanita ini seperti belum bangun juga. Apa wanita ini baik-baik saja ? Apa jangan-jangan dia....

................

Jam Dinding

Aku sengaja mempercepat waktu, supaya wanita yang sedang tertidur ini bisa cepat bangun dari tidurnya. Aku punya keyakinan wanita ini kuat dan akan bertahan.

Sekarang aku menunjukkan pukul dua siang. Sudah delapan jam wanita ini tertidur. Aku sedikit mulai khawatir. Akhirnya aku coba percepat lagi jalan jarum penunjuk ku, dan sekarang sudah pukul tiga sore lebih sedikit dan wanita ini akhirnya sadar juga. Dengan meminum air putih dengan tangan yang gemetar, dengan sebagian air tidak masuk ke mulutnya disertai gelas yang kemudian terjatuh dari genggamannya.

"Pranggg!!!" gelas itu jatuh disertai dengan senggukan tangisan yang makin aku menjalankan waktuku semaikin deras air mata yang mengalir.

"Hey Wanita, berhentilah menangis!"

Aku mulai cemas. Wanita ini mulai menunjukan gerak gerik yang aneh dengan memandang pisau yang tergeletak di mejanya. Apa jangan-jangan dia....

......................

Flora

Kenapa aku masih hidup. Tidak tau kah Tuhan, aku sudah enggan untuk hidup.

"Ahhh!!!" kepala pusing luar biasa! Rambutku ingin ku habiskan rasanya. Ku jambak, ku tampar-tampar pipi ku, namun bukannya tambah meringankan, malah itu menyakitkan.

"Ahhh!!" aku berteriak keras tak peduli tetangga kos ku yang sedang apa. Lalu tiba-tiba mataku menangkap pisau yang begitu menggoda. Aku kalut. Asap di kepala ku makin membumbung. Ku ambil pisau, dan aku terkekeh dengan air mata yang siap menyaksikan pisau ini melakukan hal yang seharusnya ia lakukan.

Flora, kau akan......

...........................

Dimas

"Flora!!!!"

Nyess.

Mataku terbelalak. Rasa sakit menjalar tegang ke seluruh tubuh sambil memeluk gadis pendiam yang tak tau kenapa sedang akan menusuk perutnya dengan sebuah pisau.

"Arrrhhhh!!!!" Flora berteriak keras sekali lagi, menghancurkan gendang telingaku.

Tangan ku bersimpuh darah melindungi perut Flora yang akan dia tusuk dengan pisau. Aku berkeringat dingin menahan segala rasa perih ditanganku karena tertusuk pisau.

Nyess.

Darah itu mengucur hebat di tanganku. Aku lemas dihadapan gadis pendiam. Mataku ingin ku tutup, namun selalu ku urungkan. Ku lihat darah yang terus bercucuran dengan pisau yang masih ku pegang dengan tangan kiriku namun tetap saja menusuk tangan kanan ku yang memeluk melindungi Flora.

Darah. Merah, Pekik ku dalam hati. Lalu ku singkirkan pisau tersebut.

"Mengapa kau melindungiku!!!" Ucapnya berteriak sambil menarik tubuhnya yang sedari tadi ku peluk dan menuju sudut kamar untuk meringkuk di pojokan kamar.

"Darah! Darah!!!" Flora berteriak tak karuan yang seketika memancing penghuni kamar-kamar dekat kosnya menghampiri kamarnya dan sekekita mereka melihatku dengan ku sertai kepalaku yang mengangguk menandakan semua bisa kuatasi, penghuni-penghuni kos tersebut mengangguk ngeri melihat kondisi ku yang bersimpuh darah dan kembali ke kamarnya masing-masing.

"Dimas! Seharusnya kau biarkan ku mati !"

"Kenapa kau muncul Dimas!!!"

"Arrhhhh"

Flora tak henti-hentinya berkata dengan keras.

Dengan tenaga sisa yang masih ku punya, aku menghampiri Flora.

"Plakk!" Aku menamparnya.

Seketika Flora terdiam, dan memandangku seperti tersentak sesuatu. Ada sedikit senggang sejenak kami bersitatap. Hening tiba-tiba tercipta.

"Bodoh" Aku memakinya.

"Dimass!!!"

Dia memeluk ku. Erat. Sangat erat. Aku bisa merasakannya. Dia menangis tersedu-sedu. Air matanya deras membasahi jas hitam kantor ku. Sambil memukul-mukul punggungku, tangisnya tak henti. Ku lihat tangan kiriku yang merah berdarah. Dengan rasa sakit kuabaikan, aku kepalkan tangan kiri ku tersebut dan darah menetes didalam kepalan tanganku, lalu aku ikut meraih punggungnya. Aku memeluknya.

Hampir cukup lama pelukan itu berlangsung, dengan darah tetap menetes tanpa sadar di baju putih yang dikenakan Flora, aku mulai berucap.

"Sebenarnya ada apa ?" Bisik ku pelan di telinganya. Kami masih berpelukan. 

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now