5. Sang Putri dan Kepedihan

26 24 3
                                    

Dimas

Aku hamil.

Aku hamil.

Aku hamil.

Kata itu terngiang persis seperti apa yang diucapkan Flora dikejadian kemarin, persis tiga kali Flora mengulangnya dengan air mata sebagai hiasannya. Entah mengapa kata itu terus terngiang dikepalaku beserta penjelasan selanjutnya dari Flora bagaimana bisa terjadi seperti itu. Wajah Flora masih terngiang bagaimana ia bercerita sampai habis dengan senggukan-senggukan yang membuatku merasa ingin memeluknya sekali lagi.

"Apa kamu pernah jatuh cinta ?" tanya Flora kepadaku dengan tatapan matanya yang sangat ku suka. Bola mata yang biru yang tidak mampu menyembunyikan ke innoncent nya membuatku terjerembak mati dibola matanya.

"Aku rasa belum saatnya"

"Mengapa ?" ujar Flora yang tatapannya kini sudah melihat pemandang persawahan di tengah kita duduk berdua dengan kaki bergelantung. Duduk di rumah pohon.

"Itu terlalu rumit untuk membahas itu di usia kita yang baru naik kelas 2 SMA Flora"

"Terkadang aku ingin merasa jatuh cinta, tapi suatu saat nanti"

"Bukankah kamu banyak yang mendekati ya ?"

"Aku cuma takut, salah satunya karena aku tidak ingin prestasiku turun"

"Tapi, aku ingin jatuh cinta...." tambahnya.

Angin semilir berhembus di antara tulang-tulang telinga ku. Entah siapa yang mengajari ku untuk bersandiwara seperti ini. Dengar Flora, aku juga ingin jatuh cinta, dan sekarang aku telah jatuh cinta padamu, namun aku juga takut, kalau nantinya kita akan jauh kelak karena aku menyukaimu.

Hening. Tiba-tiba menyerang, hanya angin yang berbicara, sebelum kaki-kaki ku yang menggantung tersebut menyenggol kaki-kaki yang bergantung lainnya.

"Dimas!"

"Serius amat" aku tergelak disertai tawa ku dan tawa Flora pecah disana.

"Hey"

Ibu mencolek bahuku.

"Akhir-akhir ini, kamu sering melamun, ada masalah di kantor?"

Aku hanya tersenyum dan mengedikan bahuku untuk menenangkan keadaan ku sementara ini.

"Ma..."

"Iya ?"

"Bagaimana rasanya menikah ?"

Sesaat setelah itu, ruangan rasanya sangat dingin menusuk kalbu.

............................

Flora

Aku rasa aku lolos dari maut, ada malaikat penyelamatku kemarin. Dimas. Antara terimakasih atau tidak berterimakasih yang harus ku ucapkan. Yang pasti hidupku yang masih sudah tak bernafsu tentang apapun akan kembali berlanjut.

Kali ini aku kembali memegang buku yang kemarin ku baca. Aku buka buku tersebut pada cerpen yang ke tiga, dengan dayaku yang tersisa karena aku hanya makan sedikit tadi aku membuka lembaran cerpen ke tiga buku itu. Cerita Tentang Hujan, Sang Putri dan Rasa Sakit menjadi cerpen yang menyiksaku selanjutnya.

................

Cerita Tentang Hujan ; Sang Putri dan Rasa Sakit

"Menurutmu, apa hujan seperti ini menyenangkan ?"

Aldi mengagetkan lamunan Rika yang membuat Rika langsung melirik kaca untuk melihat hujan yang sedang deras-derasnya sekarang.

"Bisa ya bisa tidak"

Jejak Langkah yang Kau Tinggal (SELESAI)Where stories live. Discover now