Tasya Marah

187 73 672
                                    

Kalau ada typo tag ya cantik!"

Udah vote?

Oke kalau udah lanjut komen ya!

Happy Reading 🖤

Tasya berjalan ke lapangan Bulutangkis untuk menemui Randy. Di tangannya sudah ada paper bag berisi snack Upin-Ipin.

Tak henti-hentinya Tasya tersenyum sudah tak sabar ingin bertemu Randy.

Sesampainya di lapangan Tasya melihat Randy sedang bermain Bulutangkis. Pria itu terlihat begitu tampan menggunakan pakaian atletnya.

Tasya berjalan ke arah kursi yang sering ia duduki saat menunggu Randy.

Randy menyadari kehadiran Tasya ia tersenyum mengkode lawan mainnya agar segera berhenti.

Randy kemudian berjalan ke arah Tasya.

"Kok Randy berhenti? Main aja dulu! Tasya nggak papa kok malah senang bisa liat Randy main." ucap Tasya saat pria itu menghampirinya.

Randy tak menjawab ia meletakkan raketnya lalu meraih botol air minumnya.

Tasya memandang Randy yang sedang meneguk minumannya pria itu terlihat cool di tambah keringat yang menetes di leher dan pelipisnya membuat kesan seksi. Seketika pipi Tasya merona.

"Tampan." gumam Tasya tanpa sadar.

Randy tersendak mendengar ucapan Tasya ia menatap gadis itu kesal. Sedangkan Tasya buru-buru menutup pipinya yang sudah sangat merona.

Randy meletakan botolnya lalu duduk di samping Tasya.

"Sini!"

Tasya dengan cepat memberikan paper bag itu.

Randy meraihnya dan mengeluarkan satu bungkus snack Upin-Ipin favoritnya.

Tasya menatap ke arah Randy ia tersenyum melihat Randy yang sedang lahap memakan snack Upin-Ipin.

Tasya merapatkan dirinya ke arah Randy lalu mencubit pipi Randy membuat pria itu menghentikan kunyahan ia menatap Tasya.

"Randy emes ih." ucap Tasya manja.

"Lepas!" titah Randy dingin.

"Nggak mau! Randy emes." jawab Tasya semakin mencubit pipi Randy.

Pria itu menghempaskan tangan Tasya lalu bangkit dan berjalan ke arah tempat sampah. 

Tasya mendengus memandang punggung.

Setelah Randy membuang sampahnya ia kembali berjalan ke arah Tasya lalu duduk di sampingnya.

"Randy!"

"Apa?"

Tasya menatap serius ke arah Randy.

"Tasya mau nanya serius."

"Apa?"

Randy membalas tatapan Tasya.

"Kapan kita pacaran?"

"Kapan Randy mau tembak Tasya?"

"Tasya butuh kepastian dari Randy."

Randy menggaruk lehernya yang tak gatal mendengar pertanyaan Tasya yang bertubi-tubi.

"Natasya."

Tasya tak menanggapi ucapan Randy ia menatap pria itu dengan tatapan sangat berharap.

"Tasya suka Randy, Randy juga suka Tasya terus kapan mau tembak?" tanya Tasya serius.

Randy tak menjawab pria itu hanya diam memandang ke dua sepatunya.

Happy To Love You (Segera terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang