17. Berusaha

4.8K 635 68
                                    

Wenda merasa dirinya benar-benar gila karena sudah mengikuti Nadia hingga ke tempat ini. Rasa penasaran membuat semangatnya berkobar, tapi nyatanya nyalanya seakan ingin membakar Wenda hidup-hidup.

Sesaat sebelum motor yang Nadia kendarai memasuki gerbang, Wenda pun bertanya. "Nadia, ini serius? Kenapa harus kesini, Gilak?! Kenapa lu bawa gue ke Mabes Polri woi!!" Jantung Wenda berdegup cepat dan rasanya sungguh tidak karuan. Ia merasa ada bara api di depannya, dan saat ini ia hendak menyerahkan diri ke dalam sana.

"Udah tenang aja," Dengan santai Nadia berucap.

"Aiihh, lu jangan ada nyinggung tentang kejadian di apartemen ya. Entar mereka curiga sama kita. Kita nanti di pikir temannya orang-orang jahat itu," Sumpah mati Wenda ingin melompat dari boncengan Nadia saat ini.

Awalnya Wenda pikir Nadia akan membawanya ke pos polisi atau mungkin Polrestabes terdekat. Tapi nyatanya, Nadia malah membawanya ke pusat tertinggi dari kantor polisi di Indonesia. Membuat Wenda menangis menjerit di dalam hati.

Saat sudah berada di depan gerbang, motor yang Nadia tumpangi pun langsung di hentikan. Seorang pria berseragam lengkap dengan senjata laras panjang menghampirinya.

"Selamat siang, buk. Ada keperluan apa, buk?" Tanya pria itu dengan ramah namun tegas.

"Saya mau bikin laporan, Pak." Dengan percaya diri Nadia berucap. Sedangkan Wenda sudah tertunduk dalam di boncengan Nadia.

"Laporan apa, buk?" Tanya pria itu lagi.

"Jadi gini, pak.. Sekitar dua minggu yang lalu-" Nadia tersentak karena tiba-tiba Wenda mencubit lengannya. Wenda khawatir jika mulut temannya itu tidak bisa ia kontrol.

"Ah.. Emmm.. Saya.. Saya mau buat laporan kehilangan, pak," Ucap Nadia membuat pria itu mengernyitkan dahi seketika.

"Pacar saya udah 2 minggu hilang, nggak ada kabar. Saya telepon nggak bisa, Pak. Saya khawatir..,"

"Ibuk mau main-main ya?!" Tanya pria itu berubah dingin dan tegas.

Dengan polos Nadia menjawab, "enggak, Pak. Saya serius," Jawabnya.

"Lebih baik ibuk pergi sekarang, sebelum kami mengambil tindakan tegas!" Seru pria itu membuat jantung Nadia langsung tak karuan. Mata Nadia melebar karena merasa di bentak.

"Udah, begok! Ayo pergiii," Geram Wenda berbisik sembari mencubit lengan Nadia.

Dengan wajah masam, Nadia pun memundurkan motornya. Menatap sinis pria itu. "Katanya polisi, orang minta tolong malah di maki-maki. Masuk jalur orang dalam ya?" Dengan cepat Nadia tancap gas dari sana. Meninggalkan pria yang tampak terkejut mendengar umpatan Nadia.

"Nadiaaaa! Anjing lo! Lo kalau cari mati jangan ajak-ajak gue lah. Lagian, nyari mas Joni doang ngapain sampai ke mabes sih. Bener-bener gilak lo! Untung dia tadi nggak ngejar kita. Gue nggak mau ya, masa muda gue mendekam di balik jeruji besi. Bisa mati berdiri ibuk bapak gue," Omel Wenda yang menumpahkan emosinya.

"Ya, Terus gimana? Gue harus cari mas Joni gimana? Gue nggak tau," Balas Nadia dengan wajah cemberut sembari fokus mengendarai motornya.

Wenda mengusap wajahnya sendiri. Cukup banyak keringat yang terproduksi karena adegan barusan. Itu sungguh melelahkan walau hanya sekejap.

"Gini aja, kita bikin laporan orang hilang aja. Bilang kalau yang hilang itu abang lo. Terakhir kali terlihat di sekitaran apartemen, waktu kejadian penangkapan itu," Saran Wenda.

"Hmm? Bagus sih alasannya. Tapi.." Nadia tampak berpikir di situ. "..kalau ternyata mas Joni itu mafia, berarti.. Bukannya gue juga ikut keseret ya sama kasus itu?"

Be My Boyfriend Mas Joni Where stories live. Discover now