Chapter 18

358 64 6
                                    

Hari pertandingan Quidditch yang pertama untuk tahun ajaran itu akhirnya tiba. Meskipun hujan turun dengn deras, sama sekali tak ada kabar bahwa permainan akan ditunda. Maka dari itu setelah selesai dengan sarapan mereka, Melody dan teman-temannya bergegas ke aula depan sambil membawa payung di tangan masing-masing.

Selagi menggenggam payung, mereka mendongak menatap langit. Hari ini tak hanya hujan saja tapi angin juga menderu dengan kencang sehingga air memukul-mukul kastil dengan suara keras.

"Menurutku payung tak akan cukup untuk menghadapi hujan ini." Kata Ginny, resah.

"Malah aneh kalau cukup." Kata Pierre, datar.

"Dari pada cukup atau tidak, aku khawatir payung kita akan terbawa angin." Kata Daniel masuk akal.

"Permainannya akan dimulai kalau kita tak cepat." Kata Chere, khawatir.

Melody mendengus sebal pada hujan karena hari ini entah kenapa rasanya sial sekali. Pertama Gryffindor harus melawan tim yang berbeda dari rencana awal dan sekarang hujan angin turun dengan deras.

Selanjutnya apa? Sirius Black menonton pertandingan kah?

"Kenapa kalian masih di sini?"

Melody menoleh ke belakangnya, menemukan Claire dan Richard menghampiri. Mereka memakai pakaian santai dibalik jubah sekolah namun sama sekali tak terlihat membawa payung atau jas hujan.

"Rick..." kata Melody.

"Oh, um... kami mau berangkat ke lapangan Quidditch tapi khawatir karena hujannya deras sekali." Jawab Chere.

"Ah..." Richard mendongak menatap langit kemudian mengangguk setuju, "ya, dalam cuaca seperti ini bisa saja payungmu terbang terbawa angin."

"Itulah yang kukatakan." Kata Daniel, mengedikkan bahu.

"Kalau begitu tidak usah pakai payung yang itu." Kata Claire dengan santai.

"Maksudnya?" tanya Ginny.

"Ada sebuah mantra yang bisa digunakan untuk membuat payung, kurasa itu lebih aman dari pada memakai payung biasa." Jawab Claire.

"Wah, ada yang seperti itu?" tanya Melody, tertarik.

"Kedengarannya sangat praktis." Kata Pierre, sama-sama tertarik pada mantra tersebut.

Claire mengangguk, "karena tak ada waktu, aku akan mengajari kalian secara singkat. Pastikan kalian memperhatikan dengan baik." Katanya sembari mencabut tongkat sihir dari balik jubahnya.

"Baik." Kata Melody dan teman-temannya.

Sesi pembelajaran umbrella spell pun dimulai dan rupanya itu adalah mantra yang bisa dibilang cukup mudah untuk dilakukan. Mereka tinggal mengarahkan tongkat ke atas, memfokuskan diri, merapalkan mantra, dan sesaat kemudian sebuah payung transparan akan muncul lalu melindungi perapal dari hujan. Setelah itu mereka hanya tinggal fokus agar efek mantra tidak hilang serta memegang tongkat dengan kuat agar tak jatuh.

Selesai dengan pembelajaran yang berlangsung cepat itu—tak sampai sepuluh menit—Melody dan teman-temannya pun bergegas menuju lapangan Quidditch. Mereka berlari untuk memasuki kotak penonton kemudian naik ke tempat duduk.

"Ah, aku melihat Hermione dan Ron di atas!" teriak Chere agar suaranya terdengar dari balik hujan dan sorakan penonton, menunjuk ke jajaran atas tempat duduk di kotak yang sama dengan mereka.

Melody mengikuti tunjukan Chere, samar-samar melihat rambut merah Ron serta rambut lebat Hermione dari balik kerumunan.

"Kita tak bisa ke atas sana!" kata Melody.

Melody Potter and the Prisoner of AzkabanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang