Chapter 34

245 40 5
                                    

"Kurasa dia ayahku."

Mendengar kalimat Harry telah sukses membungkam Melody dalam keterkejutan. Gadis itu memandang kakaknya dalam diam namun jelas sekali bahwa ia keheranan dengan apa yang baru saja diucapkan Harry.

"Harry," kata Hermione dengan pelan, memandang Harry dengan kasihan. "Ayahmu—yah—sudah meninggal."

"Aku tahu." Kata Harry cepat.

"Menurutmu kau melihat hantunya?" Tanya Daniel.

"Aku tak tahu..." Harry terdiam sejenak. "Tidak... dia tampak solid."

"Tapi, kalau begitu..." gumam Hermione.

"Mungkin itu cuma khayalanku," kata Harry. "Tapi... dari apa yang bisa kulihat... dia kelihatan seperti ayahku... aku kan punya foto-fotonya..."

Hermione masih memandangnya, seakan mencemaskan kewarasannya lalu sesekali melirik ke arah Melody yang belum berkomentar apa-apa.

"Aku tahu kedengarannya sinting." Kata Harry datar. Dia menoleh memandang Buckbeak, yang mematuk-matuk tanah, rupanya mencari cacing.

"Yah..." Melody bergumam, suaranya terdengar agak ganjil. "Mungkin nanti kita akan tahu jawabannya..."

Keempatnya pun terdiam, tenggelam ke dalam pikiran masing-masing. Melody memeluk lututnya, memandang rumput di dekat kakinya, merenung memikirkan kalimat Harry. Gadis itu memikirkan ayahnya, Sirius, Lupin, dan Pettigrew. Jika apa yang Harry katakan benar, maka keempatnya, para pembuat Peta Perampok, muncul malam ini. Seperti sebuah reuni.

Akan tetapi kenapa Melody tidak merasakan sesuatu yang wah tentang itu? Sebaliknya ia merasakan sedih dan pilu. Perasaan yang sangat tidak mengenakan dan dia tidak tahu alasan kenapa dirinya merasakan itu.

.

.

Setelah lebih dari satu jam Daniel, Harry, Hermione, dan Melody duduk dalam hening di tempat mereka untuk mengawasi Dedalu Perkasa, akhirnya keheningan itu dipecahkan oleh Hermione yang berbisik.

"Itu kita datang!"

Keempatnya bangkit. Buckbeak mengangkat kepalanya. Mereka melihat Crookshanks dan Pierre memimpin keluar dari lubang di akar pohon lalu diikuti Lupin, Ron, dan Pettigrew yang keluar dengan canggung. Kemudian muncullah Snape yang pingsan, melayang dengan ganjil di atas. Berikutnya muncul Harry, Melody, dan Sirius kemudian terakhir ada Chere dan Hermione. Mereka semua berjalan ke arah kastil.

Jantung Melody berdetak dengan sangat cepat. Ia dan Harry mendongak ke langit. Setiap saat sekarang, awan itu akan menyingkir dan bulan akan muncul...

"Teman-teman," Hermione bergumam, seakan dia tahu persis apa yang dipikirkan teman-temannya. "Kita tak boleh berbuat apa pun. Kita tak boleh terlihat. Tak ada yang bisa kita lakukan..."

"Jadi kita akan membiarkan Pettigrew lolos sekali lagi..." kata Melody pelan.

"Bagaimana kau bisa berharap menemukan tikus dalam gelap?" tukas Hermione. "Tak ada yang bisa kita lakukan! Kita kembali untuk membantu Sirius. Kita tak boleh melakukan yang lain!"

"Baiklah..." Melody mengangguk kecil sementara Harry kelihatannya agak jengkel.

Bulan muncul dari balik awan. Mereka melihat sosok-sosok kecil di padang rumput berhenti. Kemudian mereka melihat gerakan.

"Itu Lupin," Hermione berbisik. "Dia sedang bertransformasi."

"Teman-teman!" kata Harry tiba-tiba. "Kita harus pergi!"

"Tidak boleh, kan sudah berkali-kali kubilang..." kata Hermione namun Harry menyela.

"Bukan untuk mencampuri! Tapi Lupin akan berlari ke dalam hutan, tepat ke tempat kita!"

Melody Potter and the Prisoner of AzkabanWhere stories live. Discover now