Part 1. Pindah Apartemen

20.6K 846 118
                                    

Inikan yang kelen tunggu?!
Senang kelen?!
Nyengir.. Nyengir..
Cengengesan luu 🤣

Maap gw ngga bisa galak anjir 🤭
Selamat membaca babybabykuu 💕

......
Nadia begitu senang, akhirnya orang tuanya mengijinkannya hidup mandiri. Mahasiswi semester 5 ini selalu saja bersungut2 karena jarak rumahnya yang jauh dari kampus. Ia perlu menempuh perjalanan selama 3 jam, agar sampai di kampus. Tetapi sekarang, ia bisa bernapas lega karena orang tua mengijinkannya tinggal sendiri.

Orang tua Nadia menyiapkan apartemen terbaik bagi putri sematawayang mereka. Mereka ingin, anaknya tetap aman meski tinggal berjauhan. Dan dari apartemen ini pula, akhirnya Nadia bisa menempuh perjalanan singkat menuju kampusnya. Hanya 10 menit menggunakan sepeda motor, Nadia pun bisa sampai kampus dengan cepat.

Tinggal di sebuah apartemen di kawasan elit, nyatanya cukup menyulitkan bagi Nadia. Terutama soal makan. Lidahnya yang terbiasa dengan masakan rumah, tidak selaras dengan makanan modern yang di jual di sekitar apartemen.

Nadia pun terkadang memilih untuk masak sendiri. Tapi karena kesibukannya di kampus, ia jadi lebih sering tidak sempat untuk memasak. Mau tidak mau, ia harus beradaptasi dengan makanan yang ada di sekitar apartemen.

Selang 5 bulan setelah Nadia hidup mandiri, pihak apartemen tiba-tiba saja membuat kebijakan baru. Beberapa warung yang menjajakan makanan tradisional di buka di pelataran parkir apartemen yang luas. Segalanya di kelola oleh pihak apartemen.

Nadia jadi bersorak gembira. Ia jadi tidak lagi kesulitan mencari makanan di sana. Ada warung makan, kedai kopi, warung bakso, dan beberapa warung makanan di buka di sana.

Tetapi, dari semua yang berjualan di sana, ada sesuatu yang mencuri perhatian nadia. Sosok penjual bakso bernama mas Joni yang membuat hati Nadia jadi bergetar.

Sosok tinggi tegap, wajah cool, sosok yang tidak ramah tapi tidak terlihat sombong, mas Joni si penjual bakso yang..  Nadia berharap single.

"Mas joni, baksonya satu porsi ya. Makan di sini aja." Ucap Nadia yang matanya begitu terpaku pada ketampanan Joni. Tatapan mendamba dan menggoda. Yang membuat Joni mau tak mau harus melirik wanita itu sekilas.

Ya Tuhaaan, spesies tukang bakso jenis apa ini batin Nadia menghelakan napasnya berat.

"Baik, mbak," tidak ada kesan ramah dari jawaban pria itu. Hanya kesan datar yang selalu ia tunjukkan.

Joni bagaikan membangun tembok besar di antaranya dengan Nadia. Ia tidak pernah tersenyum, berceloteh ini itu khas pedagang yang sedang mencari langganan. Ia terlihat begitu sombong, tapi justru begitu keren di mata Nadia.

Nadia meneguk salivanya memperhatikan Joni. Tangan kekar berurat pria itu begitu lihai memegang centong dan menyerok kuah bakso dari kuali panas itu. Membuat nadia jadi panas dingin melihatnya.

Wajah tegas, jakun nan seksi, tubuh tinggi, rambut panjang yang selalu di ikat, ahh.. nadia hampir tidak sanggup bernapas setiap kali memperhatikan pria itu.

Apa lagi buliran keringat yang menghiasi wajahnya, berpadu dengan kepulan asap yang keluar dari kuali panas, ingin sekali Nadia menyeka buliran bening itu.

Tak lama, bakso pesanan Nadia pun tiba. Joni meletakkan mangkok berisi bakso di atas meja.

Nadia memperhatikan telapak tangan lebar milik Joni. Tangannya tampak bersih dan kuku-kukunya terlihat di potong rapi. Terlihat sangat terawat dan Nadia jadi begitu ingin menyentuhnya.

"Makasih ya, mas Joni," ucap Nadia sok lembut. Dan pria itu hanya menganggukkan kepalanya. Ia segera berlalu dan membersihkan meja gerobak baksonya.

Sembari menikmati bakso nikmat buatan mas Joni, Nadia terus mencuri-curi pandang kepada pria itu. Ia sengaja duduk di sudut agar bisa leluasa menatap pria itu.

Hanya ada nadia dan dua orang pasangan di warung bakso itu. Dan Joni pun tampak duduk di sebuah kursi dan mengedarkan pandangannya ke sekitar.

Ada sebuah alat bertengger di telinga Joni. Nadia baru menyadari itu. Alat itu selalu di pakai di telinga sebelah kanan Joni. Nadia jadi penasaran, lagu apa sih yang sedang Joni dengar disana. Ia terlihat begitu santai menikmati waktu.

Setelah Nadia selesai memakan baksonya, ia pun bergegas menghampiri Joni. "Ini, mas!" ucap nadia menyerahkan uang untuk membayar makanannya.

Joni pun menerima uang itu dan mengambil kembalian untuk uang Nadia.

"Mas Joni dengar lagu apa sih? Tiap ke sini, aku lihat pakai headset mulu," ucap Nadia sok akrab.

"Aku tuli, mbak. Ini bukan headset, alat bantu dengar." Jawab Joni membuat Nadia terdiam seketika. Ia jadi tidak enak hati menanyakan hal seperti itu kepada Joni. Nadia tidak bermaksud. Ia pikir itu headset wireless yang terkonek dengan ponsel. Nadia benar-benar merasa tidak enak hati mendengar jawaban Joni.

"Ah, gitu ya, mas. Maaf ya. Aku nggak tau." Ucap Nadia dengan perasaan bersalah. Nadia bahkan tertunduk dalam karena begitu merasa bersalah. Wajahnya murung seketika.

Joni pun mengulurkan tangannya menyerahkan kembalian kepada Nadia. Dan dengan ragu Nadia pun menerimanya. "Makasih ya, mas," ucap Nadia. Ia buru-buru pergi meninggalkan warung bakso mas Joni.

Maafin aku mas jonii..
Aku nggak tau.. hiks..

......
Ndak apa nadia..
Wong ndak tau kok hihi

Follow ig : babydollkrn
Jangan lupa vote dan komen yaa..
Makasih 💜

Be My Boyfriend Mas Joni Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang