26. Strategi Baru

4.7K 745 118
                                    

Malam ini, terdengar pujian-pujian indah keluar dari mulut Wenda untuk Nadia. "Nadia begok! Tolol! Begok! Pendek banget sih pikiran lo!" Seru Wenda geram sendiri. Giginya bahkan bergetar sembari mengumpat Nadia melalui sambungan telepon.

"Apa sih, Wen? Bukannya lo dukung kalau gue lupain mas Joni? Kan lo yang bilang, kalau lo jadi gue, udah lo tinggalin cowok kaya mas Joni. Sekarang kok lo berubah pikiran?" Tanya Nadia tak mengerti.

Terdengar suara decakan lidah dari Wenda. "Siapa yang berubah pikiran oneng?! Gue dukung penuh lo putus sama mantan tukang bakso itu! Yang gue kesal, sampek pengen gue gigit lo to the bone, kenapa cincinnya lo pulangin?! Begok! Putus sih putus, cincinnya kalau nggak mau kan bisa di jual! Setidaknya kalau lo rugi waktu, lo udah untung materi! Errgghh! Kesal gue!" Geram Wenda panjang lebar.

Namun, si galau Nadia tampak memasang wajah cemberutnya. "Buat apa. Yang ada nanti setiap gue lihat cincinnya, gue ingat mas Joni terus." Cicit Nadia sedih.

"Ah elah, makanya jual! Kalau lo nggak mau, kasih ke gue aja! Ngapain lo pulangin sama si Joni itu!" Balas Wenda yang masih greget akan kelakuan Nadia.

Nadia menghelakan napasnya dalam. "Terus gue sekarang gimana, Ween? Gue nyesel mutusin hubungan sama mas Joni. Sekarang gue nggak tau, mau ketemu mas Joni gimana. Gue nggak tau cara buat hubungi dia lagi," Ucap Nadia dengan sedih.

Wenda memutar bola matanya malas. Ia tidak mengerti akan jalan pikiran Nadia yang sangat plin plan. Ia yang memutuskan hubungan, sekarang ia yang galau mencari cara untuk berhubungan lagi dengan Joni. Benar-benar menyusahkan.

Lama keduanya terdiam sembari berpikir. Sampai tiba-tiba, Wenda berkata "Nadia, kayanya kita perlu ketemu empat mata deh." Ucapnya membuat dahi Nadia mengkerut bingung.

"Kenapa? Mau jalan? Yoklah," Ucap Nadia polos.

"Enggak, ada yang mau gue bahas sama lo. Penting buat lo sih. Nggak penting buat gue. Sebenarnya gue udah lama pengen bahas ini, tapi.. Kayanya perlu di bahas sekarang." Ucap Wenda ragu.

"Apaan sih, Wen? Gue jadi penasaran. Bilang sekarang aja kenapa?" Pinta Nadia yang sudah terlanjur penasaran mendengar ucapan Wenda.

"Enggak bisa. Harus bicara langsung. Lo datang ke kost gue ya?"

"Iihh, jauh banget kost lo, Wen. Tinggal terpleset udah sampai pulau seribu gue. Jumpa tengah aja deh," Balas Nadia.

"Enggak! Pokoknya lo harus datang ke kost gue! Siap-siap dan berangkat sekarang!" Seru Wenda penuh penekanan. Membuat Nadia mau tak mau tidak dapat menolak.

"Iya.. Iya.. Gue siap-siap dulu," Ucapnya kemudian mengakhiri panggilan itu.

...

Dengan wajah mengerut karena perjalanan yang begitu jauh, Nadia sampai di kost Wenda. "Jauh banget sih kost lo, Wen. Sampai pegal pinggang gue naik ojek," Keluh Nadia.

Namun keluhan Nadia tak di indahkan oleh Wenda. Wenda malah menarik masuk Nadia. Lalu, ia menarik tas Nadia, membuat Nadia mengernyit bingung.

"Buka ikat rambut lo!" Seru Wenda.

"Hah? Buat apa sih?" Tanya Nadia bingung.

"Ikuti aja kata gue!" Seru Wenda. Dan kembali, mau tak mau Nadia harus menuruti kata Wenda.

Nadia pun menarik ikat rambutnya, lalu buru-buru Wenda memasukkan ikat rambut itu ke dalam tas Nadia.

"Anting lo!" Seru Wenda membuat Nadia semakin mengernyit bingung. Satu persatu barang di tubuh Nadia ia suruh lepas. Bahkan, Wenda menyuruhnya untuk mengganti seluruh pakiannya dan menggantinya dengan pakaian Wenda.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now