Part 2. Cemburu

8.5K 677 74
                                    

"Jadi mas Joni pendengarannya terganggu?" Ucap Nadia seorang diri. Perasaan Nadia jadi bercampur aduk.

Jika teman-temannya tahu bahwa Nadia naksir tukang bakso depan apartemen, pasti Nadia sudah habis di omeli. Apa lagi, jika mereka mengetahui bahwa mas Joni ternyata tuli, ahh.. Nadia yakin akan banyak yang menentang.

Tapi.. bagaimana yaa. Pesona tukang bakso satu itu sudah sangat kelewatan batas. Nadia jadi tidak sanggup untuk bernapas jika membayangkannya. Jantung Nadia pun tidak bisa di kontrol. Dan jiwa wanitanya bergelora ingin modus, setiap kali ia melihat mas Joni.

Apa lagi, 2 hari kemudian saat Nadia datang ke warung baksonya, mas Joni malah berkata "jangan terlalu sering makan bakso. Lebih baik mba beli nasi bungkus saja."

Aah, perhatian kecil itu membuat hati Nadia meleleh. Akhirnya.. setelah lama jauh dengan orang tua ada juga yang memperhatikannya. Dan itu adalah kang bakso kesayangan Nadia. Mas Joni tercinta.

"Memang kenapa kalau makan bakso setiap hari, Mas?" Jiwa modus Nadia mulai meronta. Ia ingin keluar dan mencari perhatian mas Joni.

"Aku cuma kasih saran. Mba jauh dari orang tua. Kalau sakit, mba nyusahin orang tua." Ucapnya yang membuat sayap Nadia keluar dari punggung dan ia seakan melayang-layang.

"Makasih Mas udah perhatiin aku," ucap Nadia malu-malu dan Joni hanya meliriknya sekilas. Seakan mencerna ucapan wanita itu.

Mas Joni ini calon suami idaman banget ya. Perhatian, pekerja keras, bibit unggul pula.. hahaha

Saat Nadia berkhayal dalam pikirannya, tiba-tiba asisten rumah tangga tetangga sebelah Nadia datang. "Eh, mba Lusi," sapa Nadia dengan ramah.

Lusi langsung tersenyum lebar. "Dek Nadia," balasnya. "Beli bakso?"

"Iya, mba. Untuk makan siang." Jawab Nadia ramah.

"Nggak makan nasi, dek?" Tanya Lusi lagi.

"Hehe di campur sama nasi kok, mba." Jawab Nadia.

"Oh begituu.." Lusi tampak menganggukkan kepalanya. Ia kemudian beralih ke Joni yang sedang membuat bakso pesanan Nadia.

"Mas Joni,"

"Ah, iya mbak Lusi?" Balas Joni dengan tersenyum lebar. Ia terlihat begitu ramah, begitu akrab, senyumannya pun tampak cerah dan.. tatapan matanya.. tatapan matanya tampak berbinar menatap Lusi.

Kretekk! Nadia langsung patah hati seketika. Seluruh nadinya tampak beraksi karena aliran darahnya yang aktif mengalir deras hingga ke ubun-ubun.

Nadia.. cemburu.

"Baksonya 2 ya. Biasa.. nggak pakai mie," ucap Lusi yang juga terlihat begitu riang.

"Iya, mbak Lusi. Silakan duduk dulu," ucap Joni dengan ramah.

Aaahhh, hati Nadia terasa sangat perih. Ia benar-benar patah hati. Ia tidak pernah di perlakukan semanis itu oleh mas Joni. Di persilakan duduk? Jangankan di persilakan duduk, di berikan senyuman pun tidak pernah.

Nadia tertunduk dalam. Wajahnya merengut. Ia cemburu melihat kedekatan mas Joni dan mba Lusi. Ia merasa kecil. Ia merasa terabaikan.

"Mba,"

Nadia tertegun seketika mendengar panggilan itu. Ia seketika menoleh dan mendapati Joni dan Lusi menatapnya.

"Ya?" Nadia refleks menjawab.

"Ini baksonya, udah selesai." Ucap Joni. Di tangan Joni tampak sebuah kantung plastik yang di dalamnya berisi bakso pesanan Nadia.

"Ah," Nadia pun menganggukkan kepalanya. Ia buru-buru merogoh sakunya, kemudian berdiri. Di raihnya plastik yang di sodorkan oleh Joni, lalu di berikannya uang untuk membayar baksonya. Lalu Nadia pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now