25. Batal

4.8K 707 113
                                    

Kedua tangan Nadia terkepal cemas sembari melangkahkan kaki berlama-lama. Jantungnya berdebar cepat dan buliran keringat yang menghiasi keningnya menggambarkan seberapa besar kepanikannya saat ini.

Nadia menelan gumpalan besar di tenggorokannya. Di angkatnya perlahan tangannya, meraih gagang pintu pagar rumahnya. Walau tak siap, ia harus menghadapi kenyataan. Akhirnya pintu itu pun di buka Nadia. Perlahan, ia menampakkan diri. Dan netranya langsung mendapati sosok pria yang membuat jantungnya berdebar malam ini. Berdiri di dekat motor maticnya.

Pura-pura bego aja batin Nadia.

Nadia menutup pintu gerbang rumahnya. Lalu, dalam waktu sepersekian detik, wajah pucatnya berubah menjadi wajah ceria tiada dosa. "Mas Joniii," Pekiknya dengan riang. Berlari ke arah Joni sembari merentangkan kedua tangannya. Lalu memeluk pria itu dengan erat.

"Aku kangen banget mas Jonii.. Eh, mas Jaspiir. Mas Jaspir kok tahu rumah aku sih?" Ucap Nadia dengan manja.

Joni memutar bola matanya malas. Ia tahu wanita muda nan aktif itu sedang mencoba mengelabuhi nya. Mencoba merayunya agar kesalahannya di lupakan begitu saja.

Joni menarik tangan wanita itu agar pelukannya terlepas. Ia menatap Nadia galak, membuat Nadia yang awalnya memasang senyuman manis seketika tertunduk dalam.

"Kenapa kamu pulang sekarang? Diam-diam, nggak bilang apapun!" Introgasi Joni.

Nadia memutar isi kepalanya cepat. Ia memasang wajah sendu sembari menggulum bibir bawahnya. Lalu menarik-narik kecil ujung baju kaos pria itu. "Aku nggak tahan di sana, mas Jonii.. Disana, matahari jam 12 nggak 90 derajat. Cuma 75 derajat." Ucapnya membuat dahi Joni mengkerut dan berpikir keras.

"Teruskan, tau mas Jonii.. Waktu itu, kan aku pergi ke pasar. Di daerah aku itukan nggak ada angkutan umum lewat. Pasarnya jauh, jadi aku harus jalan kaki. Udah gitu.. Kan mas Joni tau kan, di dekat mess itukan belakangnya kaya hutan gitukan. Kalau kemarau suka tiba-tiba terbakar hutannya. Aku kan takuuutt," Ucap Nadia kemudian kembali memeluk Joni. Nadia tertawa di dalam hati. Ia merasa berhasil mengelabuhi pria itu.

Joni mengangguk-anggukkan kepalanya. "Owh, gitu," Gumam pria itu.

"Iyaa," Jawab Nadia manja.

"Bukan karena mau cari informasi tentangku karena udah tahu alamatku di KTP?"

Mata Nadia melebar seketika. Ia menelan gumpalan besar di tenggorokannya. Dan wajahnya pun tampak menegang. Nadia perlahan melepaskan pelukannya. Ia tertunduk dalam sembari menggulum bibir bawahnya.

"Kamu betul-betul nggak dewasa Nadia! Aku nggak ngerti gimana cara mendewasakan kamu! Selalu aja bertindak kekanakan," Ucap Joni dengan tegas membuat air muka Nadia bergetar.

"Maaf mas Joni. Jangan marah," Ucap Nadia penuh penyesalan sembari berurai air mata.

"Aku tahu, hari ini kamu nangis kaya gini, besok kamu ulangi lagi. Besok aku nggak tau apa lagi ulah kamu. Apa nggak bisa kamu dengar apa yang aku bilang dan ikuti? Dari 4 tahun yang lalu, sampai hari ini.. Nggak ada berubahnya kan?" Ucap Joni dengan tegas membuat air mata Nadia semakin deras mengalir.

"Mas Joni jangan maraah. Aku minta maaf mas Joni. Aku.. Aku cuma penasaran. Aku nggak tau apa-apa tentang mas Joni. Aku tanya mas Joni tapi mas Joni nyuruh aku nunggu terus. Aku pengen tau mas Joni," Tangis Nadia dengan sedih.

"Apa yang pengen kamu tahu?!" Bentak Joni membuat hati Nadia seketika berdenyut nyeri. "Kasih tau aku, apa yang pengen kamu tahu?!" Ucapnya dengan tegas. Nadia hanya mampu terdiam sambil menangis.

"Aku udah lamar kamu, Nadia! Aku udah minta kamu nikah sama aku, sebagai keseriusanku. Aku cuma minta kamu tunggu 3 bulan lagi dan semuanya yang kamu pengen tahu, aku akan kasih tahu. Tapi-" Joni menghentikan ucapannya sejenak dan menghelakan napas dalam. Membuat Nadia menatapnya dengan tatapan sedih.

Be My Boyfriend Mas Joni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang