15. Terjebak

5.4K 617 39
                                    

Kehadiran Nadia yang tiba-tiba, membuat semua mata seketika tertuju padanya. Satu dari banyaknya pria bersenjata itu masuk ke dalam lift, langsung menghampiri Nadia dengan tergesa. Membuat Nadia refleks mundur hingga punggungnya mentok di dinding lift.

"Kenapa kamu bisa ada disini?!" Tanya pria itu tegas.

"Hah?" Nadia gemetar dan ketakutan. Mulut dan Matanya melebar menatap pria itu. Takut, bingung, khawatir, semua bercampur aduk di dadanya.

Melihat Nadia yang begitu bergetar dan tampak syok hebat, pria itu lantas semakin memperhatikan Nadia. "Tenang. Kami polisi." Ucap pria itu membuat air mata Nadia jatuh seketika.

"Pp...pa-" Nadia yang menatap pria itu dengan matanya yang berkaca-kaca mengurungkan niatnya untuk berucap. Ia ingin mengatakan bahwa di basemen terjadi adegan tembak menembak. Tetapi ia tidak yakin. Ia justru takut, jika Joni adalah orang jahat yang justru polisi ini incar. Nalurinya mengurungkan niat agar melindungi Joni yang ia tidak tahu siapa.

"Turun ke lobi! Di sini berbahaya!" Tegas pria itu. Pria itu menekan tombol lantai lift dan meninggalkan Nadia di sana.

Apa di lobi aman pak?! Teriak Nadia dalam hati sembari menatap polisi itu dengan perasaan luka.

Di sana nggak aman pak! Aku harus kemana?!

Nadia harap-harap cemas menatap nomor lantai demi lantai yang terganti. Tangannya gemetar dan sungguh, ia ketakutan setengah mati. Jantungnya berdebar dengan kencang, memikirkan apa yang akan ia temui di lobi.

Keluar dari apartemen adalah sebuah keputusan yang teramat salah bagi Nadia. Harusnya, ia mendengarkan apa kata Joni. Seharunya, ia bertahan tetap berada di dalam apartemen dan menahan rasa laparnya. Ia menyesal. Benar-benar menyesal.

Ting!

Nadia menarik napas dalam ketika menunggu pintu lift terbuka. Dan saat pintu lift terbuka.. mata Nadia melebar. Napasnya terasa tertahan.

Dimana semua orang? Pikirnya. Lobi yang biasanya ramai oleh penghuni apartemen dan pengunjung hotel, terlihat begitu sunyi senyap.

Walau ragu, Nadia pun melangkahkan kakinya keluar dari lift. Kakinya yang gemetar menyusuri lobi yang luas itu. Saat ia sampai di tengah-tengah lobi, beberapa wanita yang Nadia ketahui bekerja di dapur restoran pun tampak buru-buru berlari menuju pintu keluar.

Nadia meneguk salivanya susah payah. Ia pun bergegas menuju pintu keluar, dan rasa penasarannya semakin menjadi kala mengetahui bahwa semua orang nyatanya berada di luar.

Saat Nadia berhasil keluar dari area lobi, mata Nadia menyipit menyaksikan beberapa mobil keluar dari area basemen dan langsung menuju gerbang keluar.

Hati Nadia bertanya. Aa..apa udah selesai? Mas Joni? Gimana mas Joni?

Tapi.. kedatangan beberapa polisi yang menembus orang-orang yang ada di sekitar apartemen menjelaskan bahwa segalanya belum selesai.

Mungkin adegan di basemen sudah selesai, tetapi.. area sekitar unit apartemen Nadia masih belum selesai.

"I..ini kenapa?" Tanya Nadia menghampiri seseorang yang pastinya ia tidak kenal. Ia masih gemetar dan berusaha menarik napas mengisi pasokan oksigen di dadanya yang berdenyut nyeri.

"Polisi nangkap bandar narkoba, mbak. Dengar-dengar sih, perdagangan senjata ilegal juga. Kalau nggak salah ya,"

"Ha?" Kepala Nadia benar-benar sakit. Hatinya bertanya, apakah ini yang selama ini Joni lakukan. Apakah ini yang selama ini Joni kerjakan.

"Ja..jadi, itu tadi di bawa kemana?" Tanya Nadia khawatir.

"Ya ke kantor polisi kali, mbak."

Nadia membekap mulutnya dengan tangan bergetar. Air matanya terjatuh. Tidak tahu harus berbuat apa saat ini.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now