11. Keributan

5.1K 608 53
                                    

Ponsel Nadia tiba-tiba berdering. Nadia yang tampaknya memang sudah menunggu panggilan itu langsung menjawabnya.

"Hallo, beb," Ucap Nadia.

"Gue udah sampai nih," Ucap Wenda dari seberang sana.

"Ya udah, pesan aja dulu ya beb. Gue otw," Ucap Nadia.

"Oke deeeh," Jawab Wenda dan memutuskan panggilan itu.

Nadia sedikit mengacak rambutnya agar terlihat sedikit berantakan. Lalu, ia pun berjalan menuju pintu untuk keluar. Namun, saat ia baru saja membuka pintu, bertepatan saat itu pintu tetangga depan juga ikut terbuka. Menampakkan sosok seorang wanita dewasa dengan body yang bagus, pakaian sangat modis,  namun seperti kurang cocok di tubuhnya.

Mata Nadia naik turun menelisik wanita itu dengan sinis. Begitu pula dengan sebaliknya.

Dengan sombong Nadia langsung membalik tubuhnya dan menutup pintu. Ia menghempaskan rambutnya dan berjalan terlebih dahulu ke arah lift.

Siapa sih? Orang baru? Norak banget gayanya. Kaya orang kaya baru. Stylenya nggak sesuai pembawaan batin Nadia mengejek dalam hati.

Nadia dan wanita itu tampak berdiri di dalam lift. Menunggu lift sampai di lobby. Kembali Nadia menatapnya sinis, lalu menggelengkan kepala jengah.

Nggak banget batin Nadia.

Ting! Lift pun sampai di lobby. Pintu lift pun terbuka. Wanita itu berjalan lurus keluar dari gedung, sementara Nadia berdiri di dekat lift sembari menatap layar ponselnya.

"Gimana?"

"Udah cepat datang!" Jawab Wenda dari seberang sana.

Nadia kembali sedikit mengacak rambutnya. Lalu ia memberi obat tetes mata di matanya. Lalu Nadia pun berjalan keluar dari apartemen, menuju warung bakso mas Joni.

Nadia berjalan cepat. Namun, saat ia sampai di warung mas Joni, alangkah terkejutnya Nadia hingga langkah kakinya terhenti seketika. Nadia melihat mas Joni sedang duduk berdua bersama wanita yang tinggal di depan unit Nadia tadi. Membuat hati Nadia panas seketika dan emosinya yang labil melonjak.

Mas Joni cicitnya dalam hati. Nadia menarik napas dalam dan menabahkan hatinya.

"Huuaaaa, Weendaaa!" Teriak Nadia menangis kencang membuat atensi semua orang tertuju padanya. Termasuk Joni yang tercengang menatap kehadiran wanita itu.

"Wendaaaa," Rengek Nadia yang duduk di kursi kayu di samping Wenda, lalu memeluk wanita itu. Yang langsung di sambut oleh Wenda.

Fokus Joni jadi terbagi. Ia menatap Nadia dengan dahi mengkerut dan bibir sedikit terbuka. Pembicaraannya dengan wanita yang ada di hadapannya pun seketika terhenti.

"Ribut banget sih," Gerutu Ana yang duduk di depan Joni. Namun Joni tidak menanggapi. Ia hanya menatap Nadia dengan datar, lalu kembali menatap Ana. Mencoba mengabaikan sang kekasih hati yang sedang mencari perhatian di sana.

"Bener-bener cowok brengsek! Dia tega mutusin gue! Hiks.. Hiks.. Terus.. Besoknya dia sama cewek lain. Kurang hancur apa hati gue Wen?!" Ucap Nadia yang tangisnya kini dari hati. Patah hati melihat mas Joni yang sudah memiliki kecengan baru.

"Lu ribut banget sih, anjir. Pelanin dikit dong suara lu. Malu banget," Bisik Wenda yang masih memeluk Nadia.

"Umur gue udah 18 tahun, Wen. Tapi gue masih di kira anak kecil sama dia. Dia tega banget mutusin gue. Padahal gue ngelakuin semua itu untuk dia. Tapi dia nggak ngelihat perjuangan gue. Gue berjuang melawan bahaya dan segala-galanya cuma untuk dia. Tapi dia malah mutusin gue?! Hati gue hancur wen heeeee... Hiks.. Hiks..," Curhat Nadia yang sengaja agar di dengar Joni.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now