"Kelas kita akhiri, Happy weekend, see you next week ya. Selamat sore temen-temen"Begitu sang dosen meninggalkan kelas, tanpa sepatah kata lagi Luda menyambar tasnya. Ia berlari menuju lift, berdiri penuh sesak didalamnya. Tiba-tiba pintu lift terbuka lagi, "Kepenuhan woy! Keluar satu dong buruan, gue ada kelas nih!"
Karena tak ada yang mau mengalah, terpaksa Luda melangkahkan kakinya keluar, ia mencapat tangga darurat. Nafasnya sesak, dia berada di lantai empat, otomatis ia harus melewati tiga lantai lagi.
"Ayo Luda, lo bisa!"
Semakin dia menguatkan diri, semakin sesak dadanya. Ia tak bisa menahan lagi, air matanya mengucur deras, kaki nya sudah lelah, hati nya juga. Ia memaksakan diri. Tak habis sampai disitu, sesaat di lobby dia terdiam bingung, fikirannya kosong. Ia meraih handphonenya, mengetik beberapa kata disana, memilih-milih deretan nama yang ada di kontaknya. Tak ada pilihan, pertama teteh, pikirnya
"Gak diangkat, duh!"
Lagi mencari nama lain, Bang Hyungwon!
"Gak diangkat juga, hks!"
"Rose angkat, please!"
Nihil tak ada satupun dari ketiganya yang menjawab panggilannya. Air matanya mengalir lagi. Terakhir, mungkin Minhyuk bisa memberinya informasi.
Setelah menutup panggilannya dengan Minhyuk, kakinya berlari lagi. Ia keluar dari gedung bisnis, mencoba mencapai gedung seni yang bisa dibilang sangat jauh. Jam sudah menunjukan pukul lima sore. Minhyuk bilang Rose baru selesai kelas jam lima lewat lima, kemungkinan ia bisa menghadang Rose.
Gedung seni sudah didepan mata, dengan penuh ketekunan Luda kembali mengayunkan kakinya, sampai tiba-tiba ia terjerembab di tanah. Sendalnya putus! Ia sudah tak sanggup, di ambilnya sendalnya lalu dilempar sembarang arah. Ia menekuk lututnya lalu menangis kencang disana, tak perduli lagi dengan keberadaan siswa siswi yang melewatinya, tak perduli lagi dengan bisikan-bisikan aneh yang ia dengan, tak perduli juga dengan beberapa suara yang memanggilnya. Ia tak perduli, sampai tepukan ringan ia rasakan di pundaknya. Ia mendongak
"ROSE!"
Rose tersentak kaget, otaknya butuh proses buat mengolah kejadian apa yang sedang ia lihat sekarang. Tangannya terangkat mengusap punggung Luda yang sudah memeluknya erat. Tangisan lirihnya, membuat Rose menahan sesaknya didalam dada
"Lud, kenapa? Jangan buat gue panik!"
Luda menggeleng, tangisannya tambah pecah. Ia tak bisa berbicara sekarang
"Jangan nangis dulu, ayo ke mobil!"
Luda masih terus mencoba meredakan tangisnya, dan masih belum berhasil. Rose disampingnya coba mengotak-atik handphonenya untuk menelfon teman-temanny, tapi sama seperti Luda tadi. Nihil tak ada yang mengangkat. Rose pasrah satu-satunya sumber yang bisa ia percaya ya Luda sendiri.
"Udah yaa, coba cerita ada apa? Hm?"
Rose mengusap pelan tangan Luda, memberikan kekuatannya
"Changkyun, hiks"
Akhirnya, walaupun belum tau sepenuhnya ada apa. Setidaknya ia mengerti kenapa sahabat satunya ini begini, cukup dengan satu nama. Rose mengerti
"Changkyun kenapa? Udah bisa cerita?"
Luda menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskanya berat. Ia melirik keluar jendela, mendung
"Gue gatau lo sadar apa engga. Tapi sebulanan ini gue sama Changkyun ga kontakan sama sekali"
Rose terbelalak kaget, "Kok bisa?"
Benar, ia tak sadar sama sekali. Gimana bisa sadar, orang sebulan terakhir ini saja ia tak bertemu dengan Luda, baik dikampus ataupun di Circle, jadwal mereka ga ada satupun yang sama akhir-akhir ini
Luda mengelap air mata yang kembali mengalir di pipinya "Terakhir kita berantem hebat. Changkyun mau ngomong sama abang, dia mau kita ga backstreet lagi. Tapi gue belum siap. Dia marah besar, dia ninggalin gue gitu aja di Circle. Sebulan ini dia ga ada di Cafe. Gue cari ke rumahnya juga gada. Gue sama dia bener-bener lost contact sebulan penuh Rose"
Rose menghela nafas, akhirnya apa yang ia takutkan selama ini kejadian juga. Dua temannya ini benar-benar cocok, karena keduanya sama-sama keras kepala, tak ada yang mau mengalah
"Lud, sebenarnya. Jauh dari kekhawatiran gue tentang Jooheon yang ga bisa nerima hubungan kalian, sebelum itu gue lebih takut kalau-kalau suatu saat kalian berantem hebat karena ini. Dan as you wish, kejadian"
Luda kembali menangis, kalau Rose saja yang hanya menjadi sosok pengamat bisa berfikir seperti itu, apalagi dia sang pemeran utama. Selama ini Luda cuma mencoba menutup mata, menutup telinga. Dan tanpa sadar menutup semua akses bergerak Changkyun, membuat pria itu tertekan tak bisa berbicara dan bergerak bebas
"Gue gatau sopan apa engga gue nanya gini, kayanya engga deh. Tapi boleh gak gue tau, kenapa lo setakut itu buat nunjukin your relationship with him? Ga masalah sih lo ga nunjukin didepan orang lain, its your privacy. But with your brother?"
Rose sedikit panik, menunggu reaksi Luda. Selama ini memang ia turut menutupi hubungan mereka, tentu saja awalnya juga karena keduanya kepergok Rose tengah berlibur bersama di luar kota, mungkin itu udah satu tahun berlalu. Dan sampai sekarang Rose masih belum tau apa penyebabnya
"Gue gatau gimana ngomongnya, tapi mungkin bener kata orang, gue butuh cerita untuk membuat orang lain satu rasa sama gue, bukan cuma menilai tanpa tau kebenarannya"
"Dulu, jauh sebelum gue kenal Changkyun. Gue pernah punya pacar. Kita jalan dua bulan lamanya, sampai hari itu dia ngajak gue ketempat wisata, seharian kita main. Waktu udah mau pulang hujan lebat. Dia ngusulin buat nginap dulu di kostan temannya. Gue ragu, jadi gue sempat ngabarin abang diem-diem. Setelahnya gue ikut dia kostan temennya itu. Disana gue dikasi minuman asing, bukan sejenis alkohol yang udah ga asing buat gue. Tapi yaudah gue minum, setelah itu gue ngantuk, gue tidur"
Luda menghentikan suaranya, membuat Rose mulai menebak-nebak hal yang membuatnya takut sendiri
"Engga kok Rose, ini ga kaya yang lo bayangin. Ya tapi menjurus kesana" seakan paham, Luda menoleh menatap Rose yang menghela nafas lega, membuat Luda sedikit terkekeh, terhibur dengan ekpresi konyol yang sahabatnya itu buat
"Paginya, gue udah dirumah. Tebak apa yang gue dapat?"
Rose menggeleng, ia clueless
"Rumah berantakan, pecahan kaca dimana-mana. Ternyata malam itu gue hampir jadi korban pelecehan, untung abang gue cepet dateng sama mama papa. Mereka bawa gue pulang. Tapi abang kesel dia ga terima gue digituin. Dia jadi sering marah-marah, melamun ngomong sendiri, sering banget ga sengaja ngebentak gue atau mama papa, dan dia ga sadar itu. Sampai akhirnya kita coba cek ke dokter, ternyata dia kena serangan panik. Dia depresi, karena mantan gue, si pelaku itu, sahabat dekatnya bang Joo. Si brengsek itu yang udah buat abang depresi. Sialan, gue benci banget sama dia Rose, hiks"
Rose kembali menarik Luda kepelukannya. Menaruh simpati, mencoba meresapi apa yang sahabatnya ini katakan. Jujur ia kaget, karena fakta yang baru saja ia dengar benar-benar jauh dari ekspetasinya selama ini
"Udah tenang, gapapa. Ada gue disini"

YOU ARE READING
In; The Circle || Monsta X
Fanfiction"Jujur Circle udah jadi rumah kedua gue buat pulang. Percaya ga percaya kita ada disini itu udah kaya benang yang diikat mati, mau kita pergi dari masalah-masalah yang lalu, pasti baliknya kesini lagi" _____________________ "...gabisa. lo masih sama...