Menjauh

243 156 113
                                    

SETIAP PEOPLE WAJIB VOTE DAN COMEN SEPULUH KALIMAT DI SINI! KALAU TIDAK JANGAN SALAHIN KALAU KALIAN JOMBLO SETELAH MEMBACA INI. JADI TURUTI SYARATNYA AGAR KALIAN TIDAK JADI MENJOMBLO.

SIDER : NGGAK ADA AKHLAK KALIAN!

HAPPY READING🖤

Hampir setengah semester Tasya bersekolah di SMA Kencana namun, sama sekali Tasya belum bisa meluluhkan hati Randy. Sudah berbagai cara yang Tasya lakukan. Tapi, tak satupun cara yang berhasil.

Sendari tadi, jam istirahat sudah berbunyi nyaring. Tasya gadis itu tak punya niat mengunjungi kantin, untuk berjalan ke kantin saja, Tasya sangat malas, di tambah lagi ia akan bertemu dengan Randy saat ke kantin. Bukannya tak ingin bertemu dengan cowok itu. Tapi, sejenak Tasya ingin mengistirahatkan tubuh, hati dan pikirannya yang sudah lelah. Lelah menyukai sendiri, lelah mencintai sendiri, lelah berjuang sendiri tanpa adanya kepastian.

Tasya menghela napas berat, ia semakin menelungkupkan wajahnya di atas meja dengan tangan sebagai bantalan. Tasya menutup matanya, bayang-bayang penolakan Randy terputar di otaknya. Sungguh kejam, manusia setengah robot itu.

Katanya ingin membuka hati? Tapi mana buktinya? Cowok itu hanya mencapakkan hatinya, memberinya harapan palsu.

Kalau di suruh memilih, Tasya ingin membenci Randy dan membuang segala rasa dalam dirinya.

"Kalaupun aku membencinya rasa cintaku kepadanya jauh lebih besar dari pada rasa benci itu."

"Tasya?" teriak Nata berjalan menghampiri Tasya, di tangannya terdapat dua bungkus chiki Upin-Ipin yang Nata beli di kantin Bang Udin.

"Masih galau?" sambung Nata melemparkan chiki Upin-Ipin itu di hadapan Tasya, Nata duduk di samping Tasya.

Tak ada respon dari Tasya, gadis itu masih sama dengan posisinya. Nata menghela napas, ia mencoba  merubah posisi Tasya menjadi duduk.

"Nat!" rengek Tasya.

"Lo harus dengerin gue!"

Nata menyentuh kedua bahu gadis itu.

"Dengerin gue baik-baik! Jangan terlalu fokus sama orang yang nggak sayang sama lo, yang nggak cinta sama lo, masih banyak kok di luaran sana yang mau sama lo, sampai kapan lo bakalan berjuang?"

"Berjuang sendiri memang nggak enak, gue pernah ngerasain berada di posisi lo. Jangan buang-buang waktu mencintai orang yang nggak ngehargain perasaan lo. Buang semua rasa cinta lo itu!" ucap Nata panjang lebar menasehati sahabatnya.

Tasya menggelengkan kepalanya kuat.

"Gue nggak bisa Nat, dan bukannya lo sendiri yang bilang bagaimana lo yang berjuang bert-"

"Gue tarik ucapan gue!” potong Nata cepat.

"Itu bukan cinta! Tapi, obsesi, lo itu cuma obsesi sama Randy!" sambung Nata menyakini perasaan sahabatnya.

Tasya menatap tajam Nata.

"Nggak! Gue cinta sama dia, dan perasaan gue tulus!" balas Tasya tak terima cintanya di katakan obsesi pada Randy.

Nata memutar matanya malas,
beginilah ketika orang sudah jatuh cinta, ia tak dapat membedakan mana cinta? Mana obsesi? Karena cinta membuat seseorang menjadi buta.

"Kalau lo mau Randy suka sama lo, cinta sama lo, buat dia merasa kehilangan lo!" ucap Nata serius.

"Caranya?" tanya Tasya penasaran.

Happy To Love You (Segera terbit)Where stories live. Discover now