Chapter 13

375 72 4
                                    

Setelah selesai dengan sarapan mereka, Melody dan teman-temannya bergegas menuju kelas Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam. Pelajaran ini disatukan dengan asrama Ravenclaw jadi ketika mereka tiba di depan kelas, Luna yang sudah ada di sana langsung saja menoleh dan tersenyum pada mereka.

Sekilas ia terlihat seperti sedang melamun dan berada di tempat yang salah namun Melody sudah mengenal Luna cukup lama sehingga dia paham bahwa memang begitulah ekspresi yang biasa ditampilkan temannya itu.

"Pagi." Sapa Luna dengan pelan.

"Pagi, Luna." Balas Melody.

"Pagi. Eh, apakah Profesor Lupin belum datang?" tanya Chere.

Luna mendongak menatap langit, "belum..." jawabnya, melamun.

"... kenapa dia malah menatap langit?" tanya Pierre, mengerutkan dahi.

"Seperti biasa Luna sangat menikmati pacenya sendiri." Kata Daniel.

"Itu pujian?" tanya Ginny, tak yakin.

"Apakah ada sesuatu di langit, Luna?" tanya Melody sembari tersenyum.

Luna menoleh padanya lalu menggeleng, "tidak, bukan di langit tapi di udara." Katanya.

Melody dan teman-temannya mengerjap lalu gadis itu bertanya lagi, "di udara?"

Luna mengangguk, "wrackspurt." Jawabnya.

Pierre mengerutkan dahinya lalu berkata, "apa itu wrack—"

Akan tetapi kalimatnya terhenti karena pada detik yang sama pintu kelas tiba-tiba terbuka menampilkan Lupin tersenyum tipis pada murid-muridnya. Semua murid menoleh pada pria itu, beberapa jelas tidak terkesan dengan penampilannya namun sepertinya sang guru tidak mengkhawatirkan hal itu.

"Halo, maaf agak terlambat, ada yang harus kupersiapkan. Nah, ayo masuk." Katanya dengan ramah lalu ia menyisi untuk mempersilakan para murid memasuki kelas.

Melody masuk ke dalam kelas kemudian mengajak Luna untuk duduk bersamanya. Gadis itu setuju dan keduanya pun duduk di bangku kedua sebelah kanan, di belakang Chere dan Ginny. Lupin berjalan sampai ke depan kelas, tepat membelakangi meja guru. Dia mengatupkan kedua tangannya di depan tubuhnya, masih tersenyum saat memandang mereka.

"Selamat pagi semuanya." Sapanya.

"Selamat pagi, Profesor Lupin!" balas para murid.

"Senang bertemu dengan kalian, mulai hari ini aku akan mengajarkan kalian mengenai Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam." Kata Lupin sembari mengeluarkan tongkat sihir dari balik jubahnya lalu melambaikannya pada pena bulu dan perkamen di atas meja guru.

Seketika saja pena bulu dan perkamen itu bekerja dengan sendirinya, mencatat sesuatu. Semua anak tertegun menatap hal tersebut, kagum dan ingin tahu mantra apa yang digunakan Lupin untuk dapat melakukan hal tersebut.

"Oh tak perlu terlalu diperhatikan, pena itu hanya mengabsen secara otomatis." Kata Lupin.

"Tapi memangnya Anda sudah hafal nama dan wajah kami, sir?" seorang anak laki-laki ravenclaw mengacungkan tangannya.

Lupin tersenyum dan mengangguk, "sudah, Mr Sylvester. Terima kasih sudah mengkhawatirkan hal itu." Katanya.

"Whoa..." gumam anak laki-laki bernama Peter Sylvester itu, dengan kagum ia menurunkan kembali tangannya.

"Aku sudah meminta data semua murid yang akan kuajar pada Profesor Dumbledore dan karena aku terlalu bersemangat untuk mengajar kalian, aku berakhir dengan menghafalnya selama beberapa hari tanpa istirahat." Jelas Lupin.

Melody Potter and the Prisoner of AzkabanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang