23. Flo...

13 11 0
                                    

Dimas

Aku seperti orang yang sangat bersalah telah menunjukan hal sebenarnya ke wanita yang sebenarnya sudah menaruh perhatian kepadaku akhir-akhir ini. Sekarang wanita ini belum tersadar dari kejadian tiga hari yang lalu. Sempat aku protes kepada Tuhan, mengapa tidak aku saja yang tertidur selama tiga hari, mengapa harus Flora.

Sekarang semua hanya jadi penyesalan. Di balik penyesalanku kini aku mulai untuk membalas setiap apa perbuatanku. Kehidupan Flora kini sepenuhnya akan aku tanggung. Aku telah menyelesaikan tunggakan kosnya dan mengakhiri kosnya. Sekarang barang-barang kos nya telah aku pindahkan ke kamarku. Kamarku pun aku dekorasi ulang sesuai kamar kos Flora yang dahulu.

Warna merah muda. Tidak terlalu buruk.

Aku memperhatikan seisi kamar ku yang ku sulap seratus depalan puluh derajat sama dengan kos Flora terdahulu, dan pandanganku tiba-tiba mengarah ke kamera Flora yang berada dikumpulan barang yang belum aku tata di kardus.

Kamera? Jariku bergerak untuk menyalakan tombol on di kameraku.

Foto dia menangis cukup membuatku duduk terlemas, lalu pandanganku terarahkan disebuah video. Pikiranku berkelana. Mungkinkah sebuah pesan?

"Namaku Flora. Flora Adina Wiranti. Umur 19 Tahun. Terima kasih untuk segala hal yang telah kau berikan dihidupku Maha Pencipta, orang-orang terdekatku dan khususnya kau, si brengsek yang membuatku harus menelan rasa pahit seperti ini. Kau tau cita-citaku malam ini ? Aku tak ingin ada hari esok lagi. Sekali lagi terima kasih untuk segala hal. Terima kasih untuk kau laki-laki yang telah berhasil memporak porandakan kebahagianku. Sukses selalu buat kamu, dan untuk siapapun orang yang melihat video ku ini, jika yang melihat wanita, tolong jaga martabatmu sebagai wanita, jika laki-laki, berhentilah kau merusak hidup wanita, paham ? Aku tidak ingin hidup kalian seperti hidupku"

"Flo...."

...........................

Sudah empat hari, Flora masih tertidur di rumah sakit JIH. Aku suka menggunakan kalimat tertidur daripada masih belum sadar. Aku percaya wanita ini kuat walau berita dari dokter selalu tidak menguatkanku bahwa Flora kondisi kandungannya makin melemah.

"Saya tidak menjamin bayi nya akan bertahan..."

Kalimat itu terngiang manis di otakku.

Aku menggenggam tangan Flora. Aku pegang erat. Aku memejamkan mata.

Allah, aku minta maaf atas segala apa yang ku perbuat.

Maaf atas segala perilaku yang membuat ciptaanmu tergolak lemah disini.

Aku tidak bermaksud menunjukan hal yang sebenarnya

Allah...

Selamatkanlah Flora dan kandungannya....

Aku tak tau apa yang menetes ditanganku yang mengenggam erat tangan Flora.

Aku menyayngimu

Aku menyayangimu

Aku menyayangimu

Aku menyayangimu Flora

Bertahanlah....

Tetesan itu makin deras.

Baiklah, aku berhenti mencintaimu Flora. Aku hanya akan menjagamu, aku tidak akan memaksakan perasaanmu.

Aku lepas genggamanku dan ku usap tetesan itu dari mataku.

Cengeng. Aku tersenyum dan aku beranjak dari kamar.

Pelan aku berjalan menuju pintu kamar.

"Krekk...." kubuka pelan pintu itu.

"Di-di-mas...."

Aku salah dengar. Tidak ada suara di belakangku. Itu bukan suara Flora. Bukan. Aku salah dengar.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora