16. Gegana

4.8K 583 34
                                    

Nadia terlihat duduk lemas di kantin kampusnya. Ia menatap layar ponselnya dan wajahnya sangat tidak bersemangat. Setelah tahu bahwa tempat jualan mas Joni sudah di bongkar, Nadia tahu bahwa harapan untuk bertemu kembali dengan Joni sudah pupus. Apa lagi, hingga detik ini mas Joni tidak juga bisa ia hubungi.

"Woii!" Seru Wenda tiba-tiba yang membuat Nadia sedikit terlonjak karena kaget.

"Iishh, ngagetin aja sih lo," Gerutu Nadia dan kembali menatap layar ponselnya.

Wenda tertawa sembari duduk bersebrangan dengan Nadia. "Galau aja sih lo. Lemas banget kaya sayur layu," Celetuk Wenda yang kemudian meneguk minuman botol yang ia bawa bersamanya.

Nadia tidak menjawab. Ia hanya melirik Wenda sekilas dan menatap kembali layar ponselnya.

"Lagian sih lo, mau aja di php-in sama tukang bakso. Udah nggak tau tinggal dimana, keluarganya siapa, asal usulnya dari mana, mau-mau aja di kibulin. Udahlah.. Cari aja yang baru," Gerutu Wenda enteng.

Nadia berdecak lidah melirik sinis Wenda. "Mas Joni itu jelas ya. Lu jangan ngomong asal," Balas Nadia tak terima.

"Kalau jelas, mana orangnya? Nggak adakan? Kaburkan?" Balas Wenda cepat.

"Mas Joni itu cuma lagi nggak bisa keluar. Dia nggak bisa nunjukin diri. Gue yakin kok, kalau masalahnya udah reda, pasti mas Joni bakalan balik." Nadia menghelakan napasnya dalam. Kata-katanya itu bukan keyakinan. Karena sesungguhnya ia pun ragu akan hal itu. Kata-katanya hanya harapan semu yang ia pun takut terluka untuk berharap.

"Nggak bisa keluar? Nggak bisa nunjukin diri?" Wenda memutar bola matanya malas.

"Cowok yang benar respect sama lo, nggak akan biarin lo khawatir dengan nggak kasih kabar, Nadia. Cowok yang mau main-main doang, ya kaya gini.. NgeGhosting!" Seru Wenda mengingatkan Nadia.

Nadia tampak terdiam di situ. Hatinya semakin gegana dengan apa yang Wenda katakan. Ia sudah berusaha mencari Joni, mencoba menghubungi Joni, tetapi pria itu bagai hilang di telan bumi.

"Emang lo yakin Nad, lo itu satu-satunya buat dia? Jangan-jangan, setiap tempat dia beraksi.. Ada Nadia Nadia yang lain yang juga dia deketin dan tinggalin." Wenda mengangkat bahunya. Ia ingin meyakinkan Nadia, bahwa terlalu larut dalam kesedihan pun tidak baik. Mengharapkan yang tidak jelas, bukanlah sesuatu pilihan yang tepat.

"Apa gue ke kantor polisi aja kali ya," Gumam Nadia yang membuat Wenda langsung memutar bola matanya malas.

"Jangan gila lo, begok!" Umpat Wenda emosi. "Kalau nanti polisi mikir lo salah satu komplotan mereka gimana? Apa lagi apartemen lo sebelahan loh sama apartemen mereka. Sanksinya ngeri Nadia! Lo bisa di hukum mati! Seenggaknya, kalau lo nggak mikirin diri lo yang udah bucin tingkat akut itu, pikirin orang tua dan keluarga lo, begok!" Seru Wenda dengan kesal.

Nadia menghelakan napasnya dalam. Pikirannya yang kacau terus berpikir. Berpikir apa yang harus ia lakukan saat ini. Jalannya begitu buntu. Ia tidak tahu harus melangkah bagaimana.

"Gue bener-bener bingung, Wen. Gue nggak bakalan bisa lupa sama mas Joni, kalau rasa penasaran gue nggak terjawab. Emang lo nggak penasaran? Mas Joni kemana? Mas Joni siapa? Ini bukan lagi cuma tentang perasaan.. Tapi, gue ngerasa ada yang belum selesai. Itu belenggu banget." Jelas Nadia yang menghelakan napasnya lelah.

"Kenapa harus penasaran sih, Nad? Cowok mah rata-rata gitu. Tukang ghosting! Tukang php!" Jawab Wenda.

"Lu nggak ngerti! Setelah gue berpikir panjang, justru sekarang gue mikir kalau mas Joni itu bukan orang jahat. Tapi otak gue nggak bisa mecahin logika ini."

Wenda mengernyit bingung. "Maksud lo?"

"Dulu.. Gue pernah bilangkan kalau mas Joni itu naksir sama mbak Lusi?"

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now