Chapter 22

277 57 4
                                    

Setelah sarapan seluruh murid Gryffindor yang tinggal untuk natal menghabiskan waktu di ruang rekreasi. Ron masih menggerutu menyesali usaha Crookshanks untuk melahap Scabbers dan Hermione masih marah padanya. Namun tak ada yang mencoba untuk mendamaikan keduanya karena mereka tak mau mendengarkan siapa-siapa.

Sementara itu Harry menyibukkan diri dengan memeriksa Firebolt yang diterimanya secara misterius dari orang tak dikenal. Anehnya, ini kelihatannya juga membuat Hermione jengkel. Hermione tidak mengatakan apa-apa, tetapi dia tak henti-hentinya memandang Firebolt dengan galak, seakan sapu itu ikut menyalahkan kucingnya.

"Kau yakin sapu ini aman?" tanya Melody yang duduk di samping Harry. "Kita kan tidak tahu siapa pengirimnya."

"Kurasa ini aman," jawab Harry, tersenyum. "Buktinya sampai sekarang dia tidak mencoba membunuhku."

Sayangnya jawaban itu tidak membuat Melody puas dan begitu pula Hermione yang sekali lagi mendelik pada sang sapu. Melody pun menghela nafas, memutuskan untuk tak bertanya lagi sambil memikirkan bahwa dia mungkin akan mencoba bicara pada salah satu guru tentang sapu tersebut.

Saat makan siang tiba, mereka turun ke Aula Besar. Keempat meja besar asrama sudah dirapatkan ke dinding lagi dan sebuah meja yang disiapkan untuk dua belas orang berdiri di tengah ruangan. Profesor Dumbledore, Flitwick, McGonagall, Snape, dan Sprout ada di sana, begitu juga Filch si penjara sekolah, yang telah melepas jas coklatnya yang biasa dan kini memakai jas-buntut sangat usang dan agak berjamur.

"Selamat Hari Natal!" kata Dumbledore ketika mereka berenam mendekati meja. "Karena kita cuma sedikit sekali, tak ada gunanya menggunakan meja-meja asrama... duduklah! Duduklah!"

Chere, Ginny, dan Melody berpisah dari Harry, Hermione, dan Ron karena enam kursi yang tersisa berada di masing-masing ujung meja.

"Petasan!" kata Dumbledore antusias, mengulurkan ujung petasan perak besar kepada Snape, yang mengambilnya dengan enggan dan menariknya.

Dengan bunyi dor keras seperti letusan senapan, petasan itu meledak dan di dalamnya ternyata ada topi sihir berbentuk kerucut dengan burung-burungan nasar di puncaknya. Melody teringat cerita Harry tentang kelas Boggartnya (Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam) mengenai Neville yang mengubah pakaian Boggart-Snape menjadi pakaian dan topi neneknya. Mengingat hal itu hampir membuatnya tertawa kalau dia tak melihat bibir Snape menipis menahan marah maka Melody pun mengigit bibir bawahnya.

Snape mendorong topi tersebut ke arah Dumbledore, yang langsung mencopot topinya sendiri dan memakainya, "ayo mulai!" dia mengajak yang hadir, tersenyum kepada mereka semua.

Melody bertukar senyum dengan Chere dan Ginny lalu ketiganya menarik piring mereka mendekat saat pintu Aula Besar terbuka lagi. Profesor Trelawney, guru ramalan, muncul kemudian meluncur ke arah mereka seakan di atas roda. Dia memakai gaun hijau berpayet untuk menghormati hari besar ini, membuatnya semakin kelihatan seperti capung besar yang berkilauan.

"Sybill, sungguh kejutan yang menyenangkan!" kata Dumbledore seraya berdiri.

"Aku tadi sedang mengamati bola kristalku, Kepala Sekolah," kata Profesor Trelawney dengan suaranya yang paling sayup-sayup, "dan betapa herannya aku melihat diriku meninggalkan makan siangku yang kunikmati sendiri dan datang bergabung dengan kalian. Siapakah aku ini sehingga bisa melawan desakan takdir? Maka aku bergegas meninggalkan menaraku, dan aku mohon maaf untuk keterlambatanku..."

Melody mengerjap, ini pertama kalinya ia mendengar sang Profesor bicara langsung. Biasanya ia hanya melihat Profesor Trelawney di malam pertama tahun ajaran baru dan tak akan melihatnya lagi sampai akhir tahun. Sekarang ia jadi bertanya-tanya apakah sang guru memang selalu bicara dengan suara seperti itu?

Melody Potter and the Prisoner of AzkabanWhere stories live. Discover now