23. Tiga Bulan Lagi

7.7K 794 94
                                    

Pagi mulai menjelang. Sayup-sayup terdengar suara kicauan burung yang bernyanyi riang.

"Eegghh," Suara lenguhan Nadia terdengar. Wanita muda itu tampak masih tertidur pulas. Bahkan saat pria yang tadinya tidur di sampingnya beranjak pun, Nadia tidak menyadarinya.

Perlahan, kesadaran Nadia pun kembali. Bola matanya pun mulai bergerak, di susul dengan kelopak matanya yang membuka. Dan seketika, ia tersentak hingga terduduk.

"Hheeh," Wajah Nadia memucat mendapati tubuhnya yang hanya berlapis selimut. Kedua sudut bibirnya turun seketika dan ia pun menangis. "Hiks.. Hiks..,"

Dengan perasaan sedih, Nadia pun memakai pakaiannya. Lalu keluar dari kamar itu dan mencari keberadaan Joni. Ia berjalan keluar dari rumah itu, dan mendapati Joni yang berdiri tak jauh dari mobil.

Joni yang tahu akan kehadiran Nadia pun membalikkan tubuhnya. "Udah bangun?"

Nadia berjalan cepat dan mendorong dada Joni kesal. Membuat Joni kebingungan menahan kedua lengan Nadia. "Mas Joni jahat! Mas Joni jahat tau nggak! Mas Joni jahat sama aku!" Seru Nadia sambil menangis.

"Apa sih?" Tanya Joni tak mengerti. Ia menatap heran Nadia yang menangis sambil merengek-rengek.

"Aku udah nggak perawan!" Seru Nadia kesal.

"Masih!" Ralat Joni cepat.

"Enggak!" Balas Nadia tak mau kalah. "Semalam mas Joni grepe-grepe aku! Hiks..hikss.. Mas Joni harus tanggung jawab! Nanti nggak ada yang mau nikah sama aku. Heee.. Mamaaa.."

Joni meneguk salivanya. Iya bingung antara Nadia sedang shock lantaran tidak berbusana saat bangun tidur, atau tingkat IQ Nadia memang sangat rendah.

Joni merangkul pinggang wanita itu. Membawanya masuk kembali ke dalam rumah. Lalu mereka duduk di sofa.

Joni membungkukkan badannya dan menatap nadia yang sedang menangis. "Ngapain nangis sih? Kaya anak kecil," Celetuk Joni. Joni mencubit gemas hidung Nadia.

"Mas Joni jahaat," Rengek Nadia sambil menangis. Mendelik Joni dengan tatapan marah.

"Orang kita cuma.. Nggak ngapa-ngapain kok. Nggak sampai gimana-gimana," Jelas Joni.

"Tapi aku nggak suci lagi," Rajuk Nadia. "Nggak ada lagi laki-laki yang mau sama aku kalau gini. Mas Joni harus tanggung jawab. Hiks.. Hiks,"

Joni mengangkat kedua alisnya dan menghelakan napas dalam. "Tetap di sini 3 bulan lagi," Ucap Joni sembari meraih tangan Nadia membuat dahi Nadia mengkerut seketika.

Joni mengusap jari jemari wanita itu dengan lembut, sementara Nadia menatapnya dengan mata menyipit. "3 bulan lagi, balik ke Jakarta. Nikah sama aku," Ucap Joni sembari menyematkan sebuah cincin di jemari Nadia. Membuat mata Nadia membesar seketika.

"Haa?" Mulut Nadia membulat. "S..serius?" Jantung Nadia bergemuruh cepat. Pipinya terasa panas dan napasnya pun terasa berat.

"Ini mas Joni lagi nggak mainin akukan?" Tanya Nadia menatap Joni dengan lekat.

"Udah aku kasih cincin, masih nggak percaya?" Balas Joni yang membuat Nadia mengigit bibir bawahnya seketika.

Kedua sudut bibir Nadia turun kebawah. Ia ingin menangis. Dan benar saja, perasaannya tak bisa ia tahan. "Hiks," Matanya yang sudah berkaca-kaca pun tak lagi sanggup menahan desakan air mata. "Mmm mas Jonii," Rengeknya menangis memeluk Joni. Yang langsung di balas oleh pria itu.

"Nadia, maaf udah bikin kamu terlalu lama menunggu. Aku mau kamu jadi punyaku. Mengetahui segalanya tentangku, tanpa ada rahasia dan prasangka lagi." Ucap Joni yang hanya mampu di balas anggukan oleh Nadia yang perasaannya sedang di lingkupi rasa haru.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now