21. Pergi

5.1K 754 114
                                    

Nadia tampak harap-harap cemas. Ia kini sedang duduk di mobil dan dalam perjalanan menuju bandara. Dengan bermodalkan resi dari kelurahan setempat, Nadia bisa terbang walau tanpa KTP.

Di tatapnya jalanan yang ia lewati dengan perasaan bercampur aduk. Napasnya pun terasa berat dengan perut yang terasa di aduk. Sungguh, ia begitu berharap Joni mencegat kembali kepergiannya kali ini. Agar ia dapat memantapkan hatinya untuk menunggu Joni kembali.

Mobil yang Nadia tumpangi kini berada di area persimpangan tempat yang ia yakini Joni berada di sana. Ia harap-harap cemas. Di edarkannya pandangannya keluar mobil, menyapu area sekitar dengan lekat, mencari tahu apakah ada yang mendekat ke mobilnya atau tidak.

Lampu berubah hijau. Bahkan sampai mobil yang ia tumpangi melaju pun, tidak ada yang mendekat ke mobil yang nadia tumpangi. Bahkan, perjalanan begitu mulus hingga Nadia sampai di Bandara.

Kecewa. Tetapi itulah kenyataan yang harus Nadia terima.

Nadia saling berpelukan dengan sang mama yang kali ini bisa mengantarkannya hingga ke bandara. "Hati-hati di sana ya, nak. Jangan lupa kabari mama kalau udah sampai,"

"Iya, ma," Jawab Nadia membalas pelukan sang mama erat.

Wenda sahabat Nadia pun mengantarkan Nadia. Karena ia bekerja disana, Wenda mempunyai akses masuk kemana pun yang ia mau. Selagi tidak menyalahi aturan.

"Gimana, beb? Tadi di jalan ada kendala?" Tanya Wenda.

Dengan menyesal Nadia menggelengkan kepalanya. "Kayanya lu benar. Kemarin itu mungkin cuma kebetulan. Tapi gue masih berharap sih, karena ada note kecil itu," Ucap Nadia pasrah.

"Ya udahlah, beb," Ucap Wenda mengusap bahu Nadia. "..sekarang jadinya lo tahukan musti gimana. Kerja yang benar, fokus sama karir lo. Masalah jodoh, Tuhan pasti udah siapin yang terbaik buat lo, beb." Hibur Wenda.

"Iya, Wen. Makasih ya udah bantuin gue, udah kasih saran, jadi pendengar setia akan kegalauan gue ini," Ucap Nadia memeluk Wenda.

"Iya, beb. Itu gunanya teman," Balas Wenda menepuk nepuk punggung Nadia.

Wenda pun mengantarkan Nadia hingga ke dalam pesawat. "Bye.. Hati-hati di sana ya. Kabari gue kalau udah sampai," Ucap Wenda.

"Iya, Wen.. Makasih banyak, Wen," Ucap Nadia tersenyum sedih. Sedih karena harus pergi jauh seperti ini.

Wenda pun keluar dari pesawat. Ia berdiri menatap pesawat yang Nadia tumpangi, yang sudah mulai bergerak. Dan tak lama, lepas landas meninggalkan area bandara.

...

Nadia membuka matanya perlahan saat pendengarannya mendengar bunyi tanda pengumuman di dalam pesawat. Ia menarik napasnya dalam, sembari memperbaiki kembali posisi duduknya.

Di tatapnya keluar jendela. Awan tipis dan laut lepas terlihat dari atas sana. Ia tersadar bahwa ia sudah benar-benar pergi jauh saat ini.

Sekitar 30 menit berlalu, akhirnya pesawat yang Nadia tumpangi pun sampai di Bandar Udara Internasional Syamsudin Noor, kalimantan selatan.

Nadia berjalan menyusuri jalan, berjalan menuju tempat pengambilan bagasi. Sembari menunggu kopernya, pikirannya pun melayang.

Berat banget memang. Mas Joni memang udah nggak ada. Akhirnya ini jalanku sekarang. Tanpa mas Joni. Sampai kapanpun tanpa mas Joni batin Nadia.

Ya udahlah.. Mas Joni bukan jodohku. Kasihan jodohku kalau aku terus kasih hati sama orang yang salah.

Tatapan Nadia langsung antusias saat mesin pengambilan bagasi mulai bergerak. Nadia pun mendekat dan melihat satu demi satu tas atau pun koper yang keluar.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now