24. Jejak langkah yang kau tinggal

19 11 0
                                    

Buku

Semua sepertinya sudah digariskan untuk sampai diakhir cerita dariku. Wanita yang sedang memegangku, bacalah cerita akhir yang aku sediakan, jejak langkah yang kau tinggal semoga menghiburmu.

Jejak Langkah yang Kau Tinggal

Kalya. Wanita yang sedang ku pandang sekarang. Wanita yang sedang terkena sedikit cahaya senja sore hari ini. Kalya begitu cantik. Namun aku merasa kecantikan itu tak sepenuhnya aku rasakan. Alasannya sederhana, aku belum bisa melepaskan kecantikan seorang wanita yang dulu pernah mengisi hatiku. Iya, jejak langkah setelah kau tinggal, Andira. Itu masih membekas.

Jelas, itu masih membekas. Senja ini aku tak melihat Kalya sebagai Kalya. Melainkan Kalya sebagai dirimu Andira. Andai saja engkau tau, bayanganmu masih tersimpan walau kau sekarang telah menjadi, ah aku tak tega menyebut dirimu dengan sebutan mantan. Sebutan itu seakan-akan menghina ku, mengorek setiap kesalahan yang aku perbuat dan yang jelas benar-benar meng iya kan rasa penyesalanku.

"Kau tak seperti biasanya Milan"

Aku terkaget dengan ucapan Kalya yang membuyarkan pandanganku. Segala bentuk imajinasi terstruktur kenangan buyar seketika.

"Aku sepertinya agak kurang sehat"

"Ada yang kau sembunyikan" Kalya kali ini benar-benar seperti pembunuh berdarah dingin. Sangat sederhana dan itu berhasil menusuk ke pusat jantung ku yang membuatku tak bisa berkata-kata lagi.

"Aku ingin berakhir"

"Berakhir ?" Badanku sedikit bergetar.

"Iya, putus"

"Kenapa ?" Sial, hanya kata itu yang bisa aku ucapkan. Seperti aku juga ingin terlepas, alasannya bayangan Andira sudah seakan memanggil-manggilku,

"Sudah setengah tahun aku mencoba mencari titik temu hubungan ini, dan aku merasa kau menjalani hubungan ini seperti berjalan diatas keragu-raguan"

Kau mewakili aku berbicara Kalya. Semua perkataanmu benar. Dan anehnya aku tak menghalangi kau pergi. Aku biarkan Kalya pergi meninggalkanku sendiri.

"Apa yang aku lakukan" aku menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Coffe Shop ini benar-benar memberi vonis yang aku sendiri tak tau apa jawabannya. Yang pasti kini senja telah berganti malam dan juga diriku sudah berganti. Ah lagi aku tak tega menyebutnya. Aku telah sendiri.

..................................

Aku tak menyebut aku menikmati kesendirian ku. Bersama dengan pohon-pohon pinus yang menemaniku, aku coba mengingat segala kebersamaan ku dulu bersamamu. Kamu yang aku maksud masih Andira bukan kamu Kalya. Tapi anehnya, aku kesini untuk menikmati terjebak nostalgia tentang kenangan dengan Andira, tapi kenapa aku malah mengingat kamu Kalya ? Sudah aku coba untuk mengingat Andira padahal, namun lagi-lagi wajahmu yang aku ingat. Bukankah kamu hanya sebagai pelarianku untuk melupakan Andira wahai perempuan yang bernama Kalya ? Apa aku secara tidak langsung benar-benar mencintaimu Kalya ? entahlah tiba-tiba aku teringat kamu.

Di antara pinus-pinus ini aku terduduk dan tersenyum geli ketika aku melihat balon udara diatas langit-langit yang sedang ku pandang sekarang. Aku teringat omongan Kalya dulu. Dulu ia pernah berkata, apakah aku menyukai ketinggian ? Lalu aku jawab, aku tak menyukainya. Kemudian seminggu kemudian dia malah mengajak ku naik balon udara, dan aku hanya mengiyakan saja. Kemudian ketika kita berada di dalam balon udara, akhirnya dia memberikan alasan kenapa ia mengajak ku naik balon udara ini.

"Dulu aku juga takut ketinggian, tapi kemudian aku merasa aku ingin menikmati rasa ketakutanku, dan kamu tau apa hasilnya ? Aku benar-benar menikmatinya, bukan rasa takut melainkan rasa bangga telah menaklukan apa yang menjadi ketakutanku"

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now