Di Culik Calon Mertua

144 61 612
                                    

Kalau ada typo tag yang cantik!

Udah vote? Kalau udah, cus baca dan komen tiap paragraf! Ogghe!

Jangan lupa vote comen sebelum membaca dan share ke teman-teman klean untuk baca cerita ini biar ikutan bucen!

Happy Reading 🖤

Nata berjalan masuk ke dalam kelas. Gadis itu menghampiri meja guru. Di sana sudah berada guru yang tengah duduk memainkan handpone-nya.

"Maaf Bu, saya sudah mencoba mencari buku gambar. Tapi, semua buku gambarnya sudah habis Bu." ucap Nata pada guru kesenian yang ada di hadapannya.

Guru itu menghentikan aktitivitas bermain handpone-nya, menatap ke arah Nata.

"Tidak papa, ini kamu bisa pake kertas HVS untuk menggambar!" balasnya menyedorkan dua kertas kepada gadis itu. Nata dengan cepat menerimanya.

"Terima kasih Bu. Saya duduk dulu." pamit Nata sudah ingin membalikan badannya namun, Ibu guru itu kembali membuka suara.

"Eh, bukannya kamu tadi bareng Tasya?”

Nata menganggukan kepalanya.

“Kemana dia?" tanya guru itu.

Nata menggaruk kepalanya tak gatal bingung harus menjawab apa. Nata tak tahu Tasya di bawa ke mana oleh Mamanya Randy karena gadis itu tiba-tiba di tarik ke dalam mobil dan di bawa pergi.

"Tasya di culik camernya Bu." batiin Nata geli.

"Tasya tiba-tiba terkena diare Bu. Efek kebanyakan makan mienya Bang Udin jadi pulang duluan."

Nata berbohong. Tak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau Tasya di culik oleh Mama Randy. Bisa heboh satu Kencana jika Nata mengatakannya.

"Astaga kasihan sekali Tasya.” ibah guru itu.

“Oke, kalau begitu kamu boleh duduk." lanjutnya membuat Nata mengangguk dan berjalan ke arah kursinya.

Setelah gadis itu mendudukkan diri bukannya langsung mulai menggambar. Tapi, Nata melirik ke kiri kanan dan juga depan belakang. Semua teman-temannya sedang sibuk beraktivitas sedangkan gurunya  sibuk bermain handpone sambil cekikan.

Sudah aman.

Nata tersenyum, gadis itu dengan cepat merogoh handpone-nya lalu membuka aplikasi WhatsApp-nya mengklik salah satu chat grub kedua jempolnya mulai menari-nari di layar mengetik sesuatu.

***
Karena jam kosong, Randy memanfaatkan waktunya sekedar membaca buku. Sedangkan kedua sahabatnya diam-diam tak saling berbicara satu sama lain karena permasalahan pembobol Wi-Fi Kencana.

"Ingat batasnya! Jangan sampai barang-barang lo masuk di area gue." sindir Rasya memandang ujung buku Darul yang menyebrang di mejanya.

Ingat hanya ujung bukunya yang menyebrang.

Darul yang sedang asyik-asyiknya bermain Instagram melirik ke arah meja Rasya. Dengan cuek Darul  menarik buku paketnya lalu kembali melanjutkan scrolling. Tak peduli dengan muka Rasya yang sudah di tekuk.

"Sahabat itu adalah orang yang tak akan pernah menarik kita ke dalam sebuah masalah. Tapi, kenyataannya malah dia yang menjerumuskan kita ke dalam lubang masalah."

"Cih, kadal."

Darul menghentikan aktivitas scrolling-nya. Menghela napas berat beralih menatap Rasya.

"Selama ini gue selalu sabar dengar sindiran lo. Tapi, kali ini lo udah kebangetan."

Darul menatap Rasya sedikit dramatis. Darul sudah menahan untuk tidak peduli dengan ucapan Rasya. Beberapa hari ini selalu menyindirnya. Namun, kali ini Darul sudah tak tahan dengan nyinyiran Rasya. Selalu menyalahkan dirinya atas terbongkarnya rahasia pembobolan Wi-Fi Kencana.

Happy To Love You (Segera terbit)Where stories live. Discover now