28. Pengintaian

4.6K 760 324
                                    

Nadia mendelik keluar sana sembari mengangkat alisnya. Ia terheran kenapa Jaiden membawanya ke tempat ini. Katanya Nadia bisa menemukan Joni disini. Tetapi, ini tempat yang berbahaya. Membuat Nadia jadi menaruh curiga pada pria itu.

Nadia menatap sengit Jaiden, membuat Jaiden jadi gelagapan dengan dahi mengkerut. "A..apa?" Tanyanya gugup.

"Kamu nggak lagi bohongin aku kan?" Tanya Nadia dengan nada menuduh.

"Hah? Maksudnya?" Tanya Jaiden tak mengerti.

"Apa buktinya kamu adiknya mas Joni, eh.. Je.. Jeno?!" Nadia menatap Jaiden dengan tatapan intimidasi.

"Ya.. Yaa.. Emang aku adiknya kak." Ucap Jaiden meyakinkan. "Oh, aku ada foto keluarga," Jaiden buru-buru mengambil ponsel dan mencari foto keluarganya. Lalu, menunjukkannya kepada Nadia.

Nadia menyipitkan matanya menatap foto keluarga itu. Aah, jadi ini keluarga mas Joni batin Nadia.

"Ini siapa?" Tanyanya menunjuk gambar seorang pria di foto itu.

"Ah, itu Jeriko." Jawab Jaiden. "Kak Jeno, Jeriko, baru aku." Jelasnya.

Nadia menyeringai menatap Jaiden. "Lo anak bontot? Pantes," Ucapnya dan sebelah alis Jaiden langsung terangkat.

"Pantes kenapa?" Tanyanya polos.

Nadia tertawa garing. "Nggak papa. Nggak perlu di bahas." Elaknya. "Masalahnya sekarang, lo yakin mas Joni- iisshh.. Jeno ada disini? Nggak salah?" Tanya Nadia tak yakin.

Jaiden menganggukkan kepalanya. "Terakhir ketemu di dekat sini, kak. Katanya dia lagi ada kerjaan disini. Cuma..," Jaiden tampak berkata ragu.

"Cuma apa?" Tanya Nadia penasaran.

"Cuma.. Kakak harus janji dulu, kita cuma lihat kak Jeno. Kita nggak boleh ngomong sama dia, kita nggak boleh ketahuan kalau kita lagi disini. Kalau kakak memang mau ngomong sama dia, kita tunggu. Tunggu sampai dia keluar dari sana." Ucap Jaiden mewanti-wanti Nadia.

Nadia mengernyit heran. Jika ia sudah melihat Joni di dalam sana, kenapa ia tak boleh mengajaknya berbicara? Kenapa tidak boleh ketahuan pula? Kenapa harus tunggu sampai Joni keluar dari sana? Benar-benar mencurigakan.

"Oke," Jawab Nadia mantap. Padahal, ia yakin tak yakin bahwa dirinya akan mampu menahan diri jika sudah melihat Joni.

"Kita juga nggak boleh ngomong apapun disana. Meski di dalam berisik, apa yang kita bilang tetap bisa di dengar orang," Kembali Jaiden mengingatkan.

"Hah?! Sampai segitunya?" Nadia sungguh tak habis pikir.

Jaiden mengangguk mantap. "Kalau kakak mau ngomong, kode aja. Kalau nggak bisa kode, chat aja." Jelas Jaiden.

Nadia tidak ada pilihan lain selain menganggukkan kepalanya. Yang terpenting saat ini baginya bisa bertemu Joni. Urusan apapun yang terjadi ke depannya, biarlah terjadi di depan.

Nadia dan Jaiden pun turun dari mobil. Keduanya tampak memakai topi agar tak ketahuan oleh Joni bahwa mereka sedang mengintainya.

...

Kenapa aku ada di tempat hina ini? Batin Nadia.

Lampu remang-remang, suasana yang berisik, gelap bagai neraka, bau alkohol yang menyengat. Sarang setan kalau lagi ngumpul.

Nadia bersungut-sungut dalam hatinya. Ia dan Jaiden yang notabene anak rumahan tampak begitu kikuk duduk di sebuah sofa. Mereka mengedarkan pandangan kesana kemari, mencari keberadaan Joni saat ini.

"Jaiden, kamu yakin Joni ada disini?" Tanya Nadia berbisik.

"Siapa Joni?" Tanya Jaiden heran.

"Jeno.. Kakakmu. Namanya kan banyak," Jawab Nadia sembari mengenyam mulutnya.

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now